Apa Arti 'Ada Tukang Bakso' di Akhir Video Bintang Emon? Ini Penjelasannya

16 Juni 2020 16:19 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bintang Emon. Foto: Instagram/ @bintangemon
zoom-in-whitePerbesar
Bintang Emon. Foto: Instagram/ @bintangemon
ADVERTISEMENT
Bintang Emon menjadi viral di media sosial setelah membuat video bertajuk 'Ga Sengaja' yang berisi kritik terhadap penegakan hukum dalam kasus Novel Baswedan. Dalam video berdurasi 1 menit 43 detik itu, Bintang mengkritik jaksa kasus penyiram air keras terhadap Novel Baswedan, yang mengatakan motif terdakwa semata karena tidak sengaja.
ADVERTISEMENT
Satu hal menarik yang tak luput dari pembicaraan, adalah kata-kata: "Lho, kok ada tukang bakso" yang menutup video kritiknya.
Sejumlah netizen kemudian berbagi pendapat tentang tukang bakso ini. Sebagian besar mengaitkan 'tukang bakso' itu dengan aksi intelijen yang melakukan mata-mata.
Aktivitas intelijen dalam melakukan mata-mata di lapangan, memang populer dikaitkan dengan penyamaran sebagai tukang bakso atau tukang nasi goreng. Hal ini diamini oleh pengamat intelijen, Ridlwan Habib. Dia bilang penyamaran sebagai penjual makanan keliling seperti tukang bakso, nasi goreng, atau siomay memang sering dilakukan anggota intelijen di masa lalu.
Penyamaran itu umumnya dilakukan oleh para anggota baru dalam melakukan "latihan basah" yang bermanfaat melatih mental mereka menjadi orang tidak dikenal di tengah warga.
ADVERTISEMENT
Menurut Ridlwan, dengan menjadi tukang bakso, para anggota intelijen bisa mendapat informasi langsung di lapangan. Terutama gosip atau desas-desus terkait isu yang ramai diperbincangkan warga.
Penyamaran jadi tukang bakso atau tukang-tukang lain juga digunakan oleh anggota kepolisian seperti reserse atau Densus 88 untuk menindak pelaku kriminal atau terorisme.
Penyamaran dengan model ini terbilang sukses membantu pengusutan pelaku terorisme kelas kakap seperti Dr Azahari dan Noordin M. Top. Penggerebekan Dr Azahari tidak lepas dari penyamaran anggota Densus 88 menjadi tukang Bakwan Malang keliling. Sedangkan Noordin M. Top berhasil digerebek setelah dipantau anggota Densus 88 yang menyamar jadi tukang gado-gado.
Meski masih digunakan anggota kepolisian, penyamaran menjadi tukang makanan keliling sudah jarang dilakukan anggota intelijen. Alasannya, zaman sudah berubah. Penyamaran jadi tukang bakso atau penjual makanan keliling itu sering dilakukan di era Orde Baru.
ADVERTISEMENT
“Pengumpulan informasi intelijen harus dilakukan salah satunya dengan menyamar supaya mendapatkan info langsung dari lapangan, terutama gosip, desas-desus yang biasanya muncul saat orang berkerumun membeli bakso atau sate,” jelas Ridlwan saat dihubungi kumparan, Selasa (16/6).
Ilustrasi pedagang bakso. Foto: Kartika Pamujiningtyas/kumparan
Akibat perubahan zaman, kini anggota intelijen lebih sering menggali informasi lewat media sosial. Mereka umumnya menjadi warganet biasa untuk memonitor percakapan di platform media sosial seperti Twitter, Instagram, dan Facebook.
“Sekarang eranya social media intelligence. Jadi sudah tidak perlu lagi operasi penyamaran sebagai tukang bakso. Orang-orang lebih sering membicarakan isu di media sosial,” tambahnya.
Selain itu, model penyamaran intel atau polisi sangat luas tidak hanya menjadi tukang bakso, menurut Ridlwan. Mereka juga bisa menyamar menjadi bankir, wartawan, atau pengamat.
ADVERTISEMENT
*** Saksikan video menarik di bawah ini.