Apa itu Stablecoin Terra Luna? Ini Penyebab Harganya Rontok 99%

14 Mei 2022 9:42 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Logo Terra LUNA. Foto: FellowNeko/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Logo Terra LUNA. Foto: FellowNeko/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Dunia kripto dibanjiri berita anjloknya nilai koin Terra LUNA dan stablecoin TerraUSD (UST). LUNA, koin utama dari blockchain Terra ini kehilangan 99,9 persen nilainya dalam 24 jam terakhir. Sementara UST, yang nilainya seharusnya terikat dengan dolar AS (1 koin = 1 dolar AS), kehilangan lebih dari 70 persen nilainya dalam 24 jam terakhir, seperti terpantau di situs coinmarketcap.
ADVERTISEMENT
Koin ini mulanya digadang-gadang akan menjadi stablecoin. Dilansir Investopedia, stablecoin adalah koin kripto yang diikat (pegged) dengan komoditas finansial seperti kripto lain atau uang asli (fiat money), sehingga punya nilai yang stabil dan dapat menjadi andalan mata uang tukar serta aset tabungan.
Terraform Labs, perusahaan asal Korea Selatan yang membuat jaringan blockchain Terra, menerapkan algoritma yang membuat harga koin stabil.
Mengutip dari Business 2 Community, algoritma Terra bekerja dengan cara membakar LUNA untuk mencetak (mint) UST, untuk menstabilkan setiap koin UST kehilangan ikatan (peg) 1:1 terhadap dolar AS, dan begitu pula sebaliknya.
Misalnya, jika UST mencapai 0,99 dolar AS, sejumlah kecil LUNA akan terbakar, dan jika UST mencapai 1,01, sejumlah kecil UST akan terbakar.
ADVERTISEMENT
Seperti yang sudah disebut di atas, stablecoin memiliki basis aset finansial seperti mata uang tradisional atau aset kripto. UST sendiri memiliki aset cadangan seperti Bitcoin. Berbeda dengan stablecoin seperti Tether (USDT) dan Circle (USDC) yang memiliki back-up aset cadangan uang tradisional sehingga lebih stabil.
Pengunjung melihat grafik harga terbaru berbagai cryptocurrency. Foto: Soe Zeya Tun/REUTERS

Kenapa harganya anjlok?

Tech Crunch menulis bahwa algoritma yang diunggulkan Terra, ditambah tekanan ekosistem kripto saat ini, gagal mempertahankan harga UST.
Ketika harga UST anjlok beberapa hari lalu, Terraform Labs terpaksa mengeluarkan aset pembendaharaannya untuk mempertahankan UST di harga 1 dolar AS.
Terraform Labs diketahui mengosongkan dompet pembendaharaan Bitcoinnya pada 10 Mei lalu. Total 42.530 Bitcoin dijual.
Namun pakar menilai langkah tersebut hanya akan menambah tekanan kepada pasar agar menjual aset Bitcoin mereka, dan berakibat melemahkan pasar kripto secara keseluruhan.
ADVERTISEMENT
“(Tindakan itu) dapat menambah tekanan jual yang berarti pada Bitcoin dan dapat menyeret pasar ke bawah,” kata Corey Miller, pemimpin pertumbuhan di dYdX (platform exchange kripto desentralisasi), kepada TechCrunch.
Terraform Labs mengumumkan awal tahun ini, mereka berencana memperoleh 10 miliar dolar AS dalam bentuk Bitcoin sebagai cadangan untuk “membuka era moneter baru dari standar Bitcoin.” Dana tersebut seharusnya disimpan dalam perbendaharaan untuk mendukung UST dalam cadangan devisa terdesentralisasi untuk menjaga nilai stablecoin pada tingkat tetap.
Do Kwon, CEO sekaligus founder Terraform Labs mengatakan di Twitter pada 11 Mei lalu bahwa mereka sedang "menyebarkan lebih banyak modal," tanpa ada rincian lebih lanjut.
Dia juga me-tweet bahwa "LFG (Luna Foundation Guard) tidak mencoba untuk keluar dari posisi Bitcoin-nya," menambahkan bahwa "tujuannya adalah untuk memiliki modal ini di tangan pembuat pasar profesional" sehingga secara signifikan memperkuat likuiditas di sekitar peg UST.
ADVERTISEMENT
Pakar kripto menilai bahwa penjualan Bitcoin yang dilakukan Terra tidak akan memberi dukungan pada kedudukan UST.
“Mereka hanya akan menekan harga dan terus berdarah,” ungkap Jack Melnick, peneliti token di The Tie Labs. “Kemudian jika mereka mendukung harga, itu akan membuat semua orang mengabaikan UST dan meninggalkan mereka tanpa uang di perbendaharaan untuk mempertahankan peg.”
“Jadi mereka (investor UST) mulai menukar UST ke USDC, USDT, yang didukung tunai atau (sesuatu) setara tunai,” kata Melnick.
“Dengan LFG yang pada dasarnya dipaksa untuk melikuidasi BTC untuk menstabilkan stablecoin, kami memiliki institusi besar yang membuang ribuan BTC (Bitcoin) ke pasar,” kata Franzen. "Ini pada dasarnya adalah panggilan margin algoritmik."
Saat ini, sejumlah platform trading aset kripto malah berhenti memperdagangkan Terra Luna atas alasan keamanan pengguna. Hal itu diambil oleh Binance, platform trading kripto terbesar di dunia, dan juga Indodax, yang merupakan platform trading kripto terbesar di Indonesia.
ADVERTISEMENT