Beringasnya Netizen Indonesia Beri Rating Buruk Sungai Aare di Google Maps

30 Mei 2022 14:33 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemandangan udara sungai Aare yang mengalir di sekitar kota tua Bern pada hari yang cerah, Bern, Swiss. Foto: Peter Stein/Shutterstock.
zoom-in-whitePerbesar
Pemandangan udara sungai Aare yang mengalir di sekitar kota tua Bern pada hari yang cerah, Bern, Swiss. Foto: Peter Stein/Shutterstock.
ADVERTISEMENT
Hilangnya Emmeril Khan Mumtadz (Eril), Putra Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, di sungai Aare, Swiss masih terus menjadi perhatian netizen Indonesia. Tak hanya di media sosial, halaman review atau ulasan sungai Aare di Google juga diramaikan dengan komentar netizen Indonesia.
ADVERTISEMENT
Mayoritas ulasan yang ditinggalkan memberikan nilai bintang lima. Namun tak menampik tidak sedikitnya rating bintang satu yang ditinggalkan.
Ada yang memberikan komentar yang bersifat candaan, lengkap dengan foto-foto yang tidak berhubungan dengan sungai Aare. Tidak sedikit juga yang mengatakan akan mengganti review bintang satunya menjadi bintang lima jika Eril sudah ditemukan. Bahkan ada juga yang mengaitkan dengan unsur mistis dalam memberikan ulasan buruk terhadap sungai Aare.
Berdasarkan pantauan kumparanTECH pada Senin (30/5), ulasan-ulasan yang buruk tersebut kini tak terlihat lagi pada halaman review sungai Aare.
Dalam panduan kebijakan, Google memang menulis jika format konten-konten —termasuk ulasan, foto, dan video yang tidak memenuhi kriteria dapat ditolak publikasinya. Pengguna diharuskan untuk secara akurat mewakili lokasi yang dimaksud.
ADVERTISEMENT
“Ulasan diproses secara otomatis untuk mendeteksi konten yang tidak pantas seperti ulasan palsu dan spam. Kami dapat menghapus ulasan yang ditandai untuk mematuhi kebijakan atau kewajiban hukum Google,” lanjut Google.

Jadi sorotan media lokal Swiss

Beringasnya aksi netizen Indonesia ini sampai-sampai jadi sorotan media lokal Swiss. Surat kabar 20 Minuten misalnya, menyoroti ulasan warganet yang memberikan bintang satu untuk sungai Aare.
“Tak terhitung orang Indonesia kini telah menggunakan fungsi ulasan Google untuk mengungkapkan keprihatinan mereka terhadap Emmeril Mumtadz,” tulis mereka. “Ketika melihat peringkat, terlihat bahwa banyak ulasan yang baru saja ditinggalkan memberi sungai Swiss hanya satu bintang, mereka hampir secara eksklusif berasal dari akun dengan nama Indonesia.”
Media lokal Swiss lain, Blick, juga menyoroti hal yang sama. Mereka menulis bagaimana aksi netizen Indonesia yang tak masuk akal dalam memberi ulasan.
ADVERTISEMENT
“Sangat tidak masuk akal: Banyak pengguna Indonesia kini juga mulai menilai Aare di Google Maps dengan satu bintang. Alasan mereka: Sungai itu “terlalu tidak aman”, Mumtadz (Eril) “masih belum ditemukan”. atau hanya: “sungai yang buruk””.
Meski demikian, media lokal Swiss juga menyerukan netizen yang memberi bintang lima ulasan Sungai Aare, dengan kebanyakan mereka yang berpesan untuk tidak menghakimi situasi keamanan di negara tersebut.
“Tetapi ada juga suara-suara yang menyerukan massa yang marah untuk tidak menghakimi situasi keamanan di negara yang belum pernah mereka kunjungi. Berbagai peringkat bintang lima baru juga dapat ditemukan, beberapa merasa malu karena ulasan buruk ini,” tulis mereka.

Bukan pertama kali terjadi

Ilustrasi bermain media sosial. Foto: Shutter Stock
Kasus yang memperlihatkan beringasnya netizen +62 bukan pertama kali terjadi. Serangan berupa komentar atau rating buruk pernah ditujukan pula drakor Racket Boys, akun media sosial federasi badminton internasional BWF, pecatur GothamChess yang sempat tanding dengan Pak Dadang ‘Dewa Kipas’ asal Bandung, hingga Microsoft yang menyebut netizen Indonesia paling tidak sopan di Asia Tenggara.
ADVERTISEMENT
Menurut pakar media sosial dari Drone Emprit and Kernels Indonesia, Ismail Fahmi, hal ini terjadi masyarakat Indonesia cenderung membawa obrolan ‘tongkrongan’ ke media sosial.
“Guyonan orang Indonesia cenderung bebas, sementara di media sosial kadang kita tidak bisa membedakan, di Swiss misalnya kebiasaan mereka, orang internasional kalau mengganggap becanda itu seperti apa,” jelas Fahmi saat dihubungi kumparan Senin (30/5).
Menurut Fahmi, salah satu faktor yang mempengerahui hingga hal tersebut dapat erjadi adalah dalam aspek pendidikan.
ADVERTISEMENT
“Di netiquette juga ditulis juga hati-hati dengan humor, hati-hati dengan sarkasme, hati-hati dengan yang ditulis, karena itu bisa disalah artikan,” lanjutnya.
Netiquette sendiri adalah singkatan dari “network etiquette” atau “internet etiquette”. Secara mudah, Netiquette (Netiket) adalah etiket di jaringan dunia maya, yang dibawa pada saat menggunakan internet —mulai dari email yang bersifat personal hingga forum digital seperti forum board, social networking, chat, hingga media sosial. Salah satu negara yang diketahui sudah mengajarkan netiquette dalam kurikulumnya adalah India.