5 Miliar HP Bakal Dibuang Tahun Ini, jika Ditumpuk Vertikal Bisa Tembus ISS

18 Oktober 2022 8:32 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Smartphone. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Smartphone. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Waste Electrical and Electronic Equipment Forum (WEEE) menunjukkan bahwa lebih dari 5 miliar handphone (HP) dari total 16 miliar yang ada di seluruh dunia bakal dibuang dan menjadi sampah pada 2022.
ADVERTISEMENT
Jika ditumpuk secara vertikal ke atas langit, kumpulan ponsel pintar itu bisa membuat menara setinggi 50.000 kilometer, atau 100 kali lebih tinggi dari Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) dan mencapai seperdelapan perjalanan ke Bulan.
Sayangnya, meski mengandung emas, tembaga, perak, palladium, dan komponen daur ular lainnya, peneliti mengatakan bahwa sebagian besar dari smartphone berakhir di tempat sampah, dibuang atau dibakar sehingga bisa menyebabkan kerusakan bagi lingkungan dan juga berbahaya bagi kesehatan.
“Smartphone adalah salah satu produk elektronik yang menjadi perhatian utama kami,” kata Pascal Leroy, Direktur Jenderal Forum WEEE, sebagaimana dikutip AFP.
Berdasarkan data limbah elektronik global 2020, setiap tahunnya ada sebanyak 44,8 juta ton limbah elektronik global yang dihasilkan. Sementara survei enam negara Eropa yang dilakukan pada Juli hingga September 2022 menyebutkan 5 miliar HP yang ditarik dari peredaran, sebagian besarnya tidak di daur ulang.
Petir jet biru yang tertangkap Stasiun Luar Angkasa Internasional pada 26 Februari 2019. Foto: European Space Agency via YouTube
Ini terjadi karena banyak orang yang menyimpan HP bekasnya di laci, lemari, atau garasi daripada membawa ponsel itu untuk diperbaiki atau didaur ulang. Peneliti memperkirakan sekitar 5 kilogram perangkat HP disimpan di setiap rumah di Eropa.
ADVERTISEMENT
Selain itu, riset juga menekan 46 persen dari 8.775 rumah tangga yang disurvei menganggap bahwa peralatan elektronik yang rusak bisa digunakan lagi di masa depan. Sebanyak 15 persen lainnya menyimpan gadget mereka karena untuk dijual atau diberikan ke orang lain, sementara 13 persen lagi menyimpannya karena alasan ‘nilai sentimental’.
"Tapi e-waste tidak akan pernah bisa dikumpulkan secara sukarela karena biayanya yang mahal. Itu sebabnya undang-undang sangat penting."
Per Oktober 2022, parlemen UE mengesahkan undang-undang baru yang mengharuskan USB-C menjadi standar pengisi daya tunggal untuk semua smartphone, tablet, dan kamera mulai akhir 2024. Langkah ini diharapkan bisa menghasilkan penghematan tahunan hingga 200 juta euro atau sekitar Rp 2 triliun dan memotong lebih dari seribu ton sampah elektronik UE setiap tahun.
Truk pengangkut barang limbah elektronik. Foto: ANTARA FOTO/ Muhammad Adimaja
Menurut Kees Balde, Spesialis Ilmiah Senior di United Nations Institute for Training and Research (UNITAR), undang-undang yang dibuat Eropa telah mendorong tingkat pengumpulan limbah elektronik yang lebih tinggi di wilayah tersebut ketimbang wilayah lain di dunia.
ADVERTISEMENT
"Di tingkat Eropa, 50-55 persen limbah elektronik dikumpulkan atau didaur ulang," kata Balde kepada AFP. "Di negara-negara berpenghasilan rendah, perkiraan kami turun hingga di bawah 5 persen dan terkadang bahkan di bawah 1 persen."
Pada saat yang sama, ribuan ton limbah elektronik diimpor dari negara-negara kaya–termasuk anggota Uni Eropa– ke negara-negara berkembang setiap tahunnya, sehingga menambah beban daur ulang bagi mereka.
Di pihak penerima limbah, sarana dan prasarana untuk mendaur ulang limbah elektronik ini kurang memadai, dan terkadang tidak aman untuk lingkungan di mana zat berbahaya seperti merkuri dan plastik dapat mencemari tanah, air, dan memasuki rantai makanan, seperti yang terjadi di tempat pembuangan limbah elektronik di Ghana.
Penelitian yang dilakukan di negara Afrika barat pada 2019 oleh IPEN dan Basel Action Network menemukan tingkat dioksin terklorinasi dalam telur ayam yang diletakkan di dekat tempat pembuangan Agbogbloshie 220 kali lebih tinggi dari tingkat aman yang diterapkan di Eropa.
ADVERTISEMENT
"Kami telah memindahkan gunung di Eropa," kata Pascal Leroy. "Tantangannya sekarang adalah mentransfer pengetahuan ke bagian lain dunia."