Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
China Klaim Sinyal Internet Starlink Bisa Lacak Pesawat Siluman
18 September 2024 8:37 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Sebuah studi yang dilakukan oleh sekelompok peneliti China mengatakan jaringan Starlink milik SpaceX bisa digunakan untuk melacak pesawat tempur siluman milik Amerika Serikat seperti F-22.
ADVERTISEMENT
Namun, para ilmuwan di China mengeklaim telah berhasil melacak pesawat siluman dengan memanfaatkan sinyal satelit Starlink dan stasiun darat. Jadi, teknik ini melibatkan pemantauan gangguan yang disebabkan oleh sinyal elektromagnetik dari satelit setiap kali ada pesawat siluman yang melintas di jalur transmisi.
“Sistem tersebut dapat memberikan keuntungan besar dalam mendeteksi target kecil dan tersembunyi,” papar peneliti dalam studinya, sebagaimana dikutip The Register.
Tim peneliti yang dipimpin profesor Yi Jianxin dari School of Electronic Information di Wuhan University, meluncurkan pesawat nirawak komersial DJI Phantom 4 Pro di dekat Laut China Selatan, di lepas pantai provinsi Guangdong. Uji coba diawasi langsung oleh State Radio Monitoring Center milik pemerintah China.
ADVERTISEMENT
DJI Phantom 4 Pro dipilih sebagai alat uji coba karena drone ini memiliki tanda radar yang sama dengan pesawat tempur siluman F-22. Hasilnya, periset mampu mendeteksi pesawat nirawak dengan mengidentifikasi pantulan sinyal dari satelit Starlink ketika pesawat melintas di bawahnya.
Satelit Starlink sendiri memancarkan sinyal radio frekuensi tinggi untuk menyediakan akses internet berkecepatan tinggi di seluruh dunia, dengan kecepatan mencapai 220 Mbps. Penelitian menunjukkan, meski teknologi siluman dirancang untuk menghindari radar, jaringan sinyal elektromagnetik Starlink yang luas dapat mendeteksi pesawat tanpa memandang bentuk atau material di permukaannya.
Dalam hal ini, pesawat nirawak bisa terdeteksi karena kemungkinan telah diterangi radiasi elektromagnetik dari satelit Starlink saat melintas di bawahnya.
“Dengan menggunakan sumber radiasi pihak ketiga, sistem radar bisa memiliki kemampuan penyembunyian dan anti-jamming yang lebih baik,” tulis Yi dan timnya.
ADVERTISEMENT
Teknologi semacam ini sebenarnya bukan hal baru. Sistem radar pasif telah digunakan sejak Perang Dunia Kedua. Kala itu, orang-orang menggunakan sistem Klein Heidelberg milik Jerman untuk melacak sebuah target.
Adapun alat pendeteksi yang dikembangkan oleh Yi dan tim belum bisa digunakan dalam skala operasi militer. Yi akan terus mengembangkan alat deteksi tersebut, termasuk menyempurnakan algoritma yang memproses sinyal yang diterima.