Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Aplikasi media sosial Snapchat pernah jadi primadona karena inovasi filter kamera yang bikin muka jadi mirip Kylie Jenner. Sayangnya, tidak bisa dipungkiri popularitas itu sudah semakin ciut karena media sosial lain yang meniru inovasi itu, seperti Facebook, Instagram, dan WhatsApp.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Snapchat juga bisa dibilang sebagai pionir media sosial yang mengadopsi teknologi lensa Augmented Reality (AR) sehingga kirim-kiriman gambar bisa jadi lebih seru. Dengan lensa AR, Snapchat menawarkan pilihan filter keren, mulai dari make up yang bikin wajah cantik hingga mengubah lingkungan sekitar jadi taman yang indah.
Seiring dengan berjalannya waktu, filter Snapchat dan lensa AR-nya juga semakin banyak. Meskipun begitu, Snapchat tetap memegang teguh visi dan misinya sebagai platform chatting yang lebih mengutamakan interaksi yang personal dan mengutamakan kualitas pertemanan di media sosial.
ADVERTISEMENT
"Hal inilah yang membuat Snapchat jadi platform yang privat di mana pengguna tidak harus bersaing dengan orang lain yang tidak mereka kenal sehingga tidak ada tekanan sosial. Tidak ada yang seperti itu,” jelas Nana Murugesan, Managing Director of International Markets Snap Inc, saat ditemui di Jakarta, Selasa (3/12).
Di sisi lain, tak sedikit orang yang menyukai exposure alias kontennya dilihat dan disukai orang banyak. Oleh karena itu, pengguna yang suka exposure cenderung hanya menggunakan Snapchat sebagai tempat selfie untuk kemudian di-posting di media sosial lain, di Instagram misalnya.
Pihak Snapchat sendiri sangat menyadari perilaku tersebut. Murugesan menjelaskan bahwa memang pihaknya perlu melakukan edukasi terhadap komunitasnya agar mereka lebih memahami penggunaan aplikasi tersebut.
ADVERTISEMENT
“Ini kenapa edukasi sangat penting, kalau komunitas kita enggak paham proporsi nilai produk kita, mereka cuma bakal datang ke Snapchat, cobain lensa-lensa yang keren dan mereka menggunakan lensa itu untuk di-posting di platform lain, ya mereka akan pergi. Karena mereka enggak mengerti inti nilai produk kita,” jelas Murugesan.
“Tapi kalau mereka mengerti, privasi, komunikasi otentik, dengan cara kita mengedukasi, partnership, itu akan sangat membantu. Oleh karena itu kami rasa, edukasi partnership bisa membantu komunitas kami jadi lebih setia,” lanjutnya.
Di Indonesia sendiri, Snapchat berencana akan melakukan beberapa upaya untuk menggaet lebih banyak pengguna, salah satunya dengan cara edukasi dan partnership. Snapchat baru saja mengumumkan kemitraannya dengan Indosat, yaitu mengadakan kompetisi tantangan membuat video kreatif berdurasi 10 detik.
ADVERTISEMENT