Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0

ADVERTISEMENT
Dalam beberapa hari terakhir ini, fast fashion brand asal Jepang, Uniqlo, tengah diterpa isu tak sedap.
ADVERTISEMENT
Hal ini berawal dari beredarnya foto dua penjahit asal Indonesia di media sosial, yakni Warni Napitupulu dan Tedy Senadi Putra yang menuntut Uniqlo untuk membayar upah mereka.
Brand yang populer dengan gaya busana minimalis ini dituduh tidak membayar upah penjahit di Indonesia secara layak. Bahkan dalam foto yang beredar di media sosial, Warni Napitupulu dan Tedy Senadi Putra yang menjadi korban bangkrutnya PT Jaba Garmindo (pemasok garmen Uniqlo) tengah melakukan aksi protes di depan gerai Uniqlo yang baru saja buka di Kopenhagen, Denmark pada Jumat (5/4).
Kabar ini tersiar pula di situs Clean Clothes, sebuah aliansi global yang memperjuangkan hak pekerja garmen dan sportswear.
Dalam situs mereka, Clean Clothes mengungkapkan bahwa permasalahan dimulai di penghujung tahun 2014 ketika Uniqlo dan pemborong lainnya menarik pesanan dari pabrik Jaba Garmindo di Bekasi tanpa peringatan atau penjelasan kepada para ribuan pekerja di sana. Akibat hal tersebut, beberapa bulan kemudian, tepatnya April 2015, PT Jaba Garmindo jatuh bangkrut dan ribuan pekerja kehilangan mata pencahariannya.
ADVERTISEMENT
Dalam keterangannya, Clean Clothes juga mengungkapkan bahwa Uniqlo tak membayar pesangon sebesar UUD 5,5 juta atau setara dengan Rp 77 miliar.
Terkait tuduhan tersebut, kumparanStyle pun mencoba menghubungi pihak Uniqlo Indonesia pada Sabtu (6/4). Pihak Uniqlo pun menjawab dengan memberikan keterangan yang diterbitkan di situs fastretailing.com.
Berdasarkan keterangan yang dikeluarkan Fast Retailing Group, perwakilan Uniqlo di Indonesia, PT Jaba Garmindo berkali-kali mengalami masalah kualitas dan pengiriman yang tertunda. Dan pada awal 2014, Uniqlo meminta perusahaan garmen tersebut menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
Tercatat Uniqlo sendiri telah bekerja sama dengan PT Jaba Garmindo sejak Oktober 2012 hingga Oktober 2014.
Akibat pihak PT Jaba Garmindo yang tidak kunjung membenahi masalah produksinya, pada Oktober 2014, Fast Retailing sebagai perwakilan Uniqlo di Indonesia pun memutus hubungan bisnis dengan PT Jaba Garmindo. Fast Retailing juga menyatakan telah menyelesaikan masalah pembayaran untuk semua pesanan hingga tenggat waktu yang telah disepakati.
ADVERTISEMENT
Selang beberapa bulan, pada April 2015, PT Jaba Garmindo pun dinyatakan bangkrut. Setelah bangkrut, beberapa LSM internasional turut melobi Uniqlo agar bersedia memberikan kompensasi finansial kepada mantan karyawan PT Jaba Garmindo.
Dalam keterangannya, Fast Retailing sebagai perwakilan Uniqlo di Indonesia pun berujar tidak memiliki kewajiban hukum yang berkaitan dengan hal tersebut, termasuk tanggung jawab untuk memberikan kompensasi finansial kepada mantan karyawan PT Jaba Garmindo.
Namun pihak Fast Retailing telah melakukan perbincangan dengan para pemangku kepetingan di industri terkait mengenai metode yang dapat melindungi hak-hak para pekerja industri fashion. "Setelah itu dari Uniqlo global juga sudah menemui kembali perwakilan dari PT Jaba Garmindo di akhir tahun lalu," ujar Putri Ening Public Relation Manager Uniqlo Indonesia kepada kumparanStyle pada Sabtu (6/4).
Pertemuan yang dilakukan secara face to face tersebut rupanya telah berlangsung dua kali yakni pada Juli 2017 dan November 2018. Kedua belah pihak, baik Uniqlo dan perwakilan serikat pekerja PT Jaba Garmindo bertemu di Jakarta di hadapan mediator independen. Sayangnya, isi kesepakatan pertemuan tersebut tidak bisa dibagikan kepada publik.
ADVERTISEMENT
Namun, Fast Retailing mengonfirmasi rencananya untuk terus membahas dengan perwakilan serikat pekerja tentang tawaran untuk membantu memfasilitasi kembali pekerjaan bagi mantan karyawan PT Jaba Garmindo yang tetap tidak memiliki pekerjaan hingga saat ini.
Menyusul polemik yang menerpa Uniqlo tersebut, para penggemar Uniqlo pun mengungkapkan kekecewaannya di media sosial. Ya, Uniqlo sendiri merupakan brand fashion asal Jepang yang terkenal dengan gaya busananya yang minimalis nan effortless. Tak hanya itu, yang membedakan lini fashion garapan Tadashi Yanai ini dengan brand lainnya adalah didukung dengan sejumlah teknologi seperti heatteach (menghangatkan tubuh) dan AIRSm (bahan yang ringan dan sejuk) yang dapat memberikan kenyamanan bagi si pemakai.