Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
Sekelumit Makna di Balik Cantiknya Motif Tenun Sumba
16 November 2017 13:22 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
ADVERTISEMENT
Kain merupakan warisan budaya Indonesia yang tak ternilai harganya. Mulai dari batik, lurik, songket, hingga tenun, seluruhnya mampu menuturkan kisah yang membekas di hati.
ADVERTISEMENT
Lewat kain, manusia mampu mewariskan cerita budaya yang bisa dikenang oleh anak cucu mereka, alias abadi sepanjang masa.
Salah satu kain tradisional yang menarik perhatian kumparan (kumparan.com) adalah tenun Sumba. Kain cantik yang satu ini baru saja diangkat Biyan, desainer ternama Indonesia, sebagai primadona dalam koleksi busana teranyarnya: Humba Hammu.
Layaknya kain tradisional Indonesia lainnya, tenun Sumba punya sejuta motif unik yang menarik untuk dibahas. kumparan (kumparan.com) pun berkesempatan untuk berbincang dengan Ignatius Hapu Karanjawa, putra asli Sumba yang mendedikasikan hidupnya untuk melestarikan kain Sumba.
Bagi pria yang kerap disapa Umbu ini, tenun Sumba tak hanya sekedar berfungsi sebagai pakaian. Namun berperan sebagai media terciptanya komunikasi dengan orang lain.
Saat mengamati aneka kain Sumba yang tertata rapi, kumparan (kumparan.com) menyadari bahwa seluruh motif tenun Sumba terdiri dari hewan. Seperti kuda, ayam, rusa, lobster, burung, dan sebagainya.
ADVERTISEMENT
"Masyarakat Sumba percaya sekali dengan reinkarnasi, karena mereka masih dalam agama Marapu ya, masih animisme. Tapi mereka percaya ada kehidupan baru setelah mati," jelas Umbu, saat ditemui kumparan (kumparan.com) di The Dharmawangsa Hotel, Jakarta Selatan, pada Rabu (15/11). Inilah yang jadi alasan mengapa tenun Sumba bermotifkan hewan.
"Jadi kain Sumba sangat mudah melihatnya. Kalau lihat kuda, itu artinya dari Sumba," jelas Umbu lagi.
Di kalangan masyarakat Sumba, kuda merupakan simbol kepemimpinan. "Kenapa kuda? Kuda kalau dia jalan segerombol, satu jantan memimpin 10 betina. Meski bertmu gerombolan lain, kuda-kuda tidak akan pindah. Jadi kepemimpinan diibaratkan dengan kuda," kata dia.
Ayam juga dikatakan memiliki makna yang sama bagi masyarakat Sumba. Semua karena melihat perilaku ayam yang selalu berjalan di depan, diikuti oleh anak-anaknya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, motif Kakatua pada tenun Sumba menyimbolkan persatuan. Masyarakat Sumba melihat kebiasaan burung Kakaktua yang selalu terbang bersama-sama sebagai hal yang patut ditiru. "Itu yang dilihat oleh orang tua-tua. Mereka lebih mengambil keputusan naturalis," ujarnya.
Masyarakat Sumba juga menetapkan motif buaya dan kura-kura untuk raja. "Motif untuk raja punya itu buaya dan kura-kura. Buaya itu simbol dari seorang raja, kemudian kura-kura itu simbol dari istri seorang raja. Kalau ratu dia pakai motif Patola saja, motif kainnya berbunga-bunga," jelas Umbu.
Selain itu, juga ada tenun bermotifkan manusia yang sedang menari. "Itu motif manusia yang sedang telanjang. Di hadapan Tuhan itu tidak ada yang tersembunyi. Itu simbol dari Marapu sebenarnya, namanya Anatau," kata Umbu.
Hingga tahun 90an, masyarakat Sumba masih menetapkan aturan ketat bagi pemakai tenun. Tak ada yang boleh menggunakan motif tenun sesuka hati, semua harus sesuai status sosial masing-masing.
ADVERTISEMENT
Namun seiring tingginya permintaan terhadap tenun Sumba, aturan ini tak lagi seketat dulu. Kini yang tersisa hanyalah aturan motif buaya dan kura-kura. Sisanya bebas.
Tenun Sumba asli hanya terdiri dari dua warna saja, yaitu biru tua dan merah. Sisanya merupakan hasil dari modernisasi. Mempelajari kekayaan makna kain tradisional Indonesia memang tak ada habisnya.
Bagaimana pendapat kamu?