Vasektomi, Kontrasepsi Pria yang Ampuh Cegah Kehamilan

10 Agustus 2017 10:14 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi konsultasi vasektomi dengan dokter.  (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi konsultasi vasektomi dengan dokter. (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Banyak anak, banyak rezeki.
Setidaknya inilah anggapan yang dipercayai dan dianut oleh masyarakat zaman dahulu. Orang dulu percaya, bahwa memiliki anak yang banyak bisa mendatangkan rezeki yang melimpah bagi keluarga.
ADVERTISEMENT
Namun seiring berjalannya waktu, anggapan mulai ditinggalkan dan dilupakan oleh banyak orang. Hal ini dipengaruhi oleh tuntutan dan biaya hidup yang semakin meningkat.
Memiliki anak banyak membutuhkan usaha, waktu, dan biaya yang tidak sedikit. Inilah yang membuat masyarakat modern perkotaan cenderung 'malas' untuk memiliki anak. Mereka menilai, memiliki banyak anak merupakan hal merepotkan.
Maksimal, dua anak cukup. Setelah memiliki anak, banyak pasangan yang berbondong-bondong menjalani prosedur kontrasepsi atau program KB (Keluarga Berencana). Biasanya, yang menjalani KB adalah perempuan.
Kaum hawa secara rutin mengonsumsi obat atau memasang spiral pada mulut rahimnya. Hal ini dilakukan guna mencegah kehamilan.
Namun tahukah kamu, bahwa pria juga bisa menjalani metode kontrasepsi?
Adalah vasektomi, prosedur pemotongan saluran sperma (vas deferens) kiri dan kanan, untuk menghentikan sperma agar tak keluar saat ejakulasi. Jika sperma tidak keluar, maka kehamilan pun tak akan terjadi.
ADVERTISEMENT
"Vasektomi adalah kontrasepsi steril pada organ reproduksi pria. Saluran spermanya diikat. Untuk wanita, namanya tubektomi," tutur dr. Ardiansjah Dara Sjahruddin, SpOG saat dihubungi kumparan (kumparan.com), Rabu (9/8).
Vasektomi sejatinya jauh lebih praktis dan murah jika dibandingkan dengan prosedur kontrasepsi yang dijalani kaum hawa. Prosedur ini pertama kali dilakukan pda 1823 di London.
Sejatinya, ada dua jenis vasektomi yang ada di dunia. Antara lain Vasektomi Metode Standar dan Vasektomi Tanpa Pisau (VTP).
Metode pertama dilakukan dengan menggunakan pisau bedah dan bius lokal. Saluran vas deferens pada lelaki akan disayat (untuk mengeluarkan cairan sperma) lalu dipotong. Setelahnya, saluran tersebut akan diikat dan dijahit ke bentuk semula. Proses ini menghabiskan waktu sekitar 30-45 menit.
ADVERTISEMENT
Sedangkan VTP dilakukan tanpa menggunakan pisau bedah. Ini merupakan metode yang terbilang baru, karena ditemukan pada tahun 70an oleh Dr. Li Shunqiang asal China.
Prosedur VTP diklaim jauh lebih cepat, praktis, dan efisien. VTP bisa dilakukan dengan menggunakan sinar laser atau menggunakan klip (clip vasectomy) untuk mengikat saluran sprema.
Setelah melakukan prosedur vasektomi, pasien sama sekali tak boleh melakukan aktivitas berat apapun selama beberapa minggu kedepan. Pasien juga tak diperbolehlan melakukan hubungan intim dengan pasangannya selama dua bulan, untuk menghidari risiko kehamilan.
Seperti dilansir Hello Sehat, sebanyak lebih dari 99% tindakan vasektomi terbukti ampuh mencegah kehamilan.
Hal ini dikarenakan masih adanya sperma yang tersisa. Kamu harus melakukan tes medis terlebih dahulu sebelum dinyatakan steril dari sperma. Agar bisa segera bersih, kaum lelaki diwajibkan untuk melakukan ejakulasi sesering mungkin pasca vasektomi. Beberapa waktu setelah operasi, pasien biasanya akan merasa nyeri pada organ intim miliknya.
ADVERTISEMENT
Vasektomi diklaim sama sekali tak memiliki efek samping buruk. Meski tak terbukti secara medis, prosedur vasektomi justru dipercaya bisa meningkatkan gairah seks pada kaum adam.
Dr Yusro Hadi Maksum, pemimpin penelitian vasektomi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia mengatakan bahwa hal ini bisa disebabkan oleh perasaan rileks yang dirasakan lelaki. Kaum adam tak lagi harus berhati-hati untuk tidak menghamili pasangannya.
"Peningkatan frekuensi hubungan seksual terjadi karena secara psikologis tidak terbebani dan adanya rangsangan yang muncul karena tersumbatnya saluran," kata Dr. Yusro, seperti dilansir Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Sulawesi Barat. Ia juga mengatakan bahwa vasektomi sama sekali tak memengaruhi hormon pada lelaki.
Dr. Andriansjah atau yang akrab disapa dr. Dara mengatakan, melakukan vasektomi bagi pria atau tubektomi bagi wanita harus melalui beberapa pertimbangan. Beberapa di antaranya adalah usia dan jumlah anak.
ADVERTISEMENT
"Apakah anak masih balita, atau masih lima tahun, dan berapa usianya? Kalau misalnya usia si ibu sudah tua dan anaknya sudah 2, tubektomi bisa. Tetapi kalau ibu umasih muda, anak masih balita, tidak ideal untuk lakukan tubektomi," katanya lagi.
Namun biasanya, wanita dengan usia di atas 35 hingga 40 tahun yang melakukan tubektomi. Dengan catatan anak yang dimiliki sudah cukup atau sudah berusia 5 tahun ke atas.
"Yang kedua, ada pertimbangan sosial. Misalnya si ibu usia 35, punya anak 2 laki-laki semua. Yakin enggak mau punya anak lagi? Atau tiba-tiba ingin punya anak perempuan. Dulu rumusnya itu usia ibu dikali jumlah anak. Hasilnya harus di atas 100 baru bisa lakukan tubektomi," tutup dr. Dara.
ADVERTISEMENT