Womanpreneur: Felly Andoyo, Memberdayakan Perempuan Lewat Bisnis Kue

27 Februari 2019 12:01 WIB
clock
Diperbarui 21 Maret 2019 0:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Felly Andoyo, pendiri toko kue rumahan Hevn Cake. Foto: Avissa Harness/ kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Felly Andoyo, pendiri toko kue rumahan Hevn Cake. Foto: Avissa Harness/ kumparan
ADVERTISEMENT
Saat memasuki toko kue Hevn Cake di Jl. Simpang Darmo Permai Utara No.30, Surabaya, Anda akan mengira jika ini adalah toko kue dengan harga selangit. Interior toko yang clean, packaging kue yang menarik, dan pelayanan yang baik memang membuat Hevn Cake terlihat seperti toko kue mewah. Padahal Hevn Cake ini merupakan sebuah toko kue rumahan yang menjual kuenya dengan harga di bawah Rp 100 ribuan.
ADVERTISEMENT
“Saya ingin membuat kue enak yang dibuat dari bahan berkualitas, dikemas dengan cantik dan berkelas, tetapi harganya murah,” begitu penjelasan dari Felly Andoyo, pemilik dari Hevn Cake ketika ditanya soal tokonya pada acara Instagrammable Business Tour di Surabaya pada 14 Februari lalu.
Felly sendiri justru tidak merasa jika tokonya terlihat mewah dan elegan. Ia bahkan juga tidak menyangka jika usahanya ini akan berkembang pesat sampai membuka toko. Pasalnya, ia memulai bisnisnya ini hanya dengan menitipkan kue buatannya di kantin sekolah.
Di tahun 2006 saat ia berusia 16 tahun, Felly yang kala itu masih duduk di bangku SMA memang sedang senang mengulik resep-resep kue bersama sang ibu. Kue pertama yang ia buat adalah spiku dan brownies. Tak disangka, saat dibawa ke sekolah, kue buatan Felly mendapat respon positif dari teman-temannya karena rasanya yang enak.
ADVERTISEMENT
Melihat hal itu, Felly pun tak ingin kehilangan kesempatan. Ia kemudian memanfaatkan momen Valentine untuk mulai berjualan.
“Awalnya saya membuat brownies coklat yang dipotong kecil-kecil. Sekarang di Hevn Cake namanya Brownies Bite Size. Setelah mencicipi tester, teman-teman saya mulai tertarik untuk memesan. Karena sedang Valentine, jadi mereka membeli untuk dijadikan kado Valentine atau surprise buat pacar. Kuenya saya kemas di toples kecil dan dijual dengan harga Rp 25 ribuan,” cerita Felly.
Sayangnya, setelah lulus Felly tidak bisa melanjutkan berbisnis karena ia ingin mengikuti passion-nya yang lain, yaitu sekolah fashion design di Shanghai, China.
Produk-produk Hevn Cake. Foto: Avissa Harness/ kumparan
Karena memang sudah memiliki jiwa entrepreneur, setelah rampung kuliah Felly pun menekuni dua usaha, yaitu di bidang fashion dan berjualan kue. Hal itu ia lakukan karena ingin mencoba semua hal yang ia suka. Di dunia fashion, ia berbisnis impor baju dan aksesori dari China, serta membuat label fashion sendiri yang dipasarkan di Surabaya, Jakarta, dan Bali.
ADVERTISEMENT
Tetapi seiring berjalannya waktu, perempuan berusia 28 tahun ini merasa jika bisnis fashion yang ia jalani tidak berkembang. Ia pun akhirnya memilih untuk fokus di dunia kuliner dan membangun Hevn Cake dari awal. Mulai dari melakukan rebranding, menentukan desain packaging, dan memasarkan kuenya melalui Instagram.
Produk kue yang disediakan tidak hanya brownies, tetapi ada juga cookies, kue sus basah dan kering, kue spiku beraneka rasa, dan minuman homemade, seperti earl gray milk tea dan susu strawberry.
Kini, Felly berhasil menjadi salah satu pebisnis UMKM yang sukses di Surabaya. Ia berhasil memasarkan produknya ke seluruh Indonesia. Dikirim ke Aceh hingga Papua, penjualan Hevn Cake pun mencapai sekitar 4000an box setiap bulannya. Rencana terdekatnya adalah membuka cabang toko kedua di daerah Surabaya Timur sesuai dengan keinginan para pelanggannya.
ADVERTISEMENT
Felly Andoyo (kanan), pendiri toko kue rumahan Hevn Cake. Foto: Avissa Harness/ kumparan
Membantu perempuan muda untuk berkembang lewat bisnis
Tak ingin sekadar berjualan dan memperoleh keuntungan, Felly Andoyo merekrut perempuan-perempuan muda yang tidak bisa melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi untuk menjadi pegawai.
Ia ingin memberikan dampak yang berarti bagi orang lain, terutama perempuan. Felly tidak ingin perempuan hanya pasrah dan berdiam diri karena tidak memiliki ijazah yang cukup untuk bekerja di tempat profesional.
Semua itu berawal ketika Felly melihat asisten rumah tangga di rumahnya yang juga ditugaskan untuk membuat kue-kue Hevn Cake. Ia pun berpikiran untuk mengajak perempuan di desa untuk belajar membuat kue sebagai bekal di kemudian hari. Menurut Felly, jika mereka memiliki tekad yang besar, kemampuan tersebut bisa mengantarkan mereka untuk memulai bisnisnya sendiri.
ADVERTISEMENT
“Mbak saya di rumah adalah perempuan lulusan SMP. Meski begitu ia memiliki keinginan besar untuk bekerja keras dan belajar hal baru. Saat tahu hal itu, saya mengatakan padanya agar mengajak teman-teman perempuannya di desa yang ingin bekerja untuk datang ke Hevn Cake. Saya ajarkan mereka untuk membuat kue. Dan tidak disangka antusiasmenya sangat tinggi. Mereka senang karena bisa bekerja dan belajar,” tutur Felly.
Produk-produk Hevn Cake. Foto: Avissa Harness/ kumparan
Felly juga memiliki tim seorang penyandang disabilitas.Ia memberikan pelatihan dan perlakuan yang sama seperti yang lain. Karena yang terpenting bagi Felly adalah, mereka memiliki kemauan untuk berkembang dan melakukan sesuatu untuk dirinya.
“Seperti yang dikatakan oleh Mama saya, bahwa perempuan itu harus mandiri, berdiri sendiri, dan tidak bergantung dengan orang lain. Saya memiliki keinginan kedepannya Hevn Cake bisa memberdayakan perempuan-perempuan yang membutuhkan karena tidak memiliki pendidikan yang cukup untuk bekerja.”
ADVERTISEMENT
Saat ini Felly memiliki 15 orang perempuan yang bekerja sebagai timnya di Hevn Cake, mulai dari proses produksi, mengurus pengiriman, hingga melayani pelanggan di toko atau pun di media sosial.
Felly memastikan agar seluruh perempuan yang bekerja bersama dirinya mendapatkan yang terbaik. Tidak hanya bekerja, tetapi mereka juga dibebaskan untuk belajar berbagai hal dan menikmati waktu libur. Bahkan tak jarang Felly sendiri yang memaksa mereka untuk berhenti bekerja dan menikmati hasil jerih payahnya.
“Saya memang sengaja membangun sistem kekeluargaan agar mereka tidak merasa segan dan tidak ragu jika ingin mengembangkan diri di luar pekerjaan ini,” tutup Felly.