Alasan Pendapatan Iklan YouTube Kalah Dibanding Instagram

7 Februari 2020 8:04 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi YouTube Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi YouTube Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Awal Februari 2020, sejumlah perusahaan teknologi, seperti Facebook dan Google, mengumumkan pendapatan atau revenue mereka selama 2019. Untuk pertama kalinya, Google mengumumkan pendapatan iklan dari YouTube mencapai 15 dolar AS atau sekitar Rp 204 triliun sepanjang tahun lalu.
ADVERTISEMENT
Namun, jika dibandingkan dengan Instagram, angka yang diperoleh YouTube masih kalah jauh. Facebook mengumumkan Instagram memperoleh 20 miliar AS atau sekitar Rp 273 triliun dalam pendapatan iklan. Laporan ini menimbulkan pertanyaan, mengapa pendapatan YouTube bisa kalah dari Instagram?
CFO Alphabet, Ruth Porat, menjelaskan bahwa seluruh pendapatan iklan yang diperoleh YouTube sebagian besar telah diberikan kepada konten kreator.
"Kami membayar sebagian besar pendapatan kami kepada kreator kami," jelas Porat, seperti dikutip TNW.
Ilustrasi YouTube. Foto: REUTERS/Dado Ruvic
YouTube memang memberlakukan adsense yang bisa menguntungkan para pembuat video di platform-nya. YouTube mengambil porsi 45 persen keuntungan iklan yang didapat oleh setiap konten kreator yang menjalankan adsense.
Dari 15 miliar dolar AS yang didapat YouTube, diasumsikan perusahaan membayar sekitar 8 miliar dolar AS dari total pendapatannya. Pembagian uang iklan itu, dibagikan kepada para konten kreator yang menguntungkan dari segi viewers dan konten.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, Instagram tidak membayar atau membagi pendapatan iklannya kepada konten kreator mereka. Jadi, Instagram menghasilkan lebih banyak pendapatan iklan dibandingkan YouTube.
Satu-satunya cara para kreator konten Instagram dapat menghasilkan uang dari pekerjaan mereka adalah bermitra dengan perusahaan secara langsung atau melakukan endorsement.
Instagram memang tidak menawarkan mekanisme yang memungkinkan para kreator konten dan sponsor untuk memantau statistik berapa banyak yang lihat posting-an berbayarnya. Mereka sementara hanya bisa melihat itu lewat dukungan software pihak ketiga, yang hasilnya tak jarang diragukan.