Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Bukalapak Akui 13 Juta Data yang Dijual Hacker adalah Peretasan di Maret 2019
6 Mei 2020 12:33 WIB
Diperbarui 23 Mei 2020 11:29 WIB
ADVERTISEMENT
Masalah pencurian data pengguna e-commerce menjadi perhatian belakangan ini. Setelah kebocoran data pengguna Tokopedia, kini perhatian mengarah ke perusahaan e-commerce lainnya, yakni Bukalapak .
ADVERTISEMENT
Seorang hacker yang memakai username "Startexmislead" mengaku punya sekitar 13 juta data pengguna Bukalapak. Pengumuman ini ia publikasi pada Senin, 4 Mei 2020, di Raid Forums.
Menanggapi kabar itu, Bukalapak mengatakan tidak ada data baru penggunanya yang diretas dan dijual di forum hacker. Sementara 13 juta data akun yang dijual "Startexmislead" itu merupakan percobaan peretasan yang pernah terjadi pada Maret 2019.
“Setelah diinvestigasi oleh tim internal, dapat kami jelaskan bahwa tautan atau data yang beredar adalah informasi yang berasal dari percobaan peretasan tahun lalu, sehingga dapat kami konfirmasi tidak ada kejadian baru lagi,” kata Intan Wibisono, Head of Corporate Communications Bukalapak, kepada kumparan, Rabu (6/5).
Diketahui pada Maret 2019, data 13 juta pelanggan Bukalapak dilaporkan dicuri oleh hacker asal Pakistan bernama Gnosticplayers. Sang hacker mengaku menjual jutaan akun tersebut di situs Dream Market.
ADVERTISEMENT
Informasi soal peretasan ini juga tercantum dalam situs Have I Been Pwned, yang melacak berbagai aksi peretasan di dunia. Dalam situs itu dilaporkan jutaan data yang bobol berasal dari data backup perusahaan pada Oktober 2017.
Saat itu, Bukalapak telah membantah 13 juta data penggunanya telah diretas dan dijual. Bukalapak mengakui jika ada upaya-upaya dari luar yang ingin meretas platform-nya, tapi tidak ada data penting seperti user password, finansial, atau informasi pribadi lain yang dicuri.
Pakar keamanan siber dan Chairman dari Communication and Information System Security Research Center (CISSReC), Pratama Persadha, mengungkap memang benar data yang dijual hacker "Startexmislead" berasal dari peretasan tahun 2019. Data yang bocor saat itu berisi data Bukalapak tahun 2015-2017.
ADVERTISEMENT
"Ini data lama mas. Saya udah verifikasi. Itu data tahun 2015 yang lalu. Tahun 2019 itu yang tercuri data 2015 sampai dengan 2017, mas," ungkap Pratama, saat dihubungi kumparan, Rabu (6/5).
Sementara itu, Bukalapak memastikan data penggunanya saat ini sudah aman dan tidak ada peretasan atau kebocoran baru.
"Ancaman peretasan yang dilakukan oleh pihak-pihak tidak bertanggung jawab terhadap industri teknologi digital selalu ada. Perlu ditegaskan bahwa saat ini data konsumen aman di Bukalapak," ucap Rachmat Kaimuddin, CEO Bukalapak, dalam pernyataan resmi, Rabu (6/5).
Selain memastikan data pengguna aman, Rachmat juga menyampaikan bahwa Bukalapak sudah maksimal dalam melindungi data pelanggan dan mitra merchant yang tergabung. Bukalapak mengaku sudah menggunakan sistem perlindungan berlipat ganda saat menerima, menyimpan, dan mengolah seluruh data pengguna.
ADVERTISEMENT
Cara cek data kamu bocor atau tidak
Melihat aksi-aksi peretasan ini, mungkin kamu bertanya-tanya, apakah akun Bukalapak atau Tokopedia milikmu menjadi salah satu yang bocor? Kamu bisa mengeceknya melalui sejumlah cara.
Pertama, kamu bisa mengeceknya di situs Have I Been Pwned (https://haveibeenpwned.com). Kamu cukup memasukkan alamat email yang kamu gunakan, kemudian situs akan mendeteksi apakah email itu terdampak kasus peretasan yang pernah terjadi pada layanan online.
Selain Have I Been Pwnd, kamu juga bisa mengecek kemungkinan kebocoran data pribadimu di internet lewat situs Avast (https://www.avast.com/hackcheck). Caranya juga sama. Cukup masukan alamat email di kolom yang tersedia.
Melalui dua cara ini, kamu bisa mengetahui apakah kamu pernah menjadi kebocoran data di internet atau tidak. Jika iya, kamu akan melihat akun mana saja punyamu yang datanya pernah bocor.
ADVERTISEMENT
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona )
***
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona.