Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Throwback: Peristiwa Fashion yang Tuai Kontroversi di Sepanjang 2018
18 Desember 2018 18:18 WIB
Diperbarui 15 Maret 2019 3:52 WIB
ADVERTISEMENT
Jika menilik beberapa bulan kebelakang hingga saat ini, terdapat banyak peristiwa dalam dunia fashion yang cukup menyita perhatian bahkan menimbulkan sejumlah kontroversi. Mulai dari isu rasisme, pelecehan seksual, hingga body shaming.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu kumparanSTYLE pun merangkum sederet peristiwa fashion yang tuai kontroversi di dunia fashion di sepanjang 2018.
1. Tuduhan pelecehan seksual yang dilakukan Co-founder Guess, Paul Marciano
Pelecehan seksual dalam dunia mode dan hiburan tengah menjadi isu yang hangat dibicarakan di tahun 2018. Berbagai nama-nama terkenal seperti Harvey Weinstein, Bill Cosby, dan Roman Polanski disebut menjadi pelaku pelecehan seksual kepada banyak selebriti dan model.
Selain itu, co-founder dari brand Guess, Paul Marciano juga dituduh menggunakan kedudukannya untuk melakukan pelecehan seksual dan emosional kepada perempuan yang pernah bekerja bersamanya.
Tuduhan tersebut diungkapkan pertama kali oleh model Kate Upton melalui akun Twitter-nya.
“Sangat mengecewakan sekali brand ikonik seperti @GUESS masih menjadikan Paul Marciano sebagai creative director #metoo.”
ADVERTISEMENT
Melansir The Daily Beast, cuitan Kate tersebut mendapatkan respon dari dua orang wanita yang pernah bekerja sama dengn Marciano.
Kate sendiri pernah menjadi wajah utama dan ambassador untuk Guess pada 2011 silam. Sebuah posisi yang membuatnya bisa mengenal Marciano lebih dekat. Sehingga, hal itu memungkinkan untuknya mendapatkan perlakuan ‘kurang menyenangkan’ dari Marciano.
2. Met Gala 2018 dengan tema yang berkaitan dengan agama Katolik
Setiap tahunnya pada awal bulan Mei, Met Gala atau lebih resmi dikenal dengan Costume Institute Gala atau Met Ball digelar. Met Gala adalah sebuah acara penggalangan dana tahunan yang akan disumbangkan ke The Costume Institute sebagai bagian dari Metropolitan Museum of Art (Met) di New York, Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
Setiap tahunnya acara tersebut mengusung berbagai tema. Jika di tahun sebelumnya, tema yang pernah diangkat adalah Manus X Machina and Punk, Chaos to Couture to China, Through the Looking Glass. Di tahun 2018 ini, tema yang sedikit menyentuh ranah religius diangkat yakni Heavenly Bodies: Fashion and the Catholic Imagination.
Tema yang bernuansa keagaaman ini disinggung-singung menyebabkan selebriti tak terlalu antusias dan bahkan ingin memboikot Met Gala 2018.
Mengutip Vogue, tema ini jadi kontroversial karena memposisikan mode bersama dengan artefak atau benda suci Vatikan.
"Beberapa orang mungkin berpikir bahwa fesyen tak cocok atau tak pantas bersanding dengan ide atau hal-hal lain yang dianggap sakral atau suci. Tapi pakaian adalah pusat dari segala diskusi tentang agama," ujar Andrew Bolton, kurator pameran dalam konferensi persnya di Roma.
ADVERTISEMENT
Dalam pameran mode ini, ada sekitar 40 pakaian dan aksesori yang mencakup 15 benda. Barang-barang seperti jubah putih Paus Benediktus XV yang disulam dengan benang emas, topi uskup Paus Leo XIII akan dipajang bersama dengan Coco Chanel, John Galliano, Cristobal Balenciaga, dan Donatella Versace.
3. Gigi Hadid tampil dengan wajah dan tubuh yang digelapkan dalam sampul Majalah Vogue Italia
Pertengahan tahun ini Vogue Italia mengunggah foto cover majalah untuk edisi Mei 2018 yang menampilkan Gigi Hadid di Instagram. Foto tersebut diambil oleh fotografer mode terkenal Steven Klein yang juga diunggah oleh Gigi Hadid pada akun Instagramnya.
Namun foto tersebut ternyata malah dihujat oleh publik di media sosial. Para warganet menganggap Gigi rasis karena tampil dengan wajah dan tubuh yang digelapkan atau blackface yang terkesan mengejek orang berkulit cokelat dan hitam.
ADVERTISEMENT
4. Sweatshirt yang viral bernada body shaming
Revolve, retailer fashion asal Amerika menerima kecaman atas sweatshirt yang dirilisnya. Mereka dianggap melakukan body shaming karena sweatshirt yang dirancang oleh brand LPA tersebut bertuliskan "Being fat is not beautiful. It's an excuse." yang artinya adalah berbadan gemuk itu tidak menarik dan hanyalah alasan.
5. Kontroversi tulisan di jaket Melania Trump
First Lady Amerika Serikat Melania Trump, menuai kontroversi akibat tulisan di jaketnya ketika mengunjungi kamp anak-anak imigran gelap yang dipisahkan dari orang tuanya di perbatasan McAllen, Texas.
Dalam berbagai foto yang diabadikan media AS, terlihat istri Presiden Donald Trump tersebut mengenakan jaket berwarna Khaki lansiran Zara dengan tulisan besar di punggungnya yang berbunyi: "I really don't care, do you?" yang artinya "Saya tidak peduli, (apakah) kau peduli?"
ADVERTISEMENT
Keputusan, Melania mengenakan jaket tersebut dianggap tidak menunjukkan empati dan sikap tak acuh terhadap penderitaan anak-anak imigran yang akan dikunjunginya.
6. Photoshoot Moschino merias model dengan tema alien
Desainer Jeremy Scott dari label Moschino dikecam akibat koleksi yang mengusung tema 'Alien'pada Milan Fashion Week Fall/Winter 2018 yang dinilai menyinggung krisis imigran di AS.
Sebelumnya, Scott telah memposting foto model Gigi Hadid di Twitter dan Instagram yang mengenakan pakaian ala Jackie O dengan wajah dicat biru untuk kampanye "Bangsa Alien" dengan judul: "Satu-satunya hal yang ilegal tentang alien ini adalah seberapa bagus penampilannya. "
Namun, setelah rentetan kritik media sosial, Scott lalu mengedit posting Instagram untuk menjelaskan simpatinya untuk nasib para imigran, termasuk anak-anak yang telah dipaksa berpisah dari orang tua mereka dan ditempatkan di tahanan di AS.
ADVERTISEMENT
7. Komentar sensitif Ed Razek, Chief Marketing Officer Victoria Secret's terkait model transgender
Victoria Secret Fashion Show baru saja digelar November 2018 lalu. Ini merupakan salah satu ajang fashion yang paling dinanti. Namun sayang isu sensitif bernuansa diskriminasi menyelimuti fashion show pakaian dalam perempuan tersebut.
Diskriminasi ini dilontarkan oleh Ed Razek selaku Chief Marketing Officer of Victoria Secret's dalam wawancara eksklusifnya dengan Vogue beberapa waktu lalu.
Ed Razek menjelaskan bahwa Victoria's Secret tidak akan merekrut model transgender. Menurutnya transsexual dalam show tidak diperlukan karena VSFS semata-mata adalah fantasi, sebatas hiburan spesial yang berlangsung selama 42 menit.
Selepas pernyataannya tersebut, Ed melontarkan permintaan maafnya dalam akun Twitter resmi Victoria's Secret.
ADVERTISEMENT
8. Kampanye Dolce & Gabbana #DGLovesChina yang dianggap rasis
Dolce & Gabbana terpaksa membatalkan fashion shownya di Shanghai, China, pada November lalu akibat meluncurkan kampanye #DGLovesChina yang dianggap rasis.
Rumah mode asal Italia ini merilis tiga video Instagram berdurasi 40 detik yang memperlihatkan seorang model China yang kesulitan menyantap spaghetti, cannolo, dan margherita menggunakan sumpit.
Video ini dianggap menunjukkan sikap arogan dan angkuh D&G. Jing Daily, media online asal China, menuliskan bahwa video (Dolce & Gabbana) memperlihatkan sumpit tampak begitu kecil di hadapan makanan Italia yang lezat dan luar biasa, yang membuat banyak orang menilai brand ini sangat arogan terhadap akar budayanya.
Kemudian di dua buah video lainnya, model yang sama terlihat sedang mencoba untuk menyantap hidangan cannoli dan semangkuk spaghetti, sambil mengucapkan kalimat 'Dolce and Gabbana'. Video tersebut seolah-olah dibuat untuk mengejek cara orang-orang China mengucapkan kata-kata bahasa Inggris.
ADVERTISEMENT
9. Kampanye blackface Prada yang dianggap rasis
Kampanye pada gerai Prada di New York baru-baru ini mendapat kritikan keras lantaran dinilai menyinggung kelompok kulit hitam.
Gerai Prada yang berada di Soho, New York, telah menggambarkan orang kulit hitam dengan kulit gelap dan memiliki bibir merah yang besar melalui mainan dan charms yang menyerupai blackface.
Secara budaya, blackface adalah praktik di mana orang-orang kulit putih menghitamkan kulit mereka untuk sengaja meniru, dan biasanya mengejek, orang kulit hitam. Ikon yang dianggap meyinggung itu sontak menjadi buah perbincangan netizen. Namun brand fashion asal Milan ini mengatakan bahwa mereka tidak pernah bermaksud untuk menyinggung siapapun dan membenci segala bentuk rasisme dan imej yang rasis. Pihak Prada menyatakan akan segera menarik semua display toko dan produk yang menggunakan ilustrasi blackface tersebut.
ADVERTISEMENT