Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Pertanyaan terkait nasib aplikasi streaming video Hooq akhirnya terjawab. Hooq dipastikan bakal ditutup pada 30 April mendatang setelah pada 27 Maret lalu para pemegang saham Hooq sudah memutuskan untuk likuidasi perusahaan.
ADVERTISEMENT
Guntur Siboro, Country Head Hooq Indonesia, telah mengonfirmasi kabar ditutupnya layanan Hooq mulai 30 April mendatang.
"Ya, layanan akan berhenti pada 30 April. Pada 27 Maret yang lalu pemegang saham Hooq sudah memutuskan likuidasi Hooq ," ujar Guntur, kepada kumparan, Minggu (26/4).
Lalu, bagaimana dengan nasib pelanggan Hooq yang masih berlangganan? Tenang, karena para pelanggan itu tidak akan dikenakan biaya apa-apa lagi dan juga tidak ada penerimaan pelanggan baru sejak likuidasi pada 27 Maret.
"Sudah tidak ada charging dan aktivasi pelanggan baru sejak Singtel filing likuidasi Hooq di Singapura tanggal 27 Maret," jawab Guntur, saat ditanya soal nasib pelanggan Hooq.
Hooq Digital merupakan perusahaan patungan (joint venture) antara Singapore Telecommunication Ltd (Singtel), Sony Pictures Television, dan Warner Bros Entertainment, yang didirikan pada 2015. Aplikasi ini beroperasi di Singapura, Filipina, Thailand, Indonesia, dan India, yang jumlah penggunanya diklaim mencapai 80 juta. Netflix , dari Amerika Serikat, adalah pesaing besar Hooq.
ADVERTISEMENT
Singtel menguasai kepemilikan saham tidak langsung Hooq sebesar 76,5 persen. Singtel berharap likuidasi ini tidak memiliki dampak material pada aset perusahaan. Likuidasi sendiri dilakukan karena Hooq dinilai gagal tumbuh dengan cepat, gagal meraih profit berkelanjutan, dan tak sanggup menutupi biaya operasional juga produksi yang terus naik.
Di Indonesia sendiri, Hooq pernah menjalin kerja sama dengan sejumlah operator telekomunikasi seperti Smartfren dan Telkom untuk meningkatkan jumlah pelanggan. Perusahaan menerapkan sistem bundling dari pembelian paket kuota internet operator seluler, tetapi kesulitan untuk meraih pendapatan dari biaya langganan yang dibayar langsung oleh pengguna.
Hooq juga pernah menjalin kerja sama agar pengguna dapat mengakses konten video dari aplikasi Grab. Namun, tampaknya langkah-langkah ini tak cukup menggenjot bisnis Hooq untuk bertumbuh.
ADVERTISEMENT
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona )
***
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona.