Perempuan Korea Selatan Ramai-ramai Hancurkan Koleksi Makeup, Ada Apa?

11 November 2018 9:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Perempuan Korea Selatan hancurkan koleksi makeupnya (Foto: dok. Twitter/@wasinthedark_)
zoom-in-whitePerbesar
Perempuan Korea Selatan hancurkan koleksi makeupnya (Foto: dok. Twitter/@wasinthedark_)
ADVERTISEMENT
Belum lama ini, perempuan Korea Selatan beramai-ramai menghancurkan koleksi makeup mereka. Eyeshadow hancur lebur menjadi butiran bubuk glitter, botol cat kuku sengaja dipecahkan dan dibuang isinya. Lipstik juga dihancurkan hingga patah dan meleleh.
ADVERTISEMENT
Mereka membuang kosmetik dan skincare, mengganti gel pelembab dan peeling menjadi pelembap biasa tanpa aroma, dan memotong rambut mereka menjadi sangat pendek tanpa ditata. Aksi tersebut kemudian diunggah ke dalam akun media sosial sebagai bagian dari gerakan feminisme Korea Selatan bernama Escape the Corset. Hal ini dilakukan sebagai bentuk pemberontakan terhadap standar kecantikan tinggi serta bentuk protes atas upah tenaga kerja di bidang kecantikan yang tak kunjung dibayar.
Sebagai negara peringkat kedelapan di dunia dengan pasar kosmetik terbesar, Korea Selatan menyumbang hampir tiga persen dari penjualan global. Seluruh produk-produk asal Negeri Ginseng seperti BB Cream, CC Cream, perawatan kulit dengan kandungan lendir siput serta susu kedelai, membuat para perempuan seolah 'diharuskan' untuk memiliki tampilan wajah mulus tanpa pori-pori.
ADVERTISEMENT
Antara 2012 hingga 2017, pasar kosmetik tersebut tumbuh dengan nilai lebih dari tujuh persen setiap tahunnya. Namun di balik pertumbuhan itu semua, masih ada tenaga kerja yang tidak dibayar dan hidup dalam keuangan yang serba kekurangan. Inilah yang membuat para perempuan tersebut geram dan berbondong-bondong menghancurkan koleksi makeup yang telah dimilikinya bertahun-tahun.
Bisa dibilang, koleksi makeup yang sengaja dirusak tersebut memiliki angka yang lebih tinggi dari upah minimum tenaga kerja per jam. Misalnya, satu lipstik MAC yang dihargai KRW 30 ribu (Rp 400 ribuan) sama dengan empat kali upah minimum para tenaga kerja per satu jamnya.
Seorang perempuan Korea Selatan bernama Cha Ji-won mengaku bahwa ia menghabiskan sekitar KRW 100 ribu (Rp 1,3 juta) setiap bulannya untuk membeli kosmetik. Namun dengan adanya bentuk protes ini, ia tidak ingin lagi berbelanja kosmetik.
ADVERTISEMENT
"Setiap orang memiliki kekuatan mental setiap harinya dan saya menghabiskan seluruh kekuatan saya untuk mengkhawatirkan tentang penampilan saya," tuturnya saat diwawancarai Guardian.
Perempuan lainnya juga mengunggah foto koleksi makeup yang telah hancur. "Saya ingin menjadi cantik karena saya benci wajah jelek saya. Bahkan saya tidak pergi ke sekolah kalau makeup saya kurang bagus. Tapi sekarang saya sadar, saya tidak perlu berusaha untuk menjadi cantik. Saya telah membuka 'masker' yang merusak hidup saya," tulisnya pada akun Instagramnya.
Gerakan 'Escape the Corset' ini tidak muncul begitu saja. Gerakan ini adalah salah satu bagian dari revolusi feminis #MeToo yang gaungnya terdengar di seluruh dunia. #MeToo adalah gerakan bangkitnya para perempuan korban pelecehan atau kekerasan seksual di dunia kerja untuk berani melawan dan menuntut keadilan.
ADVERTISEMENT
Di Korea Selatan, gerakan #MeToo pernah dilakukan oleh jaksa penuntut umum Seo Ji-hyeon yang mengatakan bahwa seorang mantan politisi terkenal karena pernah merabanya di sebuah pemakaman pada 2010 silam. Beberapa bulan kemudian, ratusan perempuan memberanikan diri mengungkap kekerasan dan pelecehan seksual yang pernah dialaminya. Akhirnya pada Juni lalu, sebanyak 22 ribu perempuan turun ke jalanan Seoul untuk melakukan Women's March for Justice yang menjadi gerakan feminis terbesar dalam sejarah Korea Selatan.
Dilansir Quartzy, masih terlalu dini untuk menyimpulkan apakah gerakan Escape the Corset ini mempengaruhi para pelaku industri kosmetik Korea Selatan. Tetapi beberapa media lokal melaporkan bahwa ritel kosmetik telah memikirkan strategi terbaru untuk mempromosikan produknya. Salah satunya adalah dengan menargetkan pelanggan pria lebih banyak.
ADVERTISEMENT