Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2

ADVERTISEMENT
Dalam beberapa tahun belakangan, persaingan industri smartphone di Indonesia semakin menarik dan ketat. Dalam laporan berbagai lembaga riset terkait pangsa pasar, terlihat dominasi vendor smartphone yang berasal dari China benar-benar perlahan menguasai pasar smartphone di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Vendor smartphone China mampu mengalahkan dominasi vendor lainnya yang sudah lama menjalankan bisnisnya di Indonesia. Bahkan ada beberapa yang terpaksa harus angkat kaki karena tak mampu menandingi, misalnya saja, Sony, LG, Motorola, Lenovo, dan vendor lainnya.
Market Analyst IDC Indonesia Risky Febrian menjelaskan vendor-vendor smartphone China, menjalankan strategi khusus yang tak bisa dilakukan oleh vendor lain. Menurutnya, bahkan persaingan ketat antar vendor China juga menyebabkan tidak ada ruang bagi vendor lain di pasar Indonesia.
"Vendor smartphone China memang dalam lima tahun belakangan sudah gencar memasarkan produknya di Indonesia. Beragam strategi yang dijalankan memang ampuh, karena tepat untuk pasar Indonesia. Selain itu, persaingan antar mereka juga ketat, sehingga membuat vendor lain sulit menandingi," katanya, saat ditemui dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (29/11).
Risky menjelaskan dua strategi utama yang diterapkan oleh banyak vendor smartphone China adalah pengendalian harga dan online marketing. Soal pengendalian harga, bagi Risky adalah strategi tepat untuk pasar Indonesia yang dianggap lebih memperhatikan harga dibandingkan memandang brand.
ADVERTISEMENT
"Strategi yang paling penting adalah price control. Masyarakat Indonesia sangat sensitif soal harga. Mereka akan mengutamakan harga, spesifikasi, baru memandang brand. Hal ini terjadi khususnya pada segmen low end dan mid end. Di mana market share pasar Indonesia berada," jelasnya.
Dalam laporan terbaru IDC kuartal tiga 2019 saja, dominasi vendor smartphone raksasa asal Korea Selatan, Samsung, telah tergeser oleh Oppo yang menduduki peringkat pertama dan Vivo di posisi dua. Samsung harus rela turun ke peringkat tiga dalam riset IDC.
Kemudian, Realme dan Xiaomi bersaing ketat di posisi empat dan lima. Secara total, vendor smartphone China yang menduduki peringkat lima besar dalam laporan itu mendapatkan market share sebesar 74,1 persen.
Hal unik soal pertumbuhan Realme yang tergolong pesat dalam satu tahun terakhir. Peningkatannya menurut IDC mencapai 900 persen dari kuartal 1 hingga kuartal 3. Risky menjelaskan ada strategi khusus yang dimiliki Realme sehingga bisa mengalahkan kompetitor lain, terutama Xiaomi.
ADVERTISEMENT
"Realme kuat soal fokus sifat konsumen yang price sensitif. Ketika suatu brand bisa menjaga harga yang merupakan poin penting. Konsumen jadi trust ke brand tersebut. Realme mampu menghadirkan harga terjangkau dan mudah ditemukan. Realme juga mampu menjaga harga di pasar tidak mengalami perubahan baik online maupun offline," terang Risky.
Bagi Risky, jika Realme terus konsisten menjaga harga dan ketersediaan produk, posisi mereka bisa meningkat di laporan kuartal 4 2019.