5 Hal Penting yang Harus Kamu Tahu untuk Jadi Content Creator

28 Desember 2021 11:09 WIB
·
waktu baca 8 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bagoes Kresnawan, content creator sutradara video klip 'Di Sayidan' karya Shaggydog, dan Samsul Arifin, content creator channel YouTube Lintang Media. Foto: Aulia Rahman Nugraha/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Bagoes Kresnawan, content creator sutradara video klip 'Di Sayidan' karya Shaggydog, dan Samsul Arifin, content creator channel YouTube Lintang Media. Foto: Aulia Rahman Nugraha/kumparan
Perkembangan ekosistem internet memunculkan era baru di mana orang biasa bisa menciptakan konten video miliknya sendiri. Enggak cuma untuk memuaskan kreativitas, konten tersebut juga bisa bermanfaat bagi orang sekitar dan dimonetisasi oleh kreatornya.
Untuk mendukung ekosistem konten kreatif di Indonesia, Indosat Ooredoo baru-baru ini menghelat workshop Local Content Creator 2021 di Solo. Acara tersebut merupakan wadah bagi calon content creator untuk sharing pengalaman mereka menggarap konten kreatif sekaligus jadi medium untuk belajar dari ahlinya.
Local Content Creator 2021 mengundang dua orang kreator konten sebagai pembicara. Mereka adalah Samsul Arifin, founder channel YouTube animasi musik anak Lintang Media, dan Bagoes Kresnawan, kreator konten sekaligus sutradara yang dikenal lewat akun Instagram @bagustikus.
Dalam presentasinya, Samsul dan Bagoes menyampaikan sejumlah tips dan pengalaman mereka selama jadi kreator. Samsul sendiri sukses meraup ratusan juta views di YouTube lewat konten video animasi lagu anak. Sedangkan Bagoes kerap menyutradarai sejumlah film pendek dan video musik garapan grup musik Tanah Air.
Lantas, apa saja sih yang perlu kamu persiapkan untuk jadi content creator?

Ketahui target penonton

Hal pertama yang perlu kamu lakukan untuk jadi content creator adalah menentukan target penonton. Dengan menentukan target penonton, kamu juga sekaligus menentukan tema konten macam apa yang mau kamu garap.
Samsul, misalnya, ketika membentuk Lintang Media, sudah menentukan bahwa target penontonnya adalah anak-anak. Sebab, mereka adalah salah satu sumber traffic views paling tinggi di YouTube, berdasarkan riset dan data yang dikumpulkan Samsul sejak 2015.
“Behavior-nya anak-anak sekarang, nonton video yang sama dalam satu hari bisa 5 sampai 10 kali,” jelas Samsul.
Keputusan Samsul menargetkan views dari anak-anak terbilang tepat. Banyak video di Lintang Media yang ditonton hingga ratusan juta kali. Video paling laris di channel tersebut, video animasi musik ‘Cicak di Dinding’, bahkan telah meraup 420 juta views sejak di-posting pada 5 Agustus 2017.
Samsul Arifin, pendiri channel YouTube Lintang Media, yang memproduksi video animasi musik untuk anak. Foto: Samsul Arifin
Selain menentukan kategori penonton, kamu juga perlu menentukan platform apa yang mau kamu gunakan untuk share konten yang telah kamu buat. Menurut Bagoes, hal tersebut berkaitan dengan jenis konten yang bakal kamu hasilkan.
"Biasanya, sekarang itu yang paling umum video vertikal. Portrait ini bisa buat TikTok, Instagram Stories, YouTube Short," jelas Bagoes. "Konten-konten yang berpotensi viral ini biasanya berasal dari aspek rasio vertikal, karena handheld di handphone itu vertikal.”

Riset mendalam tema konten yang mau digarap

Setelah menentukan target penonton dan platform yang mau kamu pakai, kamu mesti riset mendalam tentang keduanya. Tujuannya agar konten yang kamu buat cocok dengan target penonton kamu hingga mereka mau menontonnya berulang kali.
Sebagai contoh, Samsul menjelaskan bahwa ia perlu mencari tahu soal tempo musik yang cocok dengan anak-anak. Dalam penelusurannya, ia menemukan bahwa anak-anak lebih menyukai musik dengan ritme 90 beat per menit (bpm) – tempo yang sesuai dengan detak jantung anak-anak.
“Kenapa bisa laris? Kalau saya bisa menyimpulkan dari analisis sendiri, saya bikin video untuk anak itu juga riset. Jadi, lagu untuk anak itu ada temponya. Temponya jangan terlalu kencang. Kalau enggak salah sekitar 90 bpm. Itu mengikuti detak jantungnya anak kecil. Kalau terlalu kencang, anak kecil juga akan terganggu,” kata Samsul soal rahasia mengapa video garapan Lintang Media sukses meraup ratusan juta views.
Kamu juga perlu mengetahui karakteristik platform tempat upload konten. “Algoritma Instagram Reels dan TikTok berbeda,” jelas Bagoes.
Dengan mengetahui jenis konten macam apa yang sesuai dengan algoritma platform media sosial, kamu bisa memperbesar peluang video yang kamu buat muncul di tab For Your Page (FYP) milik penonton.
Sebagai contoh, TikTok menjelaskan video yang masuk di FYP disesuaikan dengan topik yang disukai pengguna serta waktu yang dihabiskan pengguna untuk menonton video tersebut. Sistem rekomendasi FYP juga dipengaruhi oleh musik yang dipakai, tagar, dan teks yang terkait dengan konten pilihan pengguna.

Teknik dasar perekaman dan editing

Proses perekaman video dan editing merupakan proses penting saat membuat konten. Dengan perekaman dan editing yang baik, kualitas konten akan meningkat dan memanjakan pemirsa.
Dalam pemaparannya, Bagoes menjelaskan bahwa seorang kreator perlu memikirkan variasi gaya perekaman (wide, medium, dan close-up) dan pergerakan kamera (track in track out, left right, tilt, dan zoom) saat merekam video. “Ini ditentukan di awal supaya teman-teman enggak perlu shot berulang kali,” katanya.
Teknik perekaman tersebut juga dapat dipermanis dengan editing. Di tahap ini, kamu bisa menambahkan efek transisi, color grading, dan musik agar video yang telah kamu rekam bisa semakin menggugah emosi penonton.
Bagoes memberikan sejumlah tips editing buat calon konten kreator. Ia menjelaskan, kreator konten perlu memberikan variasi gaya perekaman saat menata urutan video. Tujuannya agar enggak monoton saat ditonton pemirsa.
"Tahap pertama editing, kalau saya biasanya menata shot dulu," jelas Bagoes. "Urutannya saya bikin beragam. Jadi, setelah shot wide enggak saya kasih wide lagi, tapi kasih close-up atau medium. Sehabis medium, mau balik ke wide bisa, atau close-up. Jadi, rasanya itu akan bervariasi."
Bagoes juga menganjurkan supaya transisi antar frame disesuaikan dengan musik yang dipakai. "Cutting-nya itu disesuaikan dengan beat musik," jelas Bagoes.
Bagoes Kresnawan, atau juga dikenal dengan akun Instagram @bagustikus. Foto: Bagoes Kresnawan
Adapun proses penambahan musik di video perlu diperhatikan baik-baik. Konten kreator perlu memastikan bahwa musik yang ia pakai bebas lisensi supaya enggak kena blokir dari platform. Bagoes menyarankan agar memakai musik yang ada di YouTube Studio jika kamu enggak mau repot-repot cari musik bebas lisensi.
Berbeda dengan Bagoes, Samsul enggak terlalu mempermasalahkan kualitas video di kontennya. Karena target penontonnya anak-anak, yang perlu ia buat adalah video animasi yang lucu dan menarik perhatian – bukan yang sempurna secara estetik.
Dalam video ‘Cicak di Dinding’, misalnya, Samsul menggunakan animasi kodok bermain gitar. Samsul mengaku bahwa animasi tersebut sangat sederhana, namun efektif untuk menarik perhatian anak-anak dan membekas di ingatan mereka supaya mau nonton berulang kali.
“Imajinasinya orang dewasa berbeda dari imajinasinya anak kecil. Yang menurut kita jelek, itu bisa jadi bagus banget buat anak kecil,” ujar Samsul.

Gunakan SEO agar konten mudah ditemukan penonton

Sesudah membuat video konten, yang perlu kamu lakukan selanjutnya adalah memaksimalkan judul dan deskripsi posting konten agar mudah ditemukan pemirsa. Proses ini sangat penting khususnya bagi konten kreator yang menyebarkan karyanya di YouTube.
“Judul video di isi keyword yang lagi laris itu apa. Jadi, di dalamnya diselipkan yang kira-kira saat itu orang lagi banyak cari apa,” jelas Samsul.
“Kalau saya berkaca dari channel saya, Lintang Media, itu traffic paling tinggi orang searching di Google dan di YouTube itu keyword-nya ‘lagu anak Indonesia’. Nah, itu makanya di setiap video Lintang Media itu di dalam judulnya ada (keyword) ‘lagu anak Indonesia’,” sambungnya.
Mencari keyword yang paling dicari penonton sebenarnya cukup mudah. Kamu bisa memanfaatkan Google Trends untuk menemukan kata kunci apa saja yang sedang populer dicari banyak orang.
Samsul juga menekankan pentingnya mengisi deskripsi dan tag sebelum upload video YouTube. Perihal deskripsi, Samsul menganjurkan agar kreator konten memasukkan dua kata kunci yang paling populer di dalam kalimat pertama deskripsi. Begitu juga dengan tag, di mana kamu bisa meningkatkan skor SEO (search engine optimization) melalui keyword yang relevan agar semakin mudah ditemukan penonton.
“Dari sini, harapannya video teman-teman itu bisa masuk suggested video di channel lain. Jadi, kalau ada channel lain yang lebih banyak viewer-nya, teman-teman bisa nebeng,” jelasnya.

Adaptasi, trial, and error

Hal terakhir yang perlu kamu persiapkan sebelum jadi konten kreator adalah adaptasi dari kegagalan. Sebab, belum tentu konsep tema konten yang kamu buat di awal bakal laku ditonton orang.
Lintang Media, contohnya, pada awal berdiri di tahun 2017 sebenarnya merupakan channel yang fokus pada konten ASMR mainan anak. Namun, konten tersebut enggak terlalu laku ditonton. “Hanya dua tiga viewer saja,” jelas Samsul.
Samsul mencoba berbagai jenis konten baru di Lintang Media. Salah satu yang dia coba adalah video animasi anak – tema konten yang ia pikir mungkin akan banyak ditonton anak-anak. Ide tersebut muncul saat ia memperhatikan anak tetangganya yang setiap hari nonton video animasi lagu anak.
Kegigihan dan kemauan Samsul untuk beradaptasi dari kegagalan akhirnya terbayarkan. Video animasi lagu anak berhasil membuat Lintang Media jadi salah satu channel anak terbesar di YouTube Indonesia dengan subscriber mencapai lebih dari 3,2 juta pengguna.
“Bisa dibilang, saat kita mau bikin apa, belum tentu kok itu langsung berhasil. Jadi, kita coba saja dulu,” ujarnya.
Senada dengan Samsul, Bagoes juga memberikan tips agar calon konten kreator dapat kreatif menemukan potensi konten di sekelilingnya.
Bagoes bercerita, ia sempat membuat konten dokumenter soal Pak Min, penjual sate gerobak di Yogyakarta. Bagoes tertarik dengan Pak Min karena umumnya penjual sate di Yogyakarta enggak jualan di gerobak, tetapi di tempat permanen seperti restoran. Setelah mewawancarai Pak Min, Bagoes baru mengetahui bahwa Pak Min punya kendala dana.
“Ternyata dia seperti itu karena modalnya kurang dan nrimo. Bayangkan, 30 tahun dia berjualan enggak upgrade karena nrimo. Nah, ini yang sangat menarik untuk aku kulik,” kenang Bagoes.
Usai meminta izin kepada Pak Min, Bagoes merekam keseharian bapak tersebut dari rumahnya hingga selesai berjualan. Video dokumenter tersebut kemudian di-upload ke YouTube hingga menarik perhatian para foodvlogger – yang kemudian meng-endorse sate Pak Min secara cuma-cuma.
“Kadang-kadang, kita bikin karya dari ketidaksengajaan,” kata Bagoes seraya mengajak calon content creator untuk membantu mempopulerkan UMKM makanan di sekitarnya. “Itu bisa dikulik juga buat teman-teman yang suka makan – kayak aku. Itu bisa jadi konten.”