Usung Konsep Sunyata, Indonesia Akan Bangun Paviliun Kertas di Venesia

15 Desember 2017 7:46 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Architecture La Biennale Architettura (Foto: Gina Yustika Damara/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Architecture La Biennale Architettura (Foto: Gina Yustika Damara/kumparan)
ADVERTISEMENT
Ragam budaya dan tradisi yang dimiliki Indonesia rupanya dapat mempengaruhi ragam arsitekturnya. Tak heran, Indonesia kaya akan variasi arsitektur di setiap daerahnya.
ADVERTISEMENT
Namun, kini, Indonesia tak ingin selalu dikenal dengan praktik arsitekturnya yang tradisional. Tanah Air pun kaya dengan konsepnya yang kontemporer.
Atas dasar inilah, Badan Ekonomi Kretif (Bekraf) tengah mempersiapkan diri untuk ikut serta dalam La Biennale Architettura yang akan berlangsung mulai 26 Mei hingga 25 November 2018 di Venesia, Italia.
Bekraf bekerjasama dengan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) akan mewujudkan karya arsitektur dalam event tersebut dengan menunjuk Ricky Josep Pesik (Wakil Kepala Berkaf) sebagai komisioner Venice Biennale Architecture 2018 dan Ahmad Djuhara (Ketua Ikatan Arsitek Indonesia) sebagai anggota komisioner.
Untuk acara La Biennale Architettura sendiri, telah terpilih enam nama berdasarkan hasil kurasi selama dua tahap. Yaitu tahap pertama yang diselenggarakan pada 9 Oktober 2017 dan tahap dua yang berlangsung pada 15 Oktober 2017 di Jakarta.
ADVERTISEMENT
Tahap dua kurasi mengharuskan peserta untuk mempresentasikan hasil karyanya kepada juri yang terdiri dari Jay Subiakto, Gunawan Muhammad, Gunawan Tjahjono, Budi Lim dan Ahmad Tadiyana.
Melalui proses tersebut, terpilihlah karya bertajuk 'Sunyata: The Poetics of Emptiness' dengan enam orang kurator art yaitu Ary Indra, David Hutama, Dimas Satria, Jonathan Aditya, Ardy Hartono dan Johanes Adika yang akan mewakili Indonesia di La Biennale Architettura 2018 di Venesia.
Karya ini dipilih berdasarkan tema besarnya, FreeSpace, yang telah ditentukan oleh kurator utama Yvonne Farrel dan Shelley McNamara dari Grafton Architects, Irlandia. Tema besar ini bertujuan untuk keinginan mengembalikan arsitektur pada kualitas ruang, dan meletakkan semangat kemanusiaan serta keinginan untuk berbagi di dalamnya.
ADVERTISEMENT
"Kami memilih mereka karena narasinya sudah sesuai dengan kurator di sana (Irlandia). Menurut juri, Sunyata adalah karya yang paling kuat untuk menunjukan arsitektur kontemporer Indonesia," kata Ricky Joseph Pesik selaku Wakil Kepala Bekraf di acara Press Conference Indonesia Pavilion Venice Architecture Biennale yang berlangsung di The Westin, Jakarta Selatan, Kamis (14/12).
Architecture La Biennale Architettura (Foto: Gina Yustika Damara/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Architecture La Biennale Architettura (Foto: Gina Yustika Damara/kumparan)
"Dalam Sunyata, kami tim kurator ingin menampilkan Indonesia dalam nafas yang lebih kontemporer, di luar bentuk dan ornamen tradisional yang selama ini dikenal dunia. Sunya sendiri means zero, empty and void," jelas Ary Indra selaku Head Currator dari tim kurator Paviliun Indonesia.
Sunyata memiliki visi untuk memberi perspekif baru pada arsitektur Indonesia yang didominasi dengan aspek visual. Sehingga karya ini akan menghilangkan bentuk dan rupa. Layaknya wadah kosong, Sunyata ini akan membiarkan manusia menjadi pemeran utama di dalamnya.
ADVERTISEMENT
"Manusia akan disadarkan dengan ruang kosong yang sering dilupakan. Membiarkan manusia untuk menaklukan kekosongan. Kita ingin orang datang melihat karya kita dan merenung akan kesunyian," lanjutnya.
Menggunakan kertas sebagai material utama, Paviliun Indonesia merupakan abstraksi dari konsep kekosongan yang memiliki beragam wujud dan rupa arsitektur Indonesia.
"Kita akan menggunakan kertas tyvek, kertas anti sobek, anti bakar dan tahan air. Kertas ini akan sangat durable untuk enam bulan selama di pavilion," tambah Ary.
Karya ini akan disimpan di ruang seluas 290 meter persegi. Berbentuk kertas putih besar yang melengkung layaknya kurva dengan lubang diantaranya. Memungkinkan pengunjung untuk dapat masuk kedalam dan merasakan kekosongan diantara balutan kertas putih tersebut. Sebuah karya yang puitis dan romantis.
ADVERTISEMENT
Lewat karya arsitektur kontemporer ini, tim kurasi berharap dapat memberi peluang dan pandangan baru untuk memahami kekayaan arsitektur Indonesia.