Cara Grab Pakai Big Data untuk Memahami Penumpang dan Pengemudi

25 Oktober 2017 20:29 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Perusahaan transportasi online, Grab. (Foto: Jofie Yordan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Perusahaan transportasi online, Grab. (Foto: Jofie Yordan/kumparan)
ADVERTISEMENT
Grab saat ini merupakan perusahaan transportasi online terbesar di Asia Tenggara. Untuk terus meningkatkan layanannya, seperti kebanyakan perusahaan digital sekarang, Grab turut memanfaatkan big data untuk memberikan fitur dan pengalaman terbaik bagi konsumen.
ADVERTISEMENT
Big data menjadi elemen penting bagi Grab untuk mengetahui perilaku para penggunanya, juga mitra pengemudi. Dengan big data, Grab bisa mengetahui wilayah yang paling banyak terjadi pesanan perjalanan dan tujuan dari perjalanan tersebut.
Data yang dimiliki Grab pun berkembang pesat seiring berjalannya waktu, jika tiga tahun lalu data yang masuk hanya berukuran gigabyte, kini ukurannya sudah mencapai terabyte.
Head of Engineering Grab, Ditesh Gathani, mengungkapkan dengan beroperasinya Grab di 7 negara saat ini, data yang masuk jadi semakin banyak. Apalagi, ia memaparkan aplikasi Grab kini sudah diunduh oleh 63 juta perangkat.
"Dengan banyaknya data yang masuk berarti banyak juga insight buat kami. Dalam satu harinya data yang masuk bisa mencapai 10 TB. Ini dikarenakan sekarang kami menjadi transportasi online paling banyak diminta di Asia Tenggara," kata Ditesh, saat ditemui di Kudoplex, Jakarta, Rabu (25/10).
Head of Engineering Grab, Ditesh Gathani. (Foto: Jofie Yordan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Head of Engineering Grab, Ditesh Gathani. (Foto: Jofie Yordan/kumparan)
Data itu dianalisis untuk menemukan solusi terbaik dari setiap permasalahan yang terjadi dalam layanannya. Salah satu bentuk fitur yang hadir berkat menganalisis big data itu adalah GrabShare dan GrabNow.
ADVERTISEMENT
GrabShare merupakan fitur yang memungkinkan penggunanya untuk berbagi tumpangan kepada orang lain yang tujuannya searah. Dengan fitur tersebut, Grab ingin mengurangi jumlah kendaraan yang beredar di jalan raya dan juga polusi udara.
Sementara GrabNow, dibuat secara khusus untuk warga Jakarta dan sekitarnya karena melihat kebiasaan warga yang lebih senang memesan transportasi di depan mata ketimbang harus menunggu lama.
"15 orang dari tim Grab menghabiskan waktu 6 bulan di Jakarta untuk mencari fitur yang bisa menjadi solusi bagi warga. Teknisi kami kemudian menemukan jika warga Jakarta akan lebih mudah memesan Grab yang ada di depan mata," papar Ditesh.
Ingin Ubah Sistem Transportasi Kota dalam 10 Tahun
Ia menjelaskan, tujuan dari Grab adalah ingin mengubah sistem transportasi di kota-kota tempatnya beroperasi dalam kurun waktu 10 tahun ke depan. Hal itu ingin dicapai Grab dengan mengombinasikan fungsi dari big data dan machine learning, yang bisa memprediksi permintaan para konsumen.
ADVERTISEMENT
Tak lupa, Grab juga berencana untuk berkolaborasi dengan pemerintah setempat. Saat ini, Grab mengaku sudah membagikan data secara real-time kepada pemerintah Singapura, yang berisi data terkait lokasi, arah perjalanan, kecepatan, hingga menganalisis alur lalu lintas.
Langkah itu diambil Grab untuk menunjukkan jika mereka selalu terbuka dengan pemerintah untuk bekerja sama. Tentu hal ini perlu dilakukan agar operasi Grab di kota-kota tertentu tidak terhalang regulasi yang mungkin saja menyulitkannya.
Ke depannya, Ditesh mengatakan produk Grab selalu berevolusi mengikuti permintaan penumpang dan juga driver. Dengan adanya 6 pusat riset yang tersebar di kota Seattle, Ho Chi Minh, Singapura, Beijing, Bangalore, dan Jakarta, Grab mengaku bakal terus meningkatkan fitur-fiturnya, termasuk merekrut teknisi-teknisi terbaik untuk dapat mewujudkan ambisinya tersebut.
ADVERTISEMENT