Deretan Aplikasi Pesan Instan Terenkripsi: dari WhatsApp ke Telegram

17 Juli 2017 9:27 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Telegram. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Telegram. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Kementerian Komunikasi dan Informatika menutup akses terhadap Domain Name System (DNS) aplikasi pesan instan Telegram sejak pekan lalu, Jumat (14/7). Total 11 DNS sudah diblokir pemerintah, yakni t.me, telegram.me, telegram.org, core.telegram.org, desktop.telegram.org, macos.telegram.org, web.telegram.org, venus.web.telegram.org, pluto.web.telegram.org, flora.web.telegram.org, dan flora-1.web.telegram.org.
ADVERTISEMENT
Pelaksana Tugas Pusat Informasi dan Humas Kemkominfo Noor Iza menyatakan, pemblokiran Telegram sengaja dilakukan pemerintah karena aplikasi tersebut sering dimanfaatkan sebagai media komunikasi oleh kelompok radikal, termasuk teroris.
“Aplikasi Telegram sudah dipakai teroris jaringan radikali untuk beroperasi. Tingkat komunikasi yang dilakukan intens,” ujarnya kepada kumparan (kumparan.com).
Selama ini Telegram dikenal sebagai alternatif layanan pesan instan selain WhatsApp. Secara khusus, ia banyak digunakan oleh kelompok ekstremis dan teroris, termasuk ISIS, sebagai saluran komunikasi antarjaringan.
Teroris memilih menggunakan Telegram karena aplikasi pesan instan ini memiliki sistem enkripsi dan memungkinkan pengguna menghapus pesan dengan pengaturan waktu.
Tapi kembali ke pertanyaan mendasar, apa sebenarnya pesan instan dan sistem enkripsi?
Pesan instan (instant messaging) adalah sistem pengiriman pesan dengan cepat melalui jaringan internet di antara dua orang atau lebih secara real time. Konsep ini muncul pada awal era internet modern tahun 1990-an.
ADVERTISEMENT
Penggunaan pesan instan awalnya hanya dapat diakses oleh pengguna melalui komputer. Namun sekarang ia bisa dibuka melalui telepon genggam. Dengan kemampuan yang dimiliki telepon seluler untuk mengakses internet, para pengguna pesan instan dapat mengakses ruang percakapan mereka di dunia maya kapan saja dan di mana saja.
Sementara enkripsi (encryption) merupakan metode untuk mengodekan data sedemikian rupa sehingga keamanan informasinya terjaga dan tidak dapat dibaca tanpa didekripsi--proses dekode data dari bentuk yang sudah dienkripsi, agar data dapat dibaca dan digunakan.
Enkripsi sendiri berasal dari kata “kryptos” yang dalam bahasa Yunani berarti “tersembunyi” atau “rahasia”.
Jadi sistem enkripsi dapat mengubah pesan atau data dari seseorang menjadi kode-kode tertentu, yang baru dapat terbaca oleh orang yang dituju setelah kode-kode itu didekripsi.
Ilustrasi enkripsi. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi enkripsi. (Foto: Thinkstock)
Semula, sistem enkripsi yang banyak digunakan adalah encryption in transit. Namun seiring kesadaran terhadap privasi dan keamanan, saat ini sistem encryption end-to-end juga mulai banyak digunakan.
ADVERTISEMENT
Dalam sistem encryption in transit, data dienkripsi saat ditransmisikan di antara perangkat pengguna dan penyedia layanan (service provider), misalnya operator jaringan seluler atau jaringan sosial.
Pada sistem enkripsi jenis itu, penyedia layanan menangani data dalam bentuk yang tidak dienkripsi, sehingga mereka dapat membaca semua isi komunikasi pengguna (Gambar 1a). Oleh karena itu pengguna perlu mempercayai penyedia layanan untuk menjaga informasi mereka dengan tepat.
Adapun dalam sistem encryption end-to-end, data dienkripsi sepanjang jalur komunikasi antara pengguna dan orang yang mereka ajak bicara. Penyedia layanan hanya menyampaikan pesan, tapi tidak dapat melihat apa yang dibicarakan pengguna (Gambar 1b).
Sistem encryption end-to-end juga memungkinkan ketiadaan penyedia layanan karena siapapun dapat menulis aplikasi mereka sendiri, dan dapat berkomunikasi melalui internet tanpa memerlukan layanan terpusat (Gambar 1c).
Macam-macam sistem enkripsi. (Foto: martin.kleppmann.com)
zoom-in-whitePerbesar
Macam-macam sistem enkripsi. (Foto: martin.kleppmann.com)
Martin Kleppmann, mantan pendiri Rapportive dan insinyur LinkedIn, mengatakan “Meskipun encryption in transit digunakan secara luas, sistem ini memiliki masalah keamanan yang serius. Misalnya, penyedia layanan bisa diretas oleh musuh, atau dikompromikan oleh orang dalam, yang menyebabkan informasi sensitif bocor.”
ADVERTISEMENT
Kleppmann menyebut kesalahan pada penyedia layanan bisa menyebabkan data rusak. “Untuk alasan ini, pakar keamanan mendorong penggunaan encryption end-to-end secara luas, yang mengurangi pemaparan terhadap serangan tersebut.”
Saat ini, ada banyak aplikasi pesan instan yang terenkripsi dan banyak digunakan oleh orang Indonesia. Apa saja?
1. WhatsApp
Ilustrasi WhatsApp (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi WhatsApp (Foto: Pixabay)
WhatsApp adalah aplikasi pesan instan yang dibuat oleh Brian Acton dan Jan Koum dari Amerika Serikat. Ia diluncurkan sejak November 2009 dan kini merupakan aplikasi pesan instan yang paling banyak digunakan orang di seluruh dunia.
Pada 5 April 2016, aplikasi chatting WhatsApp mengumumkan mereka telah memasang enkripsi end-to-end di setiap komunikasi yang dilakukan oleh satu miliar pengguna mereka.
WhatsApp telah memulai usaha untuk mengenkripsi setiap komunikasi di aplikasi mereka sejak 2013. Mengutip laman Heimdal Security, jika penjahat siber membobol WhatsApp, mereka tidak dapat mendekripsi percakapan penggunanya. Itu karena adanya enkripsi, dan fakta bahwa WhatsApp tidak menyimpan pesan pengguna di dalam servernya.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Majalah Tempo, Nava Nuraniyah, peneliti Institute for The Policy Analysis of Conflict (IPAC)--organisasi yang intens meneliti ekstremisme dan terorisme-- mengatakan, sebelum memakai Telegram, para teroris sempat memakai WhatsApp untuk berkomunikasi. Namun, aplikasi asal AS itu kemudian bisa disusupi polisi sehingga perencanaan mereka dapat disadap.
2. LINE
Aplikasi pesan instan, Line. (Foto: LINE Indonesia via Facebook)
zoom-in-whitePerbesar
Aplikasi pesan instan, Line. (Foto: LINE Indonesia via Facebook)
Aplikasi pesan instan ini awalnya dibangun oleh tim insinyur Jepang sebagai solusi untuk berkomunikasi pasca-gempa Tōhoku yang dahsyat pada tahun 2011. Bencana tersebut merusak infrastruktur telekomunikasi di seantero negeri sehingga satu-satunya cara untuk berkomunikasi didasarkan pada platform yang terhubung dengan internet.
Begitu dirilis ke publik, LINE berkembang amat cepat. Pada akhir 2015, penggunanya sudah melewati 700 juta. Bisa dibilang LINE adalah aplikasi instan terbesar di Jepang.
ADVERTISEMENT
Pada 2015 pula, LINE menambahkan enkripsi end-to-end ke platformnya. Fitur enkripsi yang disebut sebagai “Letter Sealing” ini tersedia untuk semua penggunanya. Para pengguna LINE hanya perlu menyalakan fitur tersebut untuk mendapatkan manfaat dari sistem enkripsi itu.
3. BBM
Aplikasi pesan instan BlackBerry Messenger. (Foto: www.bbm.com)
zoom-in-whitePerbesar
Aplikasi pesan instan BlackBerry Messenger. (Foto: www.bbm.com)
BlackBerry Messenger (BBM) adalah aplikasi pesan instan eksklusif yang hanya terintegrasi dengan gawai keluaran BlackBerry. Eksklusivitas inilah yang menjamin keamanan aplikasi andalan dari Kanada itu.
Sejalan dengan penurunan pasar penjualan BlackBerry, BBM memutuskan untuk tak lagi eksklusif. BBM kemudian dapat dipasang dan digunakan pada platform lain yang berbasis Android dan iOS.
Walau pemakainya masih tetap banyak, BBM kini semakin ditinggalkan para penggunanya. Salah satu sebabnya adalah aspek ekslusivitasnya yang dulu kental, kini sudah hilang sama sekali sejalan dengan berubahnya BBM menjadi aplikasi pesan instan multi-platform.
ADVERTISEMENT
4. KakaoTalk
KakaoTalk (Foto: Flickr)
zoom-in-whitePerbesar
KakaoTalk (Foto: Flickr)
Mirip dengan aplikasi pesan instan lain, KakaoTalk juga mengenkripsi penuh percakapan para penggunanya. Sistem enkripsi ini mulai digunakan pada 2014.
Untuk memanfaatkan sistem enkripsi itu, para pengguna hanya perlu memilih opsi “Secret Chat”.
KakaoTalk sendiri merupakan aplikasi pesan instan yang berbasis di Seoul, Korea Selatan. Ia didirikan tahun 2010 oleh Kim Bum-soo di bawah bendera perusahaan Kakao Corp, dan diluncurkan pada Maret 2010.
Pada 2015, KakaoTalk telah memiliki 170 juta pengguna dan telah tersedia dalam 15 bahasa. Di negara asalnya, KakaoTalk telah digunakan oleh 93 persen warga Korea Selatan.
Pembuat aplikasi ini menyatakan privasi dan keamanan data para pengguna menjadi perhatian utamanya.
5. Telegram
Ilustrasi Telegram (Foto: Dado Ruvic/REUTERS)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Telegram (Foto: Dado Ruvic/REUTERS)
Telegram mengklaim diri sebagai aplikasi pesan dengan fokus pada kecepatan dan keamanan. Aplikasi pesan instan ini kini memiliki lebih dari 100 juta pengguna aktif setiap bulannya dan terus bertumbuh secara konstan.
ADVERTISEMENT
Telegram juga memiliki sistem enkripsi end-to-end yang sangat baik. Ia memiliki fitur-fitur yang amat mendukung privasi dan keamanan data pengguna.
Setiap chat atau obrolan yang bersifat rahasia hanya bisa dibuka melalui perangkat elektronik asal, sehingga obrolan akan aman selama perangkat pengguna ada di dalam genggaman pengguna tersebut.
Dalam Telegram, pengguna juga dapat mengatur segala pesan atau data yang dikirim untuk hancur dengan sendiri dalam waktu tertentu, setelah dibaca atau dibuka oleh pihak penerima pesan. Oleh karena itu, tak heran saat ini Telegram disebut-sebut sebagai aplikasi penyampai pesan yang paling aman di dunia.
Ilustrasi Telegram. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Telegram. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Justru karena sangat aman, Telegram disukai oleh banyak orang yang berniat jahat, termasuk kelompok radikal seperti ISIS. Sampai saat ini Telegram relatif sulit disadap ketimbang aplikasi pesan instan lain.
ADVERTISEMENT
Pemblokiran Telegram yang baru-baru ini dilakukan di Indonesia, menurut Kapolri Jenderal Tito Karnavian, dikarenakan sistem komunikasi ini banyak digunakan oleh teroris untuk merencanakan aksi teror. Mulai dari kasus bom Thamrin, Kampung Melayu, hingga bom panci di Bandung.
“Fitur Telegram (punya) banyak keunggulan. Di antaranya mampu membuat grup hingga 10 ribu member dan dienkripsi. Artinya, sulit dideteksi. Ini jadi problem dan jadi tempat saluran komunikasi paling favorit oleh kelompok teroris,” kata Tito.
Nah, apakah anda pengguna aktif Telegram? Bagaimana menurut anda?