China Bangun 10 Sekolah Semikonduktor, Mau Saingi NVIDIA

23 Februari 2025 10:11 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga berselebrasi dengan bendera China memperingati 25 tahun penyerahan Hong Kong ke Tiongkok di Convention Avenue, Hong Kong, Jumat (1/7/2022). Foto: Paul Yeung/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Warga berselebrasi dengan bendera China memperingati 25 tahun penyerahan Hong Kong ke Tiongkok di Convention Avenue, Hong Kong, Jumat (1/7/2022). Foto: Paul Yeung/REUTERS
ADVERTISEMENT
China sedang gencar membangun sekolah-sekolah untuk mencetak lebih banyak insinyur chip, untuk mengungguli AS di bidang manufaktur chip. Tujuannya sederhana, agar negeri tirai bambu itu bisa mandiri dalam menciptakan chip yang canggih tanpa khawatir disanksi AS. China memang beberapa kali mendapat sanksi pembatasan impor chip canggih dari AS. Salah satu contoh paling jelas terlihat pada pengembangan LLM AI Assistant DeepSeek. DeepSeek menggunakan NVIDIA H800. Ini merupakan chip NVIDIA H100 versi China dengan berbagai pengurangan spesifikasi karena pembatasan ekspor dari AS. GPU ini punya chip-to-chip data transfer rate 300 GB/s, separuh dari H100 yang punya kecepatan 600 GB/s. Meski spek dipangkas dan berbiaya rendah, performa model AI DeepSeek mampu mengimbangi Asisten AI ChatGPT milik OpenAI. Lebih dari 10 universitas di China kini mendirikan sekolah (fakultas) IC yang untuk mencetak ahli atau insinyur chip generasi baru. Momentum ini diikuti era baru gelombang kepulangan para diaspora, anak bangsa terbaik, ilmuwan sekaligus pakar chip ternama pulang ke China. Jangan heran jika dalam beberapa tahun lagi, bakal ada kompetitor chip baru asal China datang menyaingi NVIDIA yang kini amat dominan menguasai bisnis chip atau GPU untuk pengembangan AI.
ADVERTISEMENT
Logo perusahaan teknologi Nvidia. Foto: Robert Galbraith/Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Logo perusahaan teknologi Nvidia. Foto: Robert Galbraith/Reuters
Salah satu insinyur yang pulang itu bernama Wang Huanyu. Di AS ia menduduki jabatan mentereng: insinyur implementasi system-on-chip (SoC) Apple. Wang pernah terlibat dalam penelitian dan pengembangan SoC Apple terkini yang digunakan pada komputer Mac, iPad Pro dan iPad Air. Chip itu termasuk M3 yang punya desain 3nm pada tahun 2023. Ia lalu juga terlibat pada pengembangan chip M4, yang diperkenalkan setahun kemudian. Wang bisa saja berkarier selamanya di negeri Paman Sam, namun ia memutuskan pulang karena keahlian Wang begitu bernilai dan dihargai di negeri sendiri. Wang kini menjabat profesor di School of Integrated Circuits (ICs) di Huazhong University of Science and Technology (HUST), kampus yang dulu pernah menjadi almamaternya. Wang dulu sama seperti mahasiswa lain yang ingin masa depan cerah serta karier gemilang. Ia memilih pergi ke AS setelah menyelesaikan studi sarjananya tahun 2014. Setelah itu pula, ia menimba ilmu di bidang yang sama dan bekerja di Apple.
Apple merilis iMac generasi baru dengan chip M3, Selasa (31/10) WIB. Foto: Apple
Wang memperoleh gelar doktor di bidang teknik listrik dan komputer di Universitas Florida, di mana ia berfokus pada desain keselamatan perangkat keras IC dan otomasi desain elektronik (EDA). Ia menyelesaikan gelar masternya di bidang teknik listrik dan elektronika di Universitas Northwestern di negara bagian Illinois. Sebelum bergabung dengan Apple, Wang pernah magang di raksasa semikonduktor AS Qualcomm dan pembuat perangkat lunak EDA Synopsys. Rupanya, Wang tak sendiri memilih pulang. Ia bergabung bersama banyak ilmuwan serta talenta IT yang juga memilih pulang ke China. Ia mengikuti jejak pakar semikonduktor lain lulusan Universitas Tsinghua bernama Sun Nan yang pulang ke China, seminggu sebelumnya. Selama di AS, Sun Nan menimba ilmu mengejar gelar Ph.D. di Harvard hingga melanjutkan studi di Universitas Austin, Texas. Karena kepakarannya di bidang chip, Nan punya julukan 'arsitek chip.' Sama seperti Wang, Nan diharap dapat "melatih profesional chip untuk Tiongkok dan memecahkan masalah manufaktur teknologi chip kelas menengah dan atas," menurut laporan South China Morning Post.
ADVERTISEMENT