Bukalapak Tumbuh Berkembang Melalui Warung Mitra Bukalapak

28 September 2021 16:39 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Mitra Bukalapak. Foto: Bukalapak
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Mitra Bukalapak. Foto: Bukalapak
Di tengah persaingan industri e-commerce yang ketat, Bukalapak tampaknya memiliki kartu as-nya sendiri lewat layanan Mitra Bukalapak. Anak perusahaan yang fokus pada bisnis offline-to-online (O2O) itu menjadi salah satu sumber pendapatan terbesar perseroan selama paruh pertama tahun 2021.
Mitra Bukalapak merupakan layanan yang menyasar pedagang warung kelontong untuk mengintegrasikan penjualan online dan offline. Lewat Mitra Bukalapak, para pedagang warung kelontong, kios pulsa, dan individu, dapat menambah pendapatan mereka dengan integrasi penjualan online dan offline. Solusi yang disediakan pedagang jadi bertambah, termasuk produk fisik, produk digital dan finansial seperti pembayaran PDAM pembelian token listrik, isi pulsa, hingga pembayaran pajak, hingga layanan logistik.
Bukalapak sendiri memang secara terang-terangan mengaku akan fokus pada lini bisnis O2O ini dalam beberapa tahun ke depan. “Kita punya fokus yang cukup dalam terhadap UMKM dan juga segmen yang kita bilang under-served atau kurang terlayani,” kata CEO Mitra Bukalapak, Howard Gani, dalam konferensi pers awal September 2021.
Howard bercerita, Mitra Bukalapak muncul setelah perusahaan menyadari bahwa masih banyak segmen yang belum terlayani. Pada sisi pedagang, misalnya, masih banyak warung kelontong yang belum terdigitalisasi. Berdasarkan data dari laporan “E-warung, Indonesia’s New Digital Battleground” yang dirilis grup CLSA Ltd pada September 2019, 70% dari total penjualan ritel di Indonesia masih dilakukan secara offline di mana 65% di antaranya dilayani oleh warung.
Adapun pada sisi konsumen, tidak semuanya mau dan punya kemampuan yang cukup untuk berbelanja secara online di marketplace.
“Indonesia ini unik dan bermacam-macam. Jadi, tidak semua orang nyaman atau mampu bertransaksi di online marketplace atau e-commerce,” kata Howard.
Ilustrasi Mitra Bukalapak. Foto: Bukalapak
Untuk menjawab tantangan tersebut, Bukalapak meluncurkan Mitra Bukalapak pada 2017 lalu. Di tahun pertama, mereka menggandeng 2.870 warung kelontong sebagai mitra.Pada akhir Juni 2021, Bukalapak memiliki 8,7 juta mitra warung kelontong yang terdaftar di Mitra Bukalapak.
Dengan jumlah tersebut, Mitra Bukalapak sukses menjadi pemain dominan O2O di Indonesia. Menurut riset Nielsen pada Juni 2021 terhadap 3.000 warung dan kios pulsa di 14 kota Indonesia, Bukalapak mencatat penetrasi hingga 42 persen.
Nielsen juga menemukan bahwa Mitra Bukalapak memimpin penetrasi di kategori grosir dan produk virtual, masing-masing 55 persen dan 52 persen.

Mitra Bukalapak, dorong pendapatan Bukalapak

Investasi Bukalapak di bisnis O2O mulai membuahkan hasil pada tahun ini. Mitra Bukalapak merupakan salah satu pendorong pendapatan perseroan, menurut laporan keuangan terbaru.
Pendapatan Bukalapak pada Q2 2021 secara total tumbuh sebesar 37 persen dari tahun sebelumnya, menjadi Rp 440 miliar. Adapun pendapatan 1H 2021 tumbuh 35 persen menjadi Rp 864 miliar. Sektor marketplace masih menjadi kontributor terbesar bagi Bukalapak dengan pendapatan sekitar Rp 529 miliar pada paruh pertama 2021, naik 4 persen dari periode sebelumnya.
Meski marketplace masih menjadi sektor pendapatan dominan, performa Mitra Bukalapak lah yang menyita perhatian dalam laporan keuangan tersebut. Selama Q2 2021, pendapatan Mitra Bukalapak tercatat tumbuh sebesar 292 persen menjadi Rp 145 miliar. Catatan itu membuat Mitra Bukalapak memberikan kontribusi 33 persen dari total pendapatan Bukalapak selama Q2 2021.
Ilustrasi Mitra Bukalapak. Foto: Bukalapak
Menurut Robertus Hardy, head of research di Henan Putihrai Sekuritas, Mitra Bukalapak dapat menjamin pertumbuhan pendapatan Bukalapak di masa depan.
“Bisnis O2O yang dilakukan melalui Mitra Bukalapak berpotensi menjamin pertumbuhan pendapatan Bukalapak.com ke depannya,” kata Robertus saat dihubungi kumparanTECH, Kamis (16/9). Robertus mencatat bahwa Mitra Bukalapak dapat membantu pendapatan perseroan di tengah tekanan persaingan dengan e-commerce lain.
Penetrasi bisnis O2O sendiri masih kecil di Indonesia. Menurut riset Nielsen, baru 14,8 persen warung kelontong yang sudah terdigitalisasi dari 3.000 warung yang disurvei di 14 kota. Hal ini dipandang oleh Howard sebagai peluang bagi Mitra Bukalapak untuk terus mendigitalisasi warung-warung di tanah air.
Menurut data dari Euromonitor International pada 2018, masyarakat Indonesia — bersama India dan Filipina — lebih sering berbelanja di ritel grosir tradisional, khususnya warung kelontong. Transaksi warung kelontong di tiga negara tersebut mencapai 479,3 miliar dolar AS, atau sekitar 92 persen dari total nilai pasar retail pada 2018 yang mencapai 521 miliar dolar AS.