Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
“Sains, teknik, dan teknologi merupakan hal mendasar bagi masa depan planet ini, kita membutuhkan perempuan untuk mengambil peran dalam menciptakan masa depan baru itu.”
ADVERTISEMENT
Ungkapan dari Helen Wollaston, Chief Executive dari WISE Campaign, sebuah kampanye global yang mendorong perempuan dan anak perempuan untuk terjun ke bidang STEM, di atas cukup menggambarkan jika perempuan sudah semestinya terlibat dalam berbagai bidang, termasuk bidang Science, Technology, Engineering, and Mathematics (STEM).
Keterlibatan perempuan dianggap sangat penting dalam memajukan perekonomian negara. Peran perempuan juga dinilai memiliki potensi untuk mengambangkan industri STEM.
Namun permasalahannya adalah, hingga saat ini masih sedikit sekali perempuan yang menjalani karier di bidang STEM, baik secara global maupun di Indonesia. Menurut data dari UNESCO, jumlah ilmuwan perempuan di dunia sebanyak 28 persen dan di Indonesia sendiri terdapat 31 persen.
Padahal UNESCO di tahun 2015 merilis laporan yang menunjukkan bahwa pelajar perempuan di bidang STEM cukup tinggi. Selain itu, jumlah mahasiswa perempuan lulusan bidang sains juga tidak sedikit, yaitu 52 persen, namun angka mahasiswa perempuan tingkat doktor hanyalah 35 persen. Hal ini menunjukkan bahwa perempuan yang melanjutkan karier di bidang sains masih rendah.
ADVERTISEMENT
Ada berbagai faktor yang menyebabkan hal itu terjadi. Beberapa diantaranya adalah perempuan cenderung mempertimbangkan soal gender saat akan bekerja dan mereka merasa tidak pantas untuk menggeluti bidang STEM karena faktor dominasi laki-laki di bidang tersebut.
Managing Director Grab Indonesia, Neneng Goenadi dalam acara CEO Talks yang diadakan Indonesian Business Coalition for Women Empowerment (IBCWE) Rabu 10/4 lalu menyinggung mengenai hal ini. Agar kesenjangan di bidang STEM tidak lagi terjadi di masa mendatang, menurutnya ada baiknya jika perempuan diberikan informasi sejak dini bahwa tidak hanya laki-laki saja yang bisa berkecimpung di industri STEM. “Karena kita tahu jumlah perempuan di STEM itu sedikit, jadi bagaimana caranya STEM sudah harus dikampanyekan sejak anak-anak perempuan masih SD. Mereka harus tahu kalau STEM is cool for women. Dan ini merupakan tanggung jawab bersama bagi pemerintah dan pihak swasta,” ungkap Neneng.
ADVERTISEMENT
Saat ini memang masih terdapat sebuah pakem yang membuat bidang STEM terlihat seperti bidang yang tidak umum untuk digeluti oleh perempuan. Pakem ini secara tidak langsung turut mengurangi kepercayaan diri perempuan untuk berkecimpung di dunia STEM.
Padahal di era yang sangat dinamis ini tuntutan memahami sains dan teknologi dari perempuan semakin tinggi.
“Dengan lebih banyaknya perempuan berperan di dunia sains, bukan saja kita menjawab masalah ketimpangan gender, tetapi kita juga bisa memastikan riset-riset yang diproduksi itu benar-benar yang terbaik dan sudah mempertimbangkan berbagai hal yang mungkin dulu dikesampingkan, seperti jenis kelamin, sehingga penelitian yang dilakukan bisa bersifat inklusif dan juga bermanfaat untuk semua orang,” ungkap Prof. Dr. Arief Rachman, Ketua Harian KNIU Kemdikbud dalam acara L’Oreal Women in Science 2018.
ADVERTISEMENT
Teknologi yang Membuka Kesempatan Bagi Perempuan
Ketika Anda sudah bisa menikmati kemudahan yang diberikan teknologi, ada banyak perempuan di berbagai belahan dunia lainnya yang tidak memiliki akses atau bahkan sama sekali tidak mengenal apa itu teknologi.
Seperti perempuan pedesaan di India misalnya. Diperkirakan hanya ada satu dari setiap 10 perempuan di pedesaan India yang dapat menggunakan internet. Ada berbagai faktor yang menjadi penyebabnya, beberapa di antaranya adalah budaya, pemahaman yang buruk atas internet, dan minimnya akses.
Sementara di Indonesia, jumlah pengguna internet perempuan di tahun 2017 masih lebih sedikit dibandingkan laki-laki. Menurut survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), pengguna internet perempuan di Indonesia pada tahun 2017 sebanyak 48.57 persen. Sedangkan pengguna laki-laki mencapai 51.43 persen. Perbedaan angka penggunaan internet ini menjadi salah satu indikasi adanya kesenjangan antara perempuan dan laki-laki di industri teknologi. Dampaknya, perempuan akan menemui kendala-kendala dalam mengembangkan potensi diri.
ADVERTISEMENT
Hingga saat ini, memberdayakan perempuan agar mereka dapat memiliki kontrol atas kehidupannya sendiri, entah itu dalam berkarier, mengakses kesehatan, kesehatan reproduksi, dan pendidikan tidak hanya menjadi tujuan penting dari Sustainable Development Goals dari PBB. Tetapi juga bagi seluruh lapisan masyarakat di seluruh dunia, termasuk perempuan itu sendiri.
Menurut riset dari Bank Dunia, meningkatkan partisipasi pekerja perempuan adalah hal yang sangat penting karena mereka dapat produktivitas ekonomi, serta membuat lembaga dan kebijakan menjadi lebih adil bagi semua orang.
Ketika sebuah negara menjadi lebih sadar akan kebutuhan untuk memberikan lebih banyak peluang bagi perempuan, disitulah peran teknologi dapat dimanfaatkan untuk membantu menjembatani kesenjangan gender.
Di era modern ini, teknologi hadir di tengah kehidupan manusia untuk bisa memudahkan mereka dalam melakukan sesuatu. Termasuk membuka banyak kesempatan bagi perempuan untuk bisa bekerja di industri teknologi itu sendiri. Perkembangan teknologi juga ternyata mampu memajukan perempuan dalam berbagai hal dan semakin memperkecil gap kesetaraan gender.
ADVERTISEMENT
Misalnya saja saat ini di Indonesia banyak bermunculan perusahaan berbasis teknologi, seperti e-commerce dan penyedia jasa sarana transportasi online. Keduanya tidak hanya membantu memudahkan perempuan dalam memenuhi kebutuhan dan bermobilisasi kemanapun, tetapi mereka juga dapat menduduki peran penting di dalamnya.
“Perusahaan e-commerce ini benar-benar memberdayakan perempuan. Beberapa yang saya temui adalah perempuan karier yang berhenti bekerja karena punya anak. Kemudian ia memilih untuk membuka online shop, usaha yang bisa dikerjakan dimanapun dan kapanpun. Jadi menurut saya saat ini teknologi sangat membantu perempuan untuk menjadi entrepreneur,” ungkap Christin Djuarto, Director Shopee Indonesia kepada kumparan beberapa waktu lalu.
Teknologi Mempermudah Perempuan Menjalani Perannya
Di era serba digital saat ini, banyak perempuan yang dituntut untuk bisa menjalani berbagai peran, yaitu sebagai seorang istri, ibu, dan perempuan karier atau entrepreneur. Kesemua peran tersebut sangatlah tidak mudah untuk dijalankan dalam waktu bersamaan.
ADVERTISEMENT
Di sinilah peran teknologi terlihat sangat krusial bagi perempuan. Munculnya berbagai teknologi seperti e-banking dan e-commerce sangat dirasakan manfaatnya oleh perempuan bekerja. Berbagai tagihan rumah tangga dan pengaturan keuangan rumah tangga bisa dilakukan tanpa beranjak dari meja kerja. Begitupun layanan e-commerce yang sangat mempermudah perempuan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
“Dari teknologi sangat membantu, saya termasuk orang yang sebisa mungkin tidak keluar rumah kalau tidak ada kegiatan penting. Saya ingin waktu saya lebih banyak untuk anak-anak, jadi saya ingin sesuatu yang praktis, misalnya belanja online. Itu sangat membantu saya dan menjadi support system saya. Saya jadi tidak merasa perlu bersalah meninggalkan anak saya untuk belanja cari sepatu. Sekarang tinggal buka platform e-commerce, misalnya Shopee, mau aksesori, mau sepatu, bahkan barang yang tidak di-display di dalam department store pun ada,” cerita Artika Sari Devi saat ditemui kumparan pada acara Women Soiree #UntukPerempuan, di Harlequin Bistro, Jakarta Selatan, Jumat (29/3) lalu.
ADVERTISEMENT
Begitupun dengan Dhini Hidayati, seorang leader dalam perusahaan media. “Kalau anak sakit parah, tentu saya akan lebih memilih di rumah untuk merawat anak. Karena saya kerjanya juga di media (berbasis teknologi), jadi jika saya harus di rumah merawat anak, saya bisa mengontrol pekerjaan lewat aplikasi Slack, email, atau WhatsApp,” cerita Dhini.
Ia juga menambahkan bahwa ia merasa sangat terbantu dengan teknologi yang memungkinkannya untuk melakukan video call. “Teknologi yang paling gampang adalah video call. Suster saya di rumah hp-nya juga pakai smartphone, jadi saya bisa video call ke dia dan melihat anak saya sedang apa,” tambahnya.
Kemudahan teknologi seperti ini juga dirasakan oleh Ida Fiqriah, Kapten Boeing B737-800 NG Garuda Indonesia, yang merasa lebih dekat dengan keluarga meski harus terbang keliling dunia.
“Sekarang teknologi sudah lebih bagus. Kalau kangen bisa video call dengan suami dan anak-anak. Meski jauh tapi rasanya seperti ada di sebelahnya. Beda dengan dulu kan belum ada Facetime atau video call, jadi kalau kangen ya hanya bisa lihat foto dan telpon seperlunya,” tutur Ida kepada kumparan.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya, perempuan dan teknologi merupakan sebuah kombinasi yang kuat untuk menghasilkan perubahan pada dunia.
Tanpa adanya perempuan, tidak akan ada kemajuan teknologi atau penelitian baru yang sangat dekat dengan kehidupan masyarakat. Karena seperti yang dikatakan oleh Prof. Dr. Arief Rachman, Ketua Harian KNIU Kemdikbud, banyaknya perempuan yang berperan di dunia sains bukan saja akan menjawab masalah ketimpangan gender, tetapi juga bisa memastikan riset-riset yang diproduksi sangat berkualitas dan dipertimbangkan bisa bersifat inklusif dan juga bermanfaat untuk semua orang.
Untuk mewujudkan hal itu, tentu dibutuhkan bantuan dari teknologi yang akan memudahkan perempuan dalam mengubah dunia. Teknologi tidak hanya akan membantu perempuan mengakses pendidikan, mengumpulkan informasi, tetapi juga akan memudahkan perempuan dalam mengembangkan potensi dan menjalani multi peran.
ADVERTISEMENT
Simak artikel lainnya mengenai Support System untuk Perempuan pada topik #UntukPerempuan
#UntukPerempuan merupakan bagian dari kampanye Shopee Indonesia dalam rangka menyambut Hari Perempuan Internasional dan Hari Kartini sebagai bentuk dukungan untuk perempuan di seluruh Indonesia.