Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.91.0
Wawancara Eksklusif Dokter Spesialis Terkait Facial Bisa Tularkan HIV
25 September 2018 11:22 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
ADVERTISEMENT
Beberapa waktu lalu, ramai berita tentang seorang perempuan yang terkena HIV karena melakukan perawatan facial. Mengenai hal ini, Dr. Melyawati Hermawan, SpKK memberikan penjelasannya. Dalam melakukan facial, ada proses pemencetan yang memungkinkan keluarnya darah dari wajah.
ADVERTISEMENT
"Selama ada perlukaan, selama melibatkan jarum, risiko terkena HIV tetap ada," jelas dr. Melyawati kepada kumparanSTYLE, Senin (24/9).
Berikut wawancara lengkap kumparanSTYLE dengan dr. Melyawati Hermawan, SpKK terkait penularan HIV melalui facial.
Apakah mungkin HIV bisa ditularkan melalui facial treatment?
Mungkin saja. Tergantung facial treatment-nya. Kembali lagi, sampai saat ini belum ada standarisasi tindakan facial itu seperti apa ya. Masing-masing punya SOP-nya sendiri-sendiri. Belum diatur itu, tapi sebagai pasien pasti kita bisa lihat sendiri kalau seandainya tindakan facial itu melibatkan tusuk-menusuk menggunakan jarum dan sebagainya, pastikan jarum yang dipakai oleh si terapis facial ini adalah jarum yang steril.
Buka baru. Kalau bisa lihat dengan mata kepala kita sendiri. Jadi, kita bisa meyakinkan ini bukan jarum yang dipakai ulang. Itu nomor satu. Kemudian yang kedua juga dari alat memencetnya juga butuh steril. Jadi pada saat kita memilih melakukan tindakan treatment, pilih tempatnya juga yang terpercaya. Jadi kalo tempatnya terpercaya, tempatnya bagus, pasti sterilitas nomor satu. Semua sudah paham itu kalau itu.
ADVERTISEMENT
Berapa persen kemungkinan HIV menular melalui facial treatment?
HIV sendiri memang betul penyakit yang menular, tapi sebenarnya angka penularannya itu tidak semudah yang orang-orang bayangkan. Sebagai contoh, misalnya tangan kita ketusuk jarum dan jarumnya sebelumnya bekas kontak sama orang HIV gitu kan ya.
Nah itu risiko HIV-nya menular ke kita cuma sekitar 0,03 persen. Jadi enggak gede-gede banget, sih. Dalam arti risiko ada, tapi enggak yang setiap kali kita ketusuk dengan jarum yang bekas kontak orang lain kita pasti kena HIV itu juga enggak. Kembali lagi ketika kita membicarakan infeksi, ada banyak faktor yang mempengaruhi, agennya, penjamunya dan lingkungannya. Itu semua harus mendukung untuk seseorang terjangkit suatu penyakit.
Prosedur bagian mana yang sangat memungkinkan penularan HIV?
Sebenarnya kalau kita ngomong yang menularkan HIV dari tindakan medis, enggak tertutup untuk facial aja ya. Facial itu kan sebenarnya bagian, facial itu kayak meregenerasi, merevitalisasi dari kulit. Bikin lebih nyaman. Kitanya jadi lebih enak, kulitnya juga tampaknya jadi lebih cerah kayak gitu. Ya, lebih sehat istilahnya.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya tindakan mana yang berisiko menjadi jalur penularan HIV itu bukan si facialnya sendiri, tapi bagian-bagian dari tindakan yang menggunakan jarum. Jadi selama ada perlukaan, selama melibatkan jarum, risiko terkena HIV tetap ada. Jadi tidak cuma facial saja. Semua tindakan yang melibatkan jarum, yang melibatkan perlukaan, punya risiko untuk bisa menyebarkan penyakit.
Bagaimana proses penularan HIV?
Proses penularan HIV sama aja kayak yang lain. Di mana bahwa pada saat perlu ada pintu masuk. Pintu masuknya dari mana? Satu, luka ya. Kemudian, kalau kita berciuman itu juga kan bisa ada pertukaran cairan tubuh gitu ya, nanti itu akan ada pintu masuk juga di situ contohnya.
Kemudian yang kedua, pada saat ada pintu masuk dan ada agennya dan kebetulan ada kontaknya. Misalnya bikin luka pake jarum, di jarumnya itu bekas pakai, bekas pakainya orang yang ada HIV-nya. Ya kan ada risiko dong kita ketularan kan. Nah, begitu dia masuk dalam darah, virusnya akan bermultiplikasi, bertambah banyak sampai dia akhirnya menyebabkan suatu penyakit.
Apa gejala yang timbul jika terjangkit HIV?
ADVERTISEMENT
Untuk HIV, di awal-awal bisa tidak tergejala sama sekali, sampai nanti suatu saat, kalau virus ini menyerang sel darah putih. Padahal sel darah putih kan bagian dari pertahanan tubuh, prajurit tubuh kita. Kalau prajuritnya tambah lama diserang, tambah lemah bahkan enggak ada sama sekali, nah saat itu lah badan kita akan merespons.
Jadi hampir seluruh tubuh kita tuh memberikan reaksi. Jadi gampang diare, gampang sakit-sakitan, kulitnya gampang merah-merah, gitu ya. Jadi semua organ kita pasti akan terpengaruh pada saat prajurit badan kita diserang oleh virus HIV.
Apakah gejala HIV bisa terlihat dari kulit?
Untuk di kulit tidak ada satupun kelainan yang spesifik untuk suatu HIV. Jadi tidak ada tuh ya ‘wah kulitnya warnanya ungu ini pasti HIV’ atau mungkin kalau warnanya oren pasti kena HIV. Sayangnya sih belum ada. Jadi ya memang bentuk infeksi pada kulit masih dalam bentuk yang mudah gatal, lebih sensitif, gitu ya digaruk-garuk luka. Masih seperti itu saja ya, tidak ada yang spesifik-spesifik bahwa ini menyatakan pasti HIV itu tuh. Belum ada di kulit.
ADVERTISEMENT
Selain HIV, apakah ada penyakit lain yang rentan tertular melalui facial treatment?
Iya selain HIV banyak ya. Bisa hepatitis, terus kemudian juga pokoknya semua penyakit yang sifatnya bisa menular ya. Ada agennya gitu ya dan itu bisa dipindahkan entah satu orang dan ke orang lain, melalui tindakan-tindakan tadi. Itu bisa saja sih kena. Jadi tidak terbatas pada HIV saja sebenarnya.
Cuma orang jadi fokus di HIV karena HIV kan sekarang ini yg paling sering, yang paling menakutkan karena belum ada obat dan sebagainya, tapi pada dasarnya semua penyakit ya bisa saja, hepatitis, sifilis, itu bisa ditularkan melalui tindakan-tindakan tadi.
Bagaimana memilih klinik yang aman untuk melakukan facial atau treatment kecantikan lain?
ADVERTISEMENT
Mau enggak mau kita harus tanya-tanya ya. Tanya-tanya sama temen yang sudah (pernah coba), ya. Atau kalau mau boleh experience sendiri, lihat saja sendiri bagaimana cara mereka meng-handling alat-alat yang nanti kira-kira akan kontak dengan cairan tubuh pasien atau tubuh kita sendiri gitu ya. Kalau kita bisa lihat sendiri, kalau ‘eh iya ya di sini bersih loh. Semua baru dan alatnya steril dibuka baru depan mata kita’. Nah itu bisa yakin seperti itu. Jadi itu hal-hal yang bisa kita lakukan untuk menurunkan risiko kita untuk terkena infeksi tadi.
Klinik seperti apa yang harus dihindari untuk melakukan facial?
Kalau dokternya sendiri dan para terapisnya tidak memperhatikan keselamatan dirinya, dalam arti misalnya nih, misalnya enggak pake sarung tangan, kayak gitu ya. Nah itulah kita sudah mesti takutlah dalam arti dia saja tidak bisa melindungi diri dia sendiri, bagaimana dia bisa melindungi saya. Gitu.
ADVERTISEMENT
Apa hal yang harus diperhatikan para perempuan sebelum melakukan facial?
Kalau mau facial pertama perhatikan kebersihan, hygiene, sudah pasti. Kita kan enggak pengen kan kalo misalnya pake alatnya jorok gitu kan ya. Jadi hygiene nomor satu. Nomor dua sterilitasnya, apakah tempatnya baik, cukup mendukung enggak, semua alatnya steril enggak. Ketiga itu budget, kalau sesuai budget ya gapapa kalo enggak sesuai jangan dipaksakan.