Sejarah Bra, Dikenal dengan Sebutan BH hingga Kutang di Indonesia

12 Desember 2017 17:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Bra (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Bra (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Bagi wanita, bra menjadi item penting untuk menunjang penampilan mereka. Tak hanya menunjang penampilan, bra juga baik untuk kesehatan.
ADVERTISEMENT
Banyaknya fungsi yang dihasilkan oleh bra membuat berbagai brand berlomba-lomba membuat model yang cantik dan beragam. Kini, bra tak hanya hadir dalam bentuk polos, melainkan banyak dihiasi ornamen seperti renda dan juga motif lucu.
Namun, tahukah kamu bagaimana sebenarnya sejarah bra diciptakan?
Konsep penutup dada atau sekarang dikenal dengan bra, serta buste holder (BH) dalam bahasa Belanda, sejatinya telah muncul sejak masa Mesir Kuno. Sebelumnya, di abad ke-16, konsep pakaian dalam penutup dada dikenal dengan korset.
Saat itu, wanita dari kalangan aristokrat Eropa diharuskan memakai korset. Penggunaan korset diharapkan dapat menampakkan pinggang dan mendorong payudara mereka ke atas.
Menurut Cultural Encyclopedia of the Breast (2014), seorang sosialita bernama Mary Phelps Jacob, kemudian menciptakan bra atau buste holder (BH) pada tahun 1910, ketika akan mengenakan gaun untuk pergi ke sebuah pesta. Hal ini berawal dari ketidaknyamanannya dalam menggunakan korset yang sudah berabad-abad digunakan wanita Eropa di berbagai belahan dunia.
ADVERTISEMENT
"Bra pertama pada dasarnya hanya dua saputangan yang dijahit bersama, sehingga sangat ringan dan harus diikat di lehermu. Ini terlihat seperti bikini halter top,"ujar Lynn Boorady, dari Buffalo State University kepada Times.
Ciptaan Jacob tersebut kemudian dipatenkan pada tanggal 3 November 1914. Tentunya, ia mendapat uang dari ciptaannya tersebut, tapi tak berperan penting dalam industri bra.
Pada masa Perang Dunia I, kebutuhan akan logam dunia cukup tinggi. Ditambah dengan pertumbuhan wanita dalam angkatan kerja yang tinggi, akhirnya mempercepat berakhirnya penggunaan korset. Tak heran, karena logam yang digunakan dalam pembuatan korset dibutuhkan untuk keperluan perang.
Pada akhir 1918, perkembangan fashion di Amerika Utara juga turut mengadopsi bra sebagai pakaian dalam wanita. Saat itu, penggunaannya pun menjadi masif.
ADVERTISEMENT
Meskipun demikian, Jacob yang kemudian mengganti namanya menjadi caresse Crosby itu tidak pernah mengubah ciptaannya menjadi suatu bisnis. Ia justru menjual hak patennya ke The Warner Brothers Company, di Bridgeport, Conn, sebesar US$ 21 ribu Rp 285 juta.
Tak hanya di Amerika, dalam perkembangannya wanita Indonesia juga tak luput sebagai pengguna bra. Padahal sebelumnya, di zaman Hindia Belanja, wanita yang berjalan di muka umum tanpa mengenakan penutup dada merupakan hal yang biasa.
Bra dari Barat Hingga Kutang Nusantara (Foto: Instragram/@msconnievee, @trixielorraine)
zoom-in-whitePerbesar
Bra dari Barat Hingga Kutang Nusantara (Foto: Instragram/@msconnievee, @trixielorraine)
Hal tersebut tidak mendatangkan birahi pada pria di Indonesia. Masalah birahi justru muncul di kalangan pria Belanda.
Masuknya bra di Nusantara juga merupakan pengaruh dari wanita Belanda yang menggunakannya. Mereka bermukin di Indonesia sejak tahun 1920-an.
Lidah orang Indonesia saat itu menyebut BH sebagai (baca:beha). Kemudian, banyak juga yang mengucapkannya sebagai kutang.
ADVERTISEMENT
Menurut KBBI sendiri, kutang merupakan pakaian dalam wanita untuk menutupi payudara atau baju tanpa lengan.
Bagaimana menurutmu?