Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.95.1
Mengumpat Mampu Kurangi Rasa Sakit pada Tubuh, Benarkah?
8 Januari 2018 7:06 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:12 WIB
ADVERTISEMENT
Sejak kecil, kita semua diajari untuk tak boleh berkata kasar kepada siapapun. Setiap orang tua mengajari anak-anaknya untuk selalu bertutur santun, baik kepada orang tua, teman sepantaran, hingga yang berusia lebih muda.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, banyak orang tetap tak bisa menahan diri untuk mengumpat atau mengeluarkan sumpah serapah. Biasanya, kata-kata 'keramat' ini terlontar akibat berbagai sebab.
Entah saat merasa terlalu senang, kaget, kesal, hingga murka. Bahkan, umpatan sering dijadikan sebagai bahan lelucon atau candaan.
Berdasarkan riset yang dilansir BBC, mengumpat bisa membuat citra diri menjadi negatif. Orang cenderung menilai kamu sebagai pribadi yang tak berpendidikan, kasar, dan tak bisa dipercaya.
Namun di samping seluruh efek negatif melontarkan kata makian, tahukah kamu bahwa mengumpat memiliki efek baik bagi tubuh?
Dilansir Womens Health , mengumpat terbukti efektif mengurangi rasa sakit pada tubuh. Hal ini dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan terhadap sejumlah siswa yang diminta memasukkan tangan ke dalam air es.
Siswa yang mengumpat terbukti mampu menahan rasa dingin jauh lebih baik dibanding yang tidak. "Seiring berubahnya toleransi terhadap rasa sakit, partisipan juga diukur detak jantungnya. Ketika mengumpat, detak jantung meningkat, yang merujuk pada respon emosional terhadap kata makian tersebut," ujar Richard Stephens, psikolog sekaligus penulis buku Black Sheep: The Hidden Benefits of Being Bad, kepada BBC.
ADVERTISEMENT
"Itu bekerja sebagai analgesik," sambung Stephens lagi.
Selain itu, para peneliti juga berpendapat bahwa kata umpatan mampu menyampaikan emosi dengan lebih efektif. Entah untuk mengekspresikan amarah, rasa jijik, sakit, atau peringatan bagi orang lain untuk segera menjauh.
Mereka bahkan berpendapat meluapkan emosi lewat kata makian jauh lebih baik, dibanding menggunakan kekerasan fisik.
Bagaimana pendapat kamu terkait hal ini?