China Berencana Hancurkan Satelit Starlink Elon Musk, Kenapa?

31 Mei 2022 9:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi satelit Starlink. Foto: Aleksandr Kukharskiy/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi satelit Starlink. Foto: Aleksandr Kukharskiy/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Setelah Rusia vs Ukraina, kini giliran China vs Elon Musk. Baru-baru ini peneliti di militer China telah menyerukan pengembangan senjata “hard kill” untuk menghancurkan sistem satelit Starlink milik Elon Musk jika sampai mengancam keamanan nasional negaranya.
ADVERTISEMENT
Pengembangan satelit Starlink telah memicu perhatian China untuk mengambil langkah pencegahan dengan membuat teknologi untuk mengawasi, menonaktifkan atau bahkan menghancurkan megakonstelasi satelit yang sedang dikembangkan. Rencana ini diterbitkan dalam sebuah makalah di jurnal China’s Modern Defence Technology.
Starlink adalah jaringan internet satelit broadband yang dikembangkan oleh perusahaan SpaceX Elon Musk. Satelit ini berfungsi untuk mengirimkan akses internet ke seluruh dunia–selama mereka memiliki parabola Starlink untuk terhubung ke internet.
Sejak satelit Starlink pertama diluncurkan pada 2019, SpaceX telah menempatkan lebih dari 2.300 satelit ke orbit rendah Bumi, dan mereka berencana untuk mengirim 42.000 satelit lagi ke luar angkasa untuk membentuk megakonstelasi raksasa. Satelit Starlink ini telah digunakan untuk keperluan militer AS.
Roket Falcon-9 dari SpaceX yang membawa 60 satelit Starlink. Foto: SpaceX
Dua hari setelah invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari 2022 lalu, misalnya, Wakil Perdana Menteri Ukraina, Mykhailo Fedorov, meminta Musk untuk menyebarkan lebih banyak satelit Starlink ke negaranya. Berbicara di Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, pada 24 Mei 2022, Fedrov mengatakan bahwa sejauh ini Starlink telah menyediakan lebih dari 12.000 piringan satelit Starlink ke Ukraina.
ADVERTISEMENT
Awal bulan ini, Musk menulis di Twitter bahwa Rusia beberapa kali telah mencoba mengganggu sinyal dan upaya peretasan Starlink. Rusia juga diduga telah mengancam Musk, menuduhnya memasok militan batalion Nazi Azov dengan peralatan komunikasi militer.
Hal inilah yang membuat para peneliti China khawatir dengan potensi kemampuan militer konstelasi yang mereka klaim dapat digunakan untuk melacak rudal hipersonik, meningkatkan kecepatan transmisi data drone AS dan jet tempur siluman, atau bahkan menabrak dan menghancurkan satelit China.
China sendiri telah beberapa kali nyaris mengalami kecelakaan dengan satelit Starlink. Mereka bahkan melayangkan protes ke PBB bahwa stasiun luar angkasa miliknya terpaksa melakukan manuver darurat untuk menghindari satelit Starlink pada Juli dan Oktober 2021.
ADVERTISEMENT
“Kombinasi metode soft dan hard kill harus diadopsi untuk membuat beberapa satelit Starlink kehilangan fungsinya dan menghancurkan sistem operasi konstelasi,” tulis para peneliti yang dipimpin oleh Ren Yuanzhen, peneliti di Beijing Institute of Tracking and Telecommunications yang merupakan bagian dari Pasukan Dukungan Satelit militer China.
Roket Long March-5 Y5, membawa wahana satelit Chang'e-5, sebelum lepas landas dari Pusat Peluncuran Luar Angkasa Wenchang, di Wenchang, provinsi Hainan, China (24/11). Foto: Tingshu Wang/REUTERS
Soft dan hard kill adalah dua senjata luar angkasa. Hard kill merupakan senjata yang langsung menyerang target (seperti rudal). Sementara soft kill adalah senjata jenis jamming dan laser.
China punya beberapa metode untuk menonaktifkan satelit, termasuk jammer gelombang mikro yang dapat mengganggu sistem komunikasi; kemudian laser resolusi milimeter yang dapat menangkap gambar resolusi tinggi dan mengaburkan sensor satelit; senjata siber untuk meretas jaringan satelit; serta rudal anti-satelit jarak jauh (ASAT) untuk langsung menghancurkan target.
ADVERTISEMENT
Namun, menurut Departemen Pertahanan AS, langka-langkah ini tidak akan cukup untuk menjegal Starlink, apalagi jika senjata yang dimiliki China hanya menargetkan satu satelit saja.
Oleh karena itu, para peneliti mengusulkan agar China membangun satelit mata-matanya sendiri untuk mengintai Starlink dengan lebih baik, termasuk menyebarkan laser, senjata gelombang mikro, atau mengirim satelit yang lebih kecil untuk mengerumuni satelit Starlink.
Saat ini, China mungkin sedang mencari alternatif lain untuk melawan Starlink karena rudal ASAT berpotensi menciptakan kondisi berbahaya bagi astronaut yang sedang beroperasi di luar angkasa karena ribuan potongan puing yang dihasilkan dari ledakan.
Pada November 2021, misalnya, uji coba rudal anti-satelit Rusia meledakkan satelit mata-mata era Soviet yang tidak berfungsi di orbit rendah Bumi dan menciptakan sedikitnya 1.632 puing hingga memaksa astronaut AS di Stasiun Luar Angkasa Internasional bersembunyi di kapsul mereka.
ADVERTISEMENT