Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Menurut Ahli, Kecanduan Berbelanja Tergolong Sebagai Gangguan Mental
8 Agustus 2018 10:35 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
ADVERTISEMENT
Sebagian orang memiliki kebiasaan berbelanja yang tidak biasa. Bagi Anda si shopaholic atau yang kecanduan berbelanja tampaknya kini harus berhati-hati.
ADVERTISEMENT
Para ahli mengklaim bahwa perilaku gila belanja tergolong sebagai gangguan mental .
Ini merupakan hasil penelitian terbaru yang dilakukan oleh Hannover Medical School yang mengungkapkan hingga tujuh persen orang dewasa menampilkan beberapa bentuk masalah pembelian kompulsif, dengan angka di Amerika dan Eropa meningkat dalam dua dekade terakhir.
Profesor Astrid Mueller, seorang psikolog klinis di Hannover Medical School, Jerman, mengatakan bahwa dibutuhkan pemahaman khusus untuk memahami bagaimana berbahayanya kondisi tersebut.
"Sudah saatnya untuk mengenali compulsive shopping disorder sebagai kondisi kesehatan mental yang terpisah. Ini akan membantu kami mengembangkan metode perawatan dan diagnosis yang lebih baik bagi para pengidapnya," ujar Profesor Astrid Mueller kepada Daily Mail.
Kecanduan belanja atau yang disebut sebagai compulsive buying disorder (CBD) atau gangguan belanja kompulsif, disebut juga dengan shopoholisme.
ADVERTISEMENT
CBD sendiri didefinisikan sebagai hasrat yang tidak tertahankan untuk membeli barang secara berlebihan dengan jumlah pengeluaran besar dan menyita waktu yang pada akhirnya hanya mendatangkan pengaruh negatif di dalam hal keuangan dan keluarga.
Berdasarkan gejalanya, gangguan ini bahkan mungkin dikategorikan sebagai gangguan bipolar, gangguan obsesif-kompulsif, kecanduan klinis, atau gangguan kontrol atas dorongan.
Menurut PsychGuides, bagi individu yang mengidap CBD, mereka berada dalam gangguan kontrol-impuls yang berindikasi terhadap kleptomania. Para pengidapnya juga memiliki dorongan kecemasan yang dapat diredakan hanya dengan melakukan pembelian barang (berbelanja).
Mereka juga dapat melakukan aktivitas belanja sebagai cara untuk mengatasi emosi negatif dan berusaha keras untuk menyembunyikan barang yang mereka beli dari orang di sekitarnya.
Mengutip Independent, WHO mengakui kecanduan belanja sebagai gangguan mental hanya beberapa minggu setelah pengumuman resmi bahwa kecanduan game tergolong dalam gangguan mental .
ADVERTISEMENT