Body Battery Garmin: Cara Mudah Pahami Kondisi Tubuh Lewat Gawai

3 November 2021 11:38 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Smartwatch Garmin dengan fitur Body Battery. Dok. Garmin Indonesia.
zoom-in-whitePerbesar
Smartwatch Garmin dengan fitur Body Battery. Dok. Garmin Indonesia.
Masih banyak orang yang kurang menyadari bahwa tubuhnya membutuhkan istirahat. Padahal tubuh yang sangat kelelahan bisa memicu masalah kesehatan. Pasalnya, memaksa tubuh terus membakar energi ketika sudah lelah hanya akan membuat sistem kekebalan tubuh menurun.
Berangkat dari sinilah, Garmin memperkenalkan fitur Body Battery pada smartwatch Garmin untuk memantau kondisi tubuh. Lantas apa itu Body Battery?
Layaknya baterai pada sebuah ponsel, jika terus digunakan, daya baterainya akan berkurang. Ternyata tubuh manusia pun demikian, jika terus beraktivitas, energinya pun dapat terkuras.
Dengan adanya fitur Body Battery pada smartwatch Garmin, kita dapat membantu mengetahui kondisi tubuh yang sebenarnya—apakah membutuhkan istirahat atau tetap bisa melanjutkan melakukan aktivitas. Dengan begitu, kita akan lebih bijaksana dalam menjalankan aktivitas harian dan memulai gaya hidup.
Country Manager Garmin Indonesia, Rian Krisna, mengatakan fungsi Body Battery bisa menjawab kekhawatiran akan situasi pandemi COVID-19 yang belum usai hingga saat ini. Kekhawatiran itu salah satunya banyak masyarakat yang terkonfirmasi sebagai pasien orang tanpa gejala (OTG) dan mengidap Happy Hypoxia.
Rian Krisna dalam acara talk show virtual yang diselenggarakan oleh Garmin bertajuk “Manfaat Gawai di Era Pandemi” di YouTube, Rabu (29/9). Dok. kumparan.
Happy Hypoxia merupakan kondisi terjadinya pengurangan jumlah oksigen di dalam tubuh tanpa gejala dan kerap tidak disadari. Padahal biasanya, orang yang saturasi oksigennya menurun akan mengalami tanda kekurangan oksigen seperti sesak napas, terengah-engah, sakit kepala dan gelisah, atau sebagian kulit terlihat kebiruan. Tapi tidak untuk para penderita Happy Hypoxia yang justru terlihat normal-normal saja seolah kondisinya nampak sehat.
“Terkadang orang menganggap dirinya fit lalu memforsir tubuh mereka untuk melakukan segala aktivitas, bahkan pekerjaan berat. Dengan menggunakan fitur Body Battery, pengguna Garmin dapat lebih baik dalam mengenali tubuh sehingga kita bisa lebih bijak dalam merencanakan intensitas aktivitas harian kita serta menentukan kapan harus beristirahat,” kata Rian dalam acara talk show virtual yang diselenggarakan oleh Garmin bertajuk “Manfaat Gawai di Era Pandemi” di YouTube, Rabu (29/9).

Faktor Penyebab Body Battery Menurun

Dalam cara kerjanya, fitur Body Battery menggabungkan data aktivitas, tingkat stres, dan waktu istirahat pengguna. Rian mengatakan, naik turunnya Body Battery dapat dipengaruhi banyak hal, diantaranya faktor fisik dan emosi.
Faktor fisik sendiri terbagi menjadi dua jenis: internal seperti terkena infeksi, rasa sakit, dehidrasi, dan gangguan pencernaan; dan eksternal seperti jadwal kerja yang padat, intensitas olahraga yang tinggi, stres, hingga mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan. Faktor-faktor inilah yang membuat Body Battery seseorang menurun.
Tak hanya faktor fisik, Body Battery seseorang juga bisa dipengaruhi oleh emosi positif dan negatif. Emosi positif meliputi perasaan antisipasi, kegembiraan, dan kegairahan. Sementara emosi negatif meliputi kecemasan, ketakutan, dan juga kesedihan.
Bila Body Battery sudah mengalami penurunan, pertanda tubuh membutuhkan istirahat. Body Battery yang habis dapat diisi ulang dengan cara beristirahat, tidur dengan nyenyak. Tanpa tidur yang cukup, body battery tidak akan terisi sampai penuh.
Menariknya, saat Body Battery terisi daya, Anda akan merasakan kekuatan mental Anda berada di posisi puncak. Sehingga saat bangun, Anda tidak hanya merasa segar, tapi juga bersemangat untuk segera menyelesaikan sesuatu. Hal itu dikarenakan tidur dan kesehatan mental saling berkaitan dan terhubung erat.
Kurang tidur diketahui bisa memengaruhi kondisi psikologis dan kesehatan mental seseorang. Di lain sisi, orang yang memiliki masalah dengan kesehatan mental sering kali mengalami gangguan tidur.

Cara Mengisi Body Battery

Tampilan pada fitur Body Battery. Dok. Garmin Indonesia.
Estimasi waktu mengisi Body Battery sampai penuh dan penurunan Body Battery tergantung dari individu masing-masing. Dalam acara yang sama, Sports Medicine Specialist, dr. Grace Joselini Corlesa, MMRS., Sp.KO, menyampaikan, setiap orang mempunyai jumlah energi yang berbeda setiap harinya, serta respon yang berbeda pula terhadap aktivitas yang sama.
“Misalnya kebiasaan baru yang mengharuskan kita tetap berada di rumah, bagi sebagian orang hal itu menyenangkan, tetapi ada juga yang merasa stres saat tidak bisa kemana-mana,” katanya.
Karena itu, habis dan terisinya Body Battery tidaklah sama pada setiap individu. Sebab setiap individu mempunyai caranya masing-masing dalam menghadapi stres dan situasi yang beratnya.
Smartwatch Garmin. Dok. Garmin Indonesia.
Di sisi lain, ada dua cara utama untuk mengisi Body Battery: jangka pendek dan jangka panjang. Untuk jangka pendek, kita dapat mengisi Body Battery dengan melakukan yoga, beristirahat, atau tidur malam yang menjadi kontributor terbesar dalam mengisi energi kita.
Untuk jangka panjang, kita bisa lakukan dengan menerapkan gaya hidup sehat seperti mengatur pola makan dan mengonsumsi makanan sehat dan bernutrisi. Ya, siapa sangka, nutrisi yang baik ternyata memiliki pengaruh penting terhadap pengisian Body Battery. Hebat ya teknologi ini?

Smartwatch Garmin Bukan Alat Medis

Talk show virtual Garmin bertajuk “Manfaat Gawai di Era Pandemi” di YouTube, Rabu (29/9). Dok. kumparan.
Fitur Body Battery pada smartwatch Garmin memang dapat membantu kita dalam memantau kondisi tubuh. Namun Rian mengatakan, smartwatch ini bukanlah alat medis meski fitur Body Battery-nya dapat membantu menjaga kesehatan dan performa pengguna.
Lebih lanjut Rian menjelaskan, fitur Body Battery dapat menjadi indikator awal saat penggunanya ingin berkonsultasi dengan dokter dan mengetahui lebih detail terkait kesehatannya.
Smartwatch Garmin. Dok. Garmin Indonesia.
Fitur Body Battery ini bisa Anda nikmati pada smartwatch Garmin seri Vivosmart 4 dan Garmin Forerunner 55, 45, 245, 745, and 945. Ada pula seri Vivoactive, yaitu Vivoactive 4 dan 4s dan seri lainnya, seperti Garmin Venu 2/Venu SQ, Garmin Instinct (Solar series), Garmin Approach S62, Garmin Fenix 6 series, dan Garmin Vivomove 3, dan Garmin Lily. Harga yang ditawarkan sangat bervariasi, yakni mulai dari Rp 2,4 juta.
Fitur Body Battery sendiri dapat ditemukan dengan melakukan slide ke atas smartwatch. Product Specialist Garmin, Darma Patria, menjelaskan, pengguna bisa menampilkan fitur Body Battery di halaman smartwatch dengan menambahkannya di menu widget. Selain itu, pengguna juga bisa memanfaatkan smartphone-nya untuk melihat data statistik terkait variabilitas—naik turunnya detak jantung.
Jika detak jantung kita tidak banyak berubah selama menghembuskan nafas—yang berarti variabilitasnya rendah—hal tersebut menunjukkan bahwa tubuh Anda terlalu stres hingga tidak bisa rileks. Rendahnya variabilitas detak jantung berkaitan erat dengan kondisi fisik, penyakit, stres, hingga lapar.

Dapatkan Penawaran Terbaik

November menjadi bulan yang tepat untuk Anda yang menginginkan smartwatch Garmin. Sebab selama bulan ini, Garmin menawarkan penawaran menarik untuk model-model smartwatch yang memiliki fitur ini. Penawaran tersebut berupa potongan harga sebesar Rp 750.000.
Tertarik untuk menggunakan fitur Body Battery? Klik tautan ini!
Untuk informasi lengkap mengenai fitur Body Battery, kunjungi link ini.
Artikel ini merupakan bentuk kerja sama dengan Garmin Indonesia