Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Persembahan 20 Desainer Lokal untuk Indonesia di I Creative Week 2017
26 November 2017 7:10 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:13 WIB
ADVERTISEMENT
Industri mode Indonesia seolah tak berhenti memanjakan para pecinta dan penikmat mode Tanah Air. Beragam tren dan koleksi terbaru dihadirkan oleh para desainer yang berkesempatan untuk pamer karya dalam sejumlah acara, salah satunya adalah I Creative Week.
ADVERTISEMENT
Kembali hari untuk yang ke-5 kalinya, Indonesia Creative Week bekerja sama dengan sekumpulan desainer Indonesia yang tergabung dalam Indonesia Fashion Chamber (IFC) Jakarta. Termasuk di dalamnya desainer busana muslim, konvensional, dan askesoris.
Mengusung tema bertajuk 'Satu Indonesia', sebanyak 20 desianer hadir menampilkan karya terbaiknya bagi Indonesia yang bersatu dalam warna, keragaman dan rasa. Acara "I Creative Week: Parade & Exclusive Show" juga menghadirkan pagelaran busana yang digelar pada Sabtu (25/11) dan Minggu (26/11).
Salah satu desainer sekaligus pemilik label Tenun Gaya, Wignyo Rahadi, juga turut berpartisipasi dalam acara ini. Ia mengatakan bahwa tema rancangannya kali ini adalah Selaras Garis dan mengangkat tenun Peringgasela sebagai fokus utama rancangannya.
"Saya menggunakan tenun Peringgasela, binaan Bank Indonesia, motif Sundawa. Motif ini menjadi ciri khas tersendiri dari tenun Peringgasela, yang terinspirasi dari nama suatu sungai di sana," ungkap Wignyo saat ditemui kumparan (kumparan.com) di Lippo Mall Kemang, Jakarta Selatan, Sabtu (25/11).
ADVERTISEMENT
Lain halnya dengan Fitri Aulia, seorang desainer busana muslim yang terkenal dengan koleksi syar'inya. Ia mengangkat tema yang cukup berbeda untuk karyanya tahun ini.
"Temanya adalah El Viaje, yang diartikan sebagai perjalanan atau pengembaraan. Saya mau menyuarakan makna perjalanan atau napak tilas perkembangan Islam yang dimulai saat Islam masuk ke Spanyol pada abad itu. Inspirasinya ada di detil-detil tarian flaminggo dan atributnya, ada juga dari detil keramik-keramik bangunan Spanyol," ujar pemilik brand KIVITZ ini.
Fitri lebih memilih menggunakan warna-warna basic seperti hitam, abu-abu dan merah karena dapat sekaligus menggambarkan kemandirian seorang perempuan. Dress yang ia ciptakan lebih menggunakan detil dan print dari motif Spanyol.
Desainer lokal lainnya, Lisa Fitria, mengangkat tema busana 'Galaxyous'. Menggunakan material dari Katun, Linen, Chambray denim dengan kombinasi sentuhan tenun troso dari Jepara, gaya busana ke kantor atau office-wear tetap menjadi ciri khas busana ciptaannya.
ADVERTISEMENT
Sedangkan desainer Monika Jufry menggunakan permainan garis-garis dan sudut asimetris pada busananya yang bertajuk 'Blackmetric'. Perpaduan warna hitam, toast dan abu-abu memberikan kesan yang dinamis, modern dan praktis.
Dari desainer aksesoris, ada BOPA alias 'BOngkar-PAsang' yang mengedepankan tema 'Color Theory'. Menggunakan bahan synthetic leather & cruely-free untuk menciptakan kenyamanan pada pemakainya, ia warna yang colorful dan tekstur yang menarik perhatian.
Tak ketinggalan, Poppy Karim dengan kampanye yang bertajuk 'Katakan dengan Batik', mengembangkan motif Kawung yang dipadukan dengan Parang, motif Pisang Bali, Grudo, Sidomukti dan Sidoluhur. Busana yang ia tampilkan dibuat dengan teknik sulaman benang dan aplikasi kain velvet. Ia memberikan potongan kain velvet, kain renda, kain organdi dan kain tweed pada busana ciptaannya.
ADVERTISEMENT
Penasaran dengan koleksi desainer lainnya? Datang saja ke Indonesia Creative Week 2017 di Lippo Mall Kemang Jakarta Selatan, hari ini!