Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Pasangan Beda Suku, Ini 2 Hal yang Wajib Dibicarakan Sebelum Menikah
10 Juni 2018 17:14 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
ADVERTISEMENT
Hidup dalam ikatan pernikahan tidaklah semudah yang Anda bayangkan. Menikah berarti menyatukan dua pribadi berbeda dalam satu bahtera rumah tangga yang sama.
ADVERTISEMENT
Dua manusia dengan karakter, pikiran, latar belakang, dan budaya yang berbeda harus melebur jadi satu, demi kehidupan pernikahan yang langgeng dan bahagia. Untuk Anda yang menikah dengan pasangan yang berbeda suku, tantangan bisa menjadi hal yang lebih besar lagi.
"Berbeda suku artinya adalah berbeda budaya. Berbeda juga cara atau gaya individu tersebut dibesarkan atau diasuh. Hal tersebut tentunya membentuk pribadi yang jauh berbeda juga. Ada yang dibesarkan dalam budaya keluarga yang lemah lembut, yang kemudian bicara dengan nada yang pelan," papar psikolog Ayoe Sutomo kepada kumparanSTYLE (kumparan.com), saat dihubungi lewat pesan singkat, Kamis (7/6).
Oleh karena itu, penting bagi Anda dan pasangan untuk mendiskusikan hal ini dengan matang sebelum memutuskan menikah. Hal ini wajib hukumnya, agar dapat beradaptasi dan mengatasi perbedaan dengan baik.
ADVERTISEMENT
Lantas, hal apa saja yang wajib dibicarakan oleh pasangan beda suku sebelum menikah?
Sang psikolog mengatakan ada dua hal dasar yang harus dibicarakan:
1. Perbedaan
Tak hanya sebelum menikah, perbedaan nilai dan budaya sudah harus didiskusikan sejak awal menjalin hubungan. Jelaskan dengan detail perbedaan atau gap apa saja yang akan dihadapi.
"Jelaskan 'kalau di keluarga saya akan seperti ini, mungkin akan berbeda di kamu'. Tinggal bagaimana cara mendiskusikan dan masuk untuk memperkenalkannya. Harus dengan cara yang tepat dan baik, sehingga prosesnya jadi lancar," jelas Ayoe.
Pengenalan budaya bisa dimulai dari hal yang paling sederhana, seperti daftar panggilan (Pak Dhe untuk orang Jawa atau Uwa untuk Sunda), atau bahkan makanan khas yang dimiliki suku masing-masing.
Jangan pernah menyelepekan fase ini. Terima fakta bahwa layaknya Anda, pasangan butuh waktu untuk mencerna perbedaan.
ADVERTISEMENT
"Harus ambil waktu untuk memperkenalkan. Seharusnya jika memang ada willingness yang kuat, tujuan pernikahan yang kuat, sudah sepakat menikah untuk rumah tangga, harusnya jadi hal yang tidak terlalu sulit," pungkas Ayoe.
Dalam fase ini akan terlihat tingkat toleransi yang dimiliki oleh pasangan. Apakah si dia bisa menerima atau tidak.
Yang menjadi konflik adalah ketika salah satu pihak merasa keberatan atau kesulitan menerima perbedaan, apa yang harus dilakukan?
"Sah-sah saja bagi setiap pasangan untuk membentuk nilai baru dalam pernikahan mereka. Misal enggak mau anaknya jadi terlalu lembut, ya boleh untuk dibiasakan. Tapi akan ada baiknya juga diberi pemahaman bahwa 'itu budaya dari keluarga saya'. Jadi nanti ketika bertemu, biasakan untuk menghormati budaya yang lainnya," kata Ayoe.
ADVERTISEMENT
2. Ekspektasi dan tujuan pernikahan
Pahami bahwa pasangan tak akan 100 persen bisa melebur dengan kebiasaan atau budaya suku Anda. Di sinilah sikap toleransi berperan.
Jadi, penting untuk membicarakan ekspektasi yang Anda miliki kepada pasangan.
"Pernikahan terdiri dari dua individu berbeda, tapi jika punya satu tujuan pernikahan yang jelas, dari awal mau yang seperti apa, itu tentunya jadi fondasi atau bekal penting bagi setiap pasangan yang memutuskan menikah dan kebetulan lahir dengan dua budaya berbeda," tutup Ayoe.