Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Banyak Bisnis Digital Adopsi Cloud demi Efisiensi, Keamanan Jadi Tantangan
29 September 2024 15:43 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Sebuah riset baru mengungkap banyak bisnis generasi era digital (digital native businesses/DNB) yang sudah migrasi atau mengadopsi komputasi awan (cloud). Mereka menggunakan teknologi ini dengan fokus pada efisiensi dan produktivitas.
ADVERTISEMENT
Studi baru ini dilakukan oleh perusahaan teknologi Akamai Technologies bersama firma riset TechnologyAdvice pada Maret hingga Mei 2024. Ada lebih dari 200 pemimpin teknologi dari Australia, Asia Tenggara, India, dan China yang menjadi responden survei bertajuk Asia's Digital Native Businesses Prioritise Security for Sustainable Growth.
DNB merupakan perusahaan yang lahir di era internat dan mengadopsi teknologi terbaru untuk memenuhi kebutuhan pelanggan di dunia digital.
Menurut riset Akamai, 74 persen bisnis digital telah sepenuhnya bermigrasi ke cloud atau mengadopsi teknologi cloud. Sembilan dari 10 DNB berinvestasi di cloud dengan memprioritaskan efisiensi dan produktivitas dalam 12 bulan ke depan.
"Jadi, tiga perempat bisnis yang mengadopsi teknologi digital (DNB) merangkul cloud, baik dengan migrasi penuh atau bahkan menggunakan multi-cloud," kata Jay Jenkins, Chief Technology Officer Akamai Cloud Computing, dalam acara Editors’ Roundtable yang digelar secara daring pada Kamis (26/9).
ADVERTISEMENT
"Ada seperempat dari mereka yang hanya bermigrasi sebagian ke cloud atau mungkin sama sekali tidak punya rencana untuk mengadopsi cloud."
Data ini sejalan dengan studinya IDC yang memperkirakan DNB akan menghabiskan hingga 128,9 miliar dolar AS untuk investasi cloud pada 2026 mendatang. Teknologi berbasis cloud diproyeksikan tumbuh dengan CAGR (compound annual growth rate) 37,3 persen antara 2021-2026, jauh melebihi pertumbuhan teknologi non-cloud.
Meski begitu, mengelola cloud tidak mudah, apalagi keamanannya yang sering menjadi tantangan yang konsisten bagi DNB. Sebanyak 75 persen dari mereka memandang keamanan sebagai kesenjangan terbesar dalam kinerja dan kemampuan infrastruktur cloud, di atas masalah lain seperti latensi jaringan, penyimpanan data, pengambilan data, dan sumber daya komputasi.
Responden survei melihat keamanan sebagai celah terbesar dalam infrastruktur cloud mereka saat ini. Gak heran ketika memilih penyedia layanan cloud, DNB menilai fitur keamanan lebih penting daripada performa, reputasi, skalabilitas, dan biaya.
ADVERTISEMENT
"Kesenjangan terbesar mereka adalah seputar keamanan," tambah Jenkins.
Salah satu tantangan dalam meningkatkan keamanan cloud yang sering dijumpai adalah infrastruktur TI (teknologi informasi) yang rumit. Sebanyak 44 persen responden menyatakan bahwa tantangan terbesar dalam mengatasi kesenjangan keamanan berasal dari meningkatnya kompleksitas infrastruktur TI.
Meningkatkan Keamanan API Jadi Prioritas
DNB kini menjadi target utama serangan siber karena penggunaan application programming interface (API) dan infrastruktur berbasis cloud yang ekstentif, sehingga mereka menghadapi risiko lebih besar terhadap phishing, peretasan akun, dan ransomware, dibandingkan dengan perusahaan tradisional.
API digunakan dalam menghubungkan arsitektur non-cloud, cloud, dan multi-cloud. Sejumlah besar data bisa dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain di jaringan global setiap hari melalui API, memantik perhatian para penjahat siber.
ADVERTISEMENT
Oleh sebab itu, DNB mulai memprioritaskan keamanan API sebagai bagian atas daftar tindakan mereka untuk mengatasi masalah keamanan cloud. Terbukti dari riset Akamai yang menyebut sembilan dari 10 DNB menyatakan keamanan API sebagai fitur produk yang penting atau kritis saat mengevaluasi penyedia cloud atau keamanan.
Untuk mengatasi meningkatnya ancaman keamanan siber (cyber security), DNB akan memerlukan dukungan dari mitra teknologi mereka untuk mengidentifikasi potensi titik lemah yang dapat dieksploitasi oleh penjahat siber.
Akamai merekomendasikan para DNB untuk melakukan empat upaya dalam melakukan pendekatan keamanan API. Pertama, identifikasi semua API yang digunakan dengan benar dan pahami data yang diproses terdapat informasi sensitif atau tidak.
Kemudian, deteksi apakah ada kesalahan dalam konfigurasi API yang membuatnya rentan atau tidak. Ketiga, lakukan perlindungan runtime API yang meliputi pendeteksian pola yang mengindikasikan aktivitas berbahaya secara real-time.
ADVERTISEMENT
"Dan yang terakhir, pengujian. Semua API, seperti halnya semua aplikasi, perlu diuji sebelum dipublikasikan ke produksi dan diekspos ke internet," ujar Reuben Koh, Direktor Security Technology and Strategy Akamai Technologies. "Pengujian yang tidak tepat dapat menyebabkan kerentanan dan juga kesalahan konfigurasi."