Donald Trump Mau Sulap AS Jadi Ibu Kota AI Dunia, Ini Siasatnya

17 November 2024 10:30 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Calon presiden dari Partai Republik Donald Trump menyampaikan pidato kemenangan Pemilu AS 2024 di Palm Beach County Convention Center, West Palm Beach, Florida, AS, Rabu (6/11/2024). Foto: Jim Watson/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Calon presiden dari Partai Republik Donald Trump menyampaikan pidato kemenangan Pemilu AS 2024 di Palm Beach County Convention Center, West Palm Beach, Florida, AS, Rabu (6/11/2024). Foto: Jim Watson/AFP
ADVERTISEMENT
Tren AI di seluruh dunia berkembang begitu pesat. Saking pesatnya, presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump berencana menyulap AS menjadi ibu kota kemampuan artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan dunia.
ADVERTISEMENT
Trump telah menunjuk eks. senator New York, Lee Zeldin sebagai ketua US Environmental Protection Agency (EPA) atau Badan Perlindungan Lingkungan AS. Di EPA, Zeldin akan membantu mendukung program Trump dalam mengatur dan mengawasi sektor energi termasuk AI.
Lembaga ini memegang peranan penting, dalam kasus ini, EPA akan mengawasi seberapa besar infrastruktur AI yang haus energi berkontribusi pada peningkatan polusi pembangkit listrik.
Pemimpin baru EPA tampaknya memberi sinyal dan bersikap seolah EPA tak akan menghalangi kegiatan bisnis, terutama dalam hal perluasan pusat data AI. Sikap ini dikhawatirkan oleh para pemerhati lingkungan di sana, terlebih, Zeldin kurang mendapat dukungan dari para pemerhati lingkungan di sana.
Para pendukung lingkungan hidup khawatir dengan rencana Trump untuk EPA. Manish Bapna, presiden Natural Resources Defense Council (NRDC) mengatakan, EPA harus lebih berani dalam melakukan pengawasan yang baik dan mewakili suara warga AS dalam urusan pengawasan emisi.
ADVERTISEMENT
“Kita mengandalkan EPA untuk melindungi udara dan air bersih serta kesehatan masyarakat dan itulah yang akan kita minta pertanggungjawabannya, katanya dilansir The Verge.
Pusat Data AI cenderung menghabiskan lebih banyak energi saat digunakan untuk melatih AI. Hal ini telah menjadi topik lingkungan yang hangat dibicarakan.
Ilustrasi artificial intelligence. Foto: Shutterstock
Riset Goldman Sachs mencatat bahwa popularitas AI diprediksi akan berkontribusi pada meningkatnya permintaan atau kebutuhan daya listrik sebesar 160 persen pada tahun 2030.
AS memiliki lebih banyak pusat data daripada negara lain. Meningkatnya kebutuhan mereka terhadap listrik dapat menyebabkan lebih banyak polusi dari sektor listrik.
Di sisi lain, perusahaan teknologi Amerika Serikat merupakan salah satu pembeli energi terbarukan terbesar. Perusahaan teknologi besar, termasuk Google dan Microsoft, juga telah menandatangani serangkaian perjanjian baru tahun ini untuk mencoba menghidupkan kembali industri energi nuklir dalam upaya untuk menopang sumber daya lain yang bebas polusi karbon.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, baik Google maupun Microsoft tak menampik kalau jejak karbon mereka ikut meningkat saat mereka mengembangkan perangkat AI baru.