AS Mau Investasi Rp 18,4 T, Bikin Vacuum Cleaner Raksasa Penyedot Polusi

18 Agustus 2023 10:32 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pabrik penghisap karbon dioksida bernama Orca.  Foto: Climeworks
zoom-in-whitePerbesar
Pabrik penghisap karbon dioksida bernama Orca. Foto: Climeworks
ADVERTISEMENT
Departemen Energi AS berencana menggelontorkan dana 1,2 miliar dolar AS atau Rp 18,4 triliun untuk investasi di dua proyek rekayasa penghilang polusi udara. Jika benar berjalan, maka ini akan menjadi proyek dengan investasi terbesar dalam sejarah.
ADVERTISEMENT
Polusi akan ditangkap melalui serangkaian proses menggunakan alat penangkap udara. Ibarat vacuum cleaner yang berfungsi menyedot kotoran dan debu, namun ini akan dibangun dalam ukuran yang besar.
"Jika kami menggunakan ini dalam skala besar, teknologi ini dapat membantu kami membuat kemajuan yang serius menuju tujuan emisi nol bersih kami. (Namun) kami masih fokus menggunakan lebih banyak energi bersih pada saat bersamaan,” kata Sekretaris Energi Jennifer Granholm dilansir Daily Mail.
Perusahaan alat penangkap polusi bernama Project Cypress akan dibangun di Paroki Calcasieu, Lousiana. Perusahaan kedua bernama South Texas DAC akan dibentuk di Kleberg County Texas.
Masing-masing perusahaan itu mengeklaim mampu menangkap hingga 1 juta metrik ton karbon dioksida per tahun. Selanjutnya, kemampuan menyedot akan ditingkatkan bertahap hingga 30 juta metrik ton per tahun setelah beroperasi penuh.
ADVERTISEMENT
Ilustrasi karbon dioksida Foto: geralt/pixabay
Gubernur Louisiana John Bel Edwards, percaya diri daerah yang dipimpinnya mampu menjalankan dan menangani penyedotan polusi CO2 dengan baik. CO2 yang disedot kemudian akan disimpan di bawah tanah demi mengatasi perubahan iklim.
CO2 adalah salah satu gas utama yang paling bertanggung jawab atas pemanasan global di Bumi. Gas kedua yang juga berbahaya adalah metana.
"Agar penangkap udara langsung siap pada skala yang kita butuhkan pada tahun 2050, kita perlu berinvestasi di dalamnya hari ini," kata Claire Nelson, ilmuwan post-doctoral Observatorium Bumi Lamont-Doherty Universitas Columbia.
Tim Lieuwen, direktur eksekutif Institut Energi Strategis di Institut Teknologi Georgia setuju bahwa polusi yang intens dari beberapa jenis industri berat perlu diatasi melalui teknologi penangkapan udara langsung.
ADVERTISEMENT
Meski teknologi ini terlihat bagus, Shannon Boettcher, profesor kimia di University of Oregon, mempertanyakan efisiensi teknologi penangkapan udara ini dari segi biaya. Investasi seharusnya juga fokus ke penelitian dan pengembangan.
Ini karena teknologi untuk menyedot karbon dioksida dari udara masih terlalu dini untuk diterapkan. Di samping itu, belum ada angka rinci berapa jumlah emisi yang teknologi penangkapan udara langsung ini dapat tekan dalam kurun waktu tertentu.