Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Banyak Modus Pencurian Saldo, Ini Cara Jaga Keamanan E-Wallet dan Bank Digital
31 Mei 2024 13:54 WIB
·
waktu baca 3 menitSudah bukan hal aneh jika kini ada banyak orang yang mengisi e-wallet dan bank digital dengan jumlah yang besar. Besarnya nominal yang diisi lantaran para pengguna memang memanfaatkannya untuk banyak hal.
Bisa dipakai untuk bayar listrik dan air, bayar tagihan internet, beli pulsa, dan banyak lagi kemudahan yang ditawarkan.
Namun di sisi lain, ada potensi risiko yang perlu diantisipasi. Dari 2017 hingga 2022 saja Kominfo telah mencatat ada 486.000 laporan dari masyarakat terkait dengan tindak pidana informasi dan transaksi eletronik.
Tidak hanya itu, data BSSN mencatat, ada 160 juta anomali malware, dan 966.533 di antaranya terindikasi ransomware. Modus penipuan e-wallet dan bank digital juga biasa dilancarkan dengan meminta kode verifikasi, menawarkan hadiah, dan berbagai modus lainnya.
Misalnya, saat kamu menerima apk. atau jpg. dan mengekliknya, data pribadimu bisa saja diambil secara otomatis tanpa diketahui. Beberapa pelaku kejahatan ini juga biasanya menelepon korban—dan mengaku sebagai customer service perusahaan tertentu—untuk mengelabui mereka dengan tujuan yang sama secara langsung. Ya, data pribadi akan dicuri dari cara-cara ini.
Akhirnya, pelaku bisa masuk ke aplikasi e-wallet atau bank digital dengan mudah dan mencuri saldo korban. Lalu, apa yang perlu dilakukan agar pengguna tidak terjerat modus penipuan?
5 Cara Hindari Pencurian Saldo E-Wallet dan Bank Digital
1. Gunakan Kombinasi PIN
Kini bank konvensional, bank digital, hingga e-wallet yang tidak memperbolehan penggunanya memakai PIN sederhana seperti 1234 atau 0000. Kombinasi PIN dari tanggal lahir pun sangat tidak dianjurkan.
PIN yang kuat bisa diambil dari kombinasi angka unik dan acak. Jika ada password yang dibutuhkan, kamu juga disarankan untuk memasukkan huruf kapital, angka, dan simbol.
2. Ganti PIN Berkala
Mengganti PIN secara berkala dibutuhkan agar mengurangi risiko akses yang tidak sah karena PIN telah diketahui oleh orang lain. Ini juga penting untuk menjaga kebocoran data yang mungkin sudah terjadi sebelumnya.
Setiap orang juga disarankan untuk tidak menggunakan PIN yang sama di aplikasi berbeda. Agar tidak mudah lupa, asosiasikan PIN (yang diganti berkala) dengan lagu, atau urutan dari suatu cerita atau momen penting.
3. Tidak Membagikan OTP
One-Time Password (OTP) sebetulnya adalah upaya menerapkan keamanan berlapis. Sayangnya, ada saja pengguna e-wallet atau bank digital yang tidak paham hal ini. Beberapa orang membagikan OTP ke orang tidak dikenal karena beberapa alasan.
Biasanya karena ditipu oleh pelaku kejahatan dengan modus memberikan hadiah, blokir akun karena hal tertentu, atau berpura-pura menjadi perwakilan institusi.
4. Tidak Klik Sembarangan
Link sering kali digunakan sebagai serangan phishing. Pelaku biasanya menipu korban dengan memberikan link yang terlihat seperti situs web asli untuk memancing korban mengisi data pribadinya.
Beberapa link juga secara otomasis membawa virus dan malware yang bisa mencuri data. Karenanya, jangan mudah klik link melalui SMS, WhatsApp, e-mail, atau sosial media kamu, ya! Belakangan juga marak penipuan dalam bentuk apk. undangan pernikahan, surat tilang, surat pengumuman, dan lain-lain.
5. Hindari Oversharing Data Pribadi
Berbagi sesuatu ke media sosial terasa begitu mudah. Data tanggal lahir, tempat tinggal, nomor telepon, atau informasi keluarga secara tidak sadar kita bagikan ke orang lain. Padahal hal ini sangat membahayakan.
Cobalah untuk selalu mempertimbangkan kembali sesuatu yang akan kamu bagikan secara online. Cobalah untuk memilih aplikasi e-wallet atau digital banking yang punya kemanan berlapis dan program tertentu jika terjadi kejahatan pencurian saldo di luar kendali pengguna.
Artikel ini dibuat oleh kumparan Studio