Pamer Karya di Venesia, Indonesia Siap Buktikan Arsitektur Kontemporer

15 Desember 2017 19:44 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Steve J. Manahampi  (Foto: Dok. Bekraf)
zoom-in-whitePerbesar
Steve J. Manahampi (Foto: Dok. Bekraf)
ADVERTISEMENT
Kayanya ragam budaya dan tradisi Indonesia menimbulkan sebuah pengaruh besar terhadap seni arsitektur Tanah Air. Sebut saja beragam arsitektur yang kita miliki di setiap daerahnya, Rumah Gadang dari Sumatera Barat, Rumah Badui dari Banten, Rumah Joglo khas Jawa Tengah, dan masih banyak lagi.
ADVERTISEMENT
Namun, bagaimana dunia melihat arsitektur Tanah Air? Apakah Indonesia hanya sebatas dikenal lewat gaya arsitekturnya yang vernakular dengan kearifan lokalnya?
“Ketika kita bicara arsitektur Indonesia, apalagi orang luar itu tahunya Bali. Jadi ya Indonesia itu yang dikenal ya arsitektur vernakular,” jelas Steve J. Manahampi kepada kumparan (kumparan.com) dalam acara Press Conference Indonesia Pavilion Venice Architecture Biennale yang berlangsung di The Westin, Jakarta Selatan, Kamis (14/12).
Pengertian arsitektur vernakular sendiri adalah sebuah arsitektur yang tumbuh dan berkembang dari rakyat. Sesuatu yang sudah mengakar dan lahir dari tradisi.
Architecture La Biennale Architettura (Foto: Gina Yustika Damara/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Architecture La Biennale Architettura (Foto: Gina Yustika Damara/kumparan)
Steve yang merupakan ketua Ikatan Arsitek Indonesia Jakarta menambahkan bahwa hal itu tak diherankan mengingat apabila Indonesia berpartisipasi dalam ajang pameran arsitektur internasional, selalu menampilkan arsitektur yang vernakular.
ADVERTISEMENT
“Itulah, jadi mungkin orang di belahan dunia lain itu kenal dengan ke-vernakularan kita,” tambah Steve.
Ia melanjutkan dengan menegaskan bahwa arsitektur Indonesia itu bisa mencapai post-modern dan kita tidak kalah dalam menampilkan karya-karya yang kontemporer dan modern.
Exposure kita memang lebih banyak ke desain yang vernakular, tapi sekarang kan sudah banyak arsitek-arsitek muda yang masuk ke publikasi internasional seperti archdaily, misalnya. Orang mungkin berpikir arsitektur modern kita masih minim jadi dianggapnya minor dan belum mainstream. Padahal sebetulnya disini pun sudah banyak mainstream-nya,” jelas Steve.
Steve berharap bahwa apabila Indonesia berpartisipasi ke ajang internasional, dapat membawakan wajah baru arsitektur Indonesia ke internasional. Supaya orang mancanegara dapat tahu dan mengerti bahwa arsitektur Indonesia pun tak hanya beragam dari segi vernakular, tapi juga modern dan memiliki kredibilitas yang besar.
ADVERTISEMENT
“Benar, we can do something yang modern. Tapi tidak semerta-merta modern biasa, juga yang masih bisa ikut ke budaya kita,” tutup Steve pada kumparan.