Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Cerita di Balik Solidnya Mi Fans: Para Penggila Xiaomi
10 November 2018 17:30 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
ADVERTISEMENT
Melihat komunitas motor atau mobil yang kompak mungkin sudah biasa. Komunitas pencinta klub sepak bola yang fanatik, itu juga biasa. Bagaimana dengan komunitas pencinta brand smartphone tertentu? Ini hanya dimiliki oleh satu brand asal China: Xiaomi .
ADVERTISEMENT
Apple dan Xiaomi, bisa disebut sebagai produsen gadget yang memiliki banyak penggemar. Tetapi Apple fanboy lebih individualistis, sementara Mi Fans cenderung memiliki hubungan erat dengan sesama anggotanya. Mereka rutin menggelar pertemuan dan hadir dalam acara peluncuran produk Xiaomi.
Ini bukan hanya terjadi di Indonesia, tetapi di berbagai negara tempat Xiaomi beroperasi.
Ihwal komunitas Mi Fans yang solid ini dimulai pada 2010-an, saat di mana perusahaan mulai mengembangkan software MIUI untuk Android. Xiaomi berinteraksi langsung dengan penggunanya lewat media sosial, forum online, dan dari sana mulai terbangun komunitas.
Ketika perusahaan menjual smartphone, jalur online juga dimanfaatkan Xiaomi untuk perdagangan dengan konsumen. Di sini Xiaomi telah memiliki basis pengguna yang native online.
Kisah komunitas Mi Fans di Indonesia bisa dibilang dimulai dari Jakarta, sekitar tahun 2014. Itu adalah tahun masuknya Xiaomi ke Indonesia melalui produk smartphone Redmi 1s. Mi Fans Jakarta didirikan oleh enam pemuda. Mereka adalah Sony Taqwa, Dendy Irawan, Anwar Jaeni, Iqbal Firmansyah, Lee Senjaya, Eka Arisman, dan Amalul Arifin.
ADVERTISEMENT
Sony dan kawan-kawan sering berkumpul untuk membicarakan produk Xiaomi. Pertemuan sering digelar di sebuah kafe di kawasan Tebet, Jakarta Selatan. Pertemuan pada mulanya dihadiri hanya oleh enam hingga 10 orang. Paling banyak 10 orang.
Dari acara meet-up kecil, berkembang jadi meet-up skala besar. Mereka bukan cuma menggelar pertemuan di Jabodetabek, tetapi juga pertemuan di Bandung, Cirebon, Semarang, Salatiga, Yogyakarta, Solo, Boyolali, Surabaya, sampai ke Malang.
“Pokoknya enggak ada weekend yang dilewati tanpa meet up Mi Fans,” ujarnya, seperti ditulis dalam publikasi di Mi Community.
Organik
Sejumlah pihak mempertanyakan, apakah para Mi Fans ini adalah penggemar bayaran? Atau, organik? Sony menegaskan bahwa jajaran Mi Fans di Indonesia ini bisa terbentuk dan solid tanpa ada yang dibayar. Organik!
ADVERTISEMENT
Apa yang mereka lakukan murni karena menggemari Xiaomi dan juga ingin membangun hubungan yang baik dengan anggota Mi Fans yang lain.
Ketika ditanya mengapa Mi Fans bisa sesolid ini, Sony juga tak bisa memberi penjelasan secara ilmiah. Ini terjadi begitu saja. Budaya ini tidak lepas dari kekuatan Xiaomi yang memang menjalin komunikasi secara online, lalu memindahkan diskusi-diskusi tersebut dalam sebuah ajang tatap muka. Para penggeraknya, adalah Mi Fans itu sendiri, dan secara tidak langsung didukung oleh Xiaomi.
ADVERTISEMENT
Anggota Mi Fans di Indonesia mengalami pertumbuhan pesar. Jumlah yang terdaftar di aplikasi Mi Community sudah mencapai 989.194 anggota. Jumlah ini disebut Xiaomi adalah angka pertumbuhan paling cepat dibandingkan dengan Mi Fans di negara lain. Komunitas Mi Fans diklaim sudah ada di 31 kota di Indonesia.
Para Mi Fans ini menjadi seperti penyambung lidah dari perusahaan terhadap masyarakat. Mereka akan menyarankan sanak keluarga atau temannya untuk menggunakan Xiaomi, yang komunikasinya disampaikan dari mulut ke mulut, atau secara online.
Harga murah Xiaomi
Banyak orang yang bergabung dalam Mi Fans karena pada awalnya mereka memakai produk Xiaomi. Perusahaan ini dikenal memberikan harga murah di setiap produk. CEO Xiaomi Lei Jun, berikrar untuk hanya mengambil margin laba sebesar 5 persen (setelah pajak) dari biaya produksi.
ADVERTISEMENT
Efisiensi juga dilakukan perusahaan dari berbagai sektor. Pada lima tahun pertama berdirinya perusahaan, Xiaomi mengalokasikan dana nol untuk biaya pemasaran, periklanan, dan distribusi. Mereka juga merelakan untuk mengambil margin sangat tipis.
"Kenapa kami bisa membuat produk dengan desain yang cantik dan canggih? Karena kinerja kami sangat tinggi. Perusahaan smartphone pada umumnya memasang harga 2 kali lipat dari modal, sementara harga jual yang kami tetapkan tidak sampai 1,1 kali," ujar Lei Jun, saat berkunjung ke Indonesia pada September 2017 lalu.
Strategi harga murah inilah yang membuat nama Xiaomi melambung di kalangan penggemar smartphone, termasuk menjadi faktor yang tidak bisa dipisahkan dari kesolidan Mi Fans.
Faktor ini pula yang membuat Xiaomi mengalami penjualan yang pesat di sejumlah negara berkembang, termasuk Indonesia. Di kuartal kedua 2018, Xiaomi sukses menjadi merek smartphone dengan pangsa pasar terbesar kedua di Indonesia, membuntuti Samsung.
ADVERTISEMENT
Para penggerak
Di berbagai kota basis Mi Fans, ada sejumlah orang yang menjadi penggerak komunitas. Di Jakarta, Sony Taqwa menyebut nama Anwar Jaeni, yang sering disapa 'Bapak' oleh anggota Mi Fans lain. Anwar pula lah yang turut mendirikan Mi Fans Jakarta bersama Sony.
Dia saat ini adalah Presiden Mi Fans Indonesia, walaupun, struktur organisasi ini tidak formal. Hanya untuk lucu-lucuan belaka.
Anwar disebut Sony sudah banyak berkorban untuk komunitas ini. Dia juga sering diminta bantuan oleh para Mi Fans yang mengalami kerusakan perangkat, yang kemudian perangkat itu akan diperbaiki secara mandiri oleh Anwar.
Di Depok, ada nama Akmal Abysheka, yang kini menjabat sebagai Kapten Mi Fans Depok. Sementara di Solo ada nama Musthafa Kamil, yang terbilang sebagai Mi Fans hardcore.
Nama Kamil sempat viral di media sosial dan media massa pada September 2017 setelah dia rela menempuh perjalanan Solo-Jakarta selama 13 jam menaiki sepeda motor, demi bertemu CEO Xiaomi, Lei Jun. Motor yang dibawanya adalah Honda Karisma produksi 2005.
ADVERTISEMENT
Lei Jun sudah mendengar kabar Kamil sering naik motor dari Solo untuk mendatangi acara meet-up atau acara peluncuran produk Xiaomi di Bogor dan Jakarta. Hal ini kemudian membuat Lei Jun ingin bertemu dengannya dan berfoto bersama.
"Bangga rasanya bisa berfoto dengan Pak CEO-nya Xiaomi dan saya merasa Lei Jun itu walau jabatannya tinggi tapi dia ke para Mi Fans itu rendah hati. Respeknya itu besar banget. Dia enggak merasa walau dia jabatannya tinggi terus berlaku seperti bos gitu. Enggak. Lei Jun itu beda," kata Kamil.
Cerita unik lain tentang Mi Fans datang juga dari Tangerang. Seorang pegawai negeri sipil (PNS) berusia 42 tahun, bernama Mohammad Ismail, mendapat julukan 'Sultan' dari Mi Fans lain karena hobinya megoleksi produk-produk Xiaomi. Menariknya, Ismail bukan hanya mengoleksi produk-produk elektronik Xiaomi, tetapi juga produk non-elektronik.
ADVERTISEMENT
Produk yang paling dia sayang adalah jaket, topi, dan kaos, yang dijual resmi oleh Xiaomi. Oh iya, khusus jaket, Ismail bilang dia belum pernah mencucinya sejak barang itu sampai ke tangannya. Dia khawatir jikalau jaket itu rusak.
Cerita-cerita dari Anwar, Kamil, dan Ismail, hanya sedikit kisah tentang bukti bagaimana seorang Mi Fans bisa begitu mencintai Xiaomi dan punya hubungan pertemanan antara sesama Mi Fans. Faktor penting ini yang tidak dimiliki brand teknologi lain.