Apa Itu Robot Penyelamat Korban Bencana yang Disebut Jokowi di Rapat Basarnas?

17 Februari 2023 19:36 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Jokowi saat menghadiri The 30th IIMS 2023 di Jiexpo Kemayoran Jakarta, Kamis (16/2/2023). Foto: Dok. PLN
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Jokowi saat menghadiri The 30th IIMS 2023 di Jiexpo Kemayoran Jakarta, Kamis (16/2/2023). Foto: Dok. PLN
ADVERTISEMENT
Presiden Joko Widodo (Jokowi), meminta Basarnas memiliki alat canggih untuk mempercepat pencarian dan pertolongan korban bencana. Permintaan ini disampaikannya dalam rapat kerja Basarnas dan Forum Koordinasi Potensi Pencarian dan Pertolongan (FKP3).
ADVERTISEMENT
Jokowi bilang, kebutuhan alat canggih dalam penanganan bencana ini didasarkan pada data potensi bencana di dunia yang cenderung semakin meningkat, bahkan frekuensinya lima kali lipat lebih tinggi dalam kurun waktu 50 tahun terakhir.
Beberapa alat yang direkomendasikan adalah drone rescue dan robot yang bisa menyelam lebih dari 1.000 meter untuk mengevakuasi korban tenggelam. Selain itu, Jokowi juga meminta Basarnas memiliki robot ular untuk mempercepat pertolongan dan pencarian korban bencana di tempat-tempat yang sulit dijangkau.
“Karena memang harapan korban dan keluarga korban itu bertumpu pada tim SAR, kecepatan evakuasi untuk menentukan jumlah nyawa yang diselamatkan juga berada di tim SAR, oleh sebab itu, menurut saya yang namanya teknologi untuk mempercepat pencarian dan pertolongan ini sangat penting,” ujar Jokowi, Kamis (16/2).
ADVERTISEMENT
“Untuk efektivitas pertolongan dan pencarian, ini sudah digunakan di beberapa negara di Amerika dan di Jepang, robot ular atau snake robot yang bisa (meliuk-liuk).”
Penyelamat mencari korban dan penyintas di puing-puing bangunan di desa Salqin di provinsi Idlib barat laut Suriah, pada Selasa (7/2/2023) Foto: Omar Haj Kadour/AFP

Robot penyelamat korban bencana

Ada banyak cara yang bisa dilakukan dalam evakuasi dan pencarian korban bencana, salah satunya mengandalkan robot seperti yang dilakukan di beberapa negara maju. Baru-baru ini, Uni Eropa mempresentasikan proyek CURSOR (Coordinated use of miniaturized robotic equipment and advanced sensors for search and rescue operations), yakni robot dan drone untuk membantu menyelamatkan orang dari reruntuhan gempa.
Dikutip DW News, proyek itu mengandalkan robot kecil yang ditopang di atas roda dilengkapi dengan kamera inframerah dan termal, menggunakan tabung untuk memeriksa CO2 dan protein khas manusia di udara. Robot ini bisa menunjukkan orang-orang yang terjebak di bawah reruntuhan.
ADVERTISEMENT
Dengan bantuan pengeras suara dan mikrofon, tim SAR kemudian bisa mencoba menghubungi korban di balik rerutuhan. Sementara itu, drone dapat membantu memberikan bantuan tambahan berupa gambar 3D.
“Selama gempa susulan di Turki - Suriah, pencarian korban sangat berbahaya bagi tim penyelamat karena semuanya runtuh,” ujar Karsten Berns, seorang pakar robot penyelamat dan kepala Robotic Systems Chair di Rheinland-Pfälzische Technische Universität Kaiserslautern-Landau, Jerman.
Drone yang digunakan tim proyek Cursor untuk pencarian dan penyelamatan korban bencana. Foto: @CURSOR_H2020/Twitter
Berns dan timnya terlibat dalam proyek seperti CURSOR pada 2016. Robot yang digunakan dalam proyek ICARUS melibatkan robot yang dirancang untuk membantu tim penyelamat mencari korban dalam bencana. Robot itu termasuk kendaraan kecil dengan sensor infra merah dan robot besar mirip ekskavator yang dapat memindahkan puing-puing berat atau bagian tembok bangunan.
ADVERTISEMENT
Robot-robot ini bisa dioperasikan dari jarak 1 kilometer sehingga operator bisa menggerakannya di lokasi aman jika sewaktu-waktu bencana susulan datang. Robot juga bisa memasuki celah-celah rumah yang runtuh dilengkapi dengan sensor gas.
Namun, Berns mengatakan robot-robot ini diproduksi dengan biaya mahal. Tidak seperti anjing pelacak yang hanya membutuhkan makan dan minum saja. Saat ini, anjing masih menjadi andalan dalam mencari korban gempa, termasuk di Turki dan Suriah.
Anjing dapat mencium bau keringat, hormon, darah, kotoran atau bahkan napas manusia. Ketika mengendus seseorang yang tergeletak di bawah reruntuhan, mereka akan menggonggong dan mencakar lokasi tersebut. Bagaimanapun, robot belum mampu mengalahkan kecanggihan hidung anjing pelacak yang sangat baik, aku Berns.
Berns menyebutkan, masih jauh untuk bisa mengandalkan robot dalam melakukan evakuasi korban bencana. Dengan begitu, anjing masih menjadi hewan yang paling bisa diandalkan dalam mencari korban bencana.
ADVERTISEMENT