Aplikasi Indodax Belum Bisa Dibuka, CEO: Masih Investigasi Security Forensik

13 September 2024 9:27 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi INDODAX Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi INDODAX Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Layanan jual beli aset kripto terbesar di Indonesia, Indodax, belum bisa dibuka pada Jumat pagi, 13 September 2024. Ini adalah hari ketiga layanan Indodax tak bisa diakses oleh nasabah setelah mereka mengalami serangan siber pada Rabu.
ADVERTISEMENT
Para nasabah Indodax mempertanyakan kapan platform itu bisa diakses kembali. Nasabah juga khawatir akan keamanan aset mereka, baik dalam bentuk kripto maupun rupiah.
Tim kumparanTECH mencoba membuka aplikasi maupun website Indodax, tapi tidak ada pilihan akses yang bisa ditempuh untuk masuk ke layanan itu.
Di akun media sosial X, Facebook, dan Instagram, Indodax malah menggelar giveaway dengan nilai hadiah tertentu kepada pengguna. Posting tentang giveaway ini dihujani komentar yang mempertanyakan kapan layanan bisa diakses dan bagaimana keamanan aset nasabah.
CEO Indodax, Oscar Darmawan, dalam video yang diunggah di Instagram Indodax, mengatakan bahwa mereka sedang melakukan investigasi security yang dibantu oleh pihak eksternal para ahli forensik keamanan siber. Langkah ini dilakukan untuk memastikan sistem dapat kembali online tanpa ada risiko keamanan.
ADVERTISEMENT
Oscar mengklaim, dana rupiah maupun aset cryptocurrency member, tetap aman sebagaimana informasi sebelumnya. "Dalam waktu dekat, kami akan mengeluarkan proof or reserve yang dimiliki Indodax sehingga member dapat melihat aset kripto Indodax 100 persen sesuai saldo wallet member," ujarnya.
Informasi awal Indodax mengalami peretasan dilaporkan oleh akun X @CyversAlerts, yang merupakan perusahaan keamanan Web3, pada Rabu, 11 September 2024. Cyvers Alerts melaporkan adanya transaksi mencurigakan pada suatu dompet kripto senilai 14,4 juta dolar AS atau setara Rp 221 miliar rupiah. Transaksi terpantau dilakukan secara bertahap, alias tidak dalam satu waktu.
“Alamat yang mencurigakan tersebut telah menampung 14,4 juta USD dan menukar token tersebut dengan Ether,” tulis akun X @CyversAlerts.
Insiden ini menyebabkan semua layanan termasuk transaksi kripto di website tak bisa dilakukan.
ADVERTISEMENT