Song Bora, Selebgram Asal Korsel yang Sudah 10 Tahun Jadi Mualaf

17 Juli 2017 12:59 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Apa yang kamu pikirkan saat berbicara tentang Korea Selatan?
ADVERTISEMENT
Musik K-pop? Kosmetik dengan kemasan lucu dan menggemaskan? Atau tren operasi plastiknya?
Semua hal itu tampak identik dengan Negeri Ginseng tersebut. Tak heran, mengingat Korea Selatan masih berada pada masa kejayaannya dalam seni dan budaya K-pop. Ditambah lagi, demam Hallyu Wave yang mewabah hampir di seluruh negara hingga ke Amerika dan benua Eropa membuat Korea Selatan semakin dikenal dan mendapatkan tempat di hati para penggemarnya.
Namun tahukah kamu bahwa di Korea Selatan juga terdapat populasi Muslim? Ya, hal ini benar adanya. Meski jumlahnya sangat kecil, yakni sebesar 0.07 persen dari seluruh penduduk Korea Selatan yang sebagian besar atheis. Populasi Muslim di Korea didominasi oleh para pendatang yang berasal dari Pakistan, Maroko, Bangladesh, Malaysia, termasuk Indonesia.
ADVERTISEMENT
Sangat jarang terdapat warga Korea asli yang memeluk Islam. Namun kumparan (kumparan.com) berkesempatan untuk berkenalan dengan Song Bora, seorang wanita asal Busan yang memantapkan hatinya untuk menjadi seorang muslimah.
Perjumpaan kumparan dengan wanita yang biasa disapa Bora ini terjadi di sebuah hotel di kawasan Senen, Jakarta Pusat, Rabu (12/7). Kala itu, Bora yang tengah mengunjungi Indonesia dan dijadwalkan menggelar meet and greet di Jakarta dan Bandung.
Mengapa meet and greet? Rupanya Bora merupakan selebgram populer di Korea. Followernya berada di angka 138 ribu dan banyak didominasi oleh orang Indonesia. Tak heran, Indonesia menjadi tempat tujuannya
Song Bora, Mualaf dari Korea (Foto: Instagram/olaborasong)
Saat kumparan tiba di tempat meet and greet, kurang lebih ada sekitar 85 orang penggemar yang telah menantinya. Ke-85 orang ini bisa dibilang beruntung, karena meet and greet yang digelar sifatnya terbatas, sedangkan ada lebih dari 500 orang yang mendaftar.
ADVERTISEMENT
Begitu masuk ruangan, Bora tampak kaget karena ternyata banyak yang telah menunggunya. Lebih dari ekspektasinya. Di hadapan para penggemar dan media, ia mulai cerita perjalananya menjadi seorang mualaf.
"Aku sudah 10 tahun menjadi mualaf. Awalnya aku tidak punya agama," ujarnya membuka percakapan.
"Aku kenal Islam melalui buku sejarah dunia. Di situ hanya ada sedikit informasi tentang Islam dan aku mulai penasaran untuk mencari-carinya lagi. Tapi tidak ada satu informasi pun yang bisa aku dapatkan di internet," lanjut Bora.
Beruntung, ia mengenal beberapa kerabatnya dengan senang hati membantunya menggali informasi tentang Islam. Sedikit demi sedikit, Bora mulai paham apa yang dimaksud dengan Islam dan ajaran-ajarannya yang sejalan dengan visi-misi hidupnya.
ADVERTISEMENT
"Apalagi orang-orang muslim sangat baik terhadapku, aku jadi terkesan dan terharu. Kemudian aku berpikir bahwa aku harus memeluk agama ini," katanya lagi.
Bora bisa dibilang beruntung, karena orang tua dan keluarganya sama sekali tidak menentang keputusannya untuk masuk Islam. Di keluarganya, hanya dirinyalah yang memeluk agama Islam.
Sebagai seorang Muslim, tentunya Bora sebisa mungkin berusaha untuk menjalani rukun Islam. Salah satunya adalah puasa. Awal-awal puasa, Bora mengaku sangat sulit dan banyak godaannya.
"Pertama kali aku berpuasa, temanku ulang tahun dan mengajak kami makan di luar. Aku sudah jelaskan kepada mereka kalau aku sedang puasa. Mereka bilang 'Untuk apa kamu menahan lapar? Ayo makan saja!', tapi aku tetap menahan lapar dan berpuasa," kenang Bora sambil diiringi tawa ringan.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu saja, di daerah asalnya, Busan, tidak banyak masjid yang bisa dikunjungi. Jumlahnya bahkan bisa dihitung pakai jari.
Masjid yang terdekat dari rumahnya harus ditempuh dengan bus selama dua jam lamanya. Jadi setelah berbuka puasa di Masjid, ia harus langsung pulang karena perjalanannya akan sangat menyita waktu.
"Dua tahun pertama aku menjadi Muslim, aku bahkan tidak tahu ada salat tarawih selama Ramadhan," imbuhnya lagi.
Seiring berjalannya waktu, Bora mulai terbiasa dengan berpuasa. Padahal, waktu puasa di Korea terbilang cukup lama. Subuh jam 3 pagi dan berbuka puasa di jam 9 malam. Meski demikian, hal itu tidak melunturkan niatnya untuk menjadi Muslimah yang taat kepada ajaran Allah SWT.
ADVERTISEMENT
Saat ini, wanita yang pandai berbahasa Arab itu bekerja di Korean Muslim Federation (KMF) di Seoul Central Masjid. Ia bertugas untuk memberikan penjelasan tentang Islam kepada orang-orang Korea yang tertarik untuk mempelajari Islam. Selain itu, ia juga menjadi penerjemah hadist dari bahasa Arab ke bahasa Korea.
Penasaran tentang kisah Bora saat mantap memutuskan untuk mengenakan hijab? Simak artikel selanjutnya hanya di kumparan!