Dorong Talenta Digital, Pintaria Beri Beasiswa Full Stack Developer

10 Februari 2020 19:52 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi perempuan berprofesi sebagai software developer Foto: dok.Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perempuan berprofesi sebagai software developer Foto: dok.Shutterstock
ADVERTISEMENT
Portal kursus dan pelatihan online Pintaria resmi menggelar program beasiswa bagi anak muda yang ingin berkecimpung di dunia IT. Beasiswa ini bernama Super 30, dan sesuai namanya, program ini hendak mencetak 30 talenta full stack developer Tanah Air.
ADVERTISEMENT
Menurut Novistiar Rustandi, CEO HarukaEDU selaku startup edutech di balik Pintaria, pihaknya bakal menyeleksi 60 orang yang siap berkomitmen untuk belajar full stack developer selama 6 bulan. Nantinya, Pintaria bakal memilih 30 orang lulusan terbaik untuk bekerja di perusahaan mitra mereka.
“Selain pelatihan hard skills, peserta juga harus menyelesaikan beberapa pelatihan soft skills. Lalu akan ada proses eliminasi ketat setiap bulannya untuk menemukan 30 talenta terbaik di bulan keenam,” kata Novistiar, saat ditemui di Jakarta, Senin (10/2).
Untuk menjalankan program ini, Pintaria bekerja sama dengan Lithan Digital Skills Accelerator, sebuah perusahaan pelatihan IT asal Singapura. Lulusan terbaik dari program ini berkesempatan untuk bekerja di BFI Finance, Getplus by GDP Venture, HarukaEDU, hingga Bina Nusantara.
Novistiar Rustandi, CEO HarukaEDU. Foto: Aulia Rahman Nugraha/kumparan
Pendaftaran Pintaria Super 30 sendiri dimulai 10 Februari hingga 23 Februari 2020 melalui portal super30.pintaria.com. Program pelatihan ini hanya dilangsungkan secara online.
ADVERTISEMENT
Masalah talenta digital Indonesia: tidak punya mentor
Indonesia sendiri pada dasarnya kekurangan sumber daya manusia di bidang IT dan ekonomi digital. Menurut Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto, pada 31 Desember 2019, Indonesia kekurangan 17 juta orang yang bekerja di bidang ekonomi digital hingga 2030.
Senada dengan Airlangga, Chief Technology Officer GDP Venture, On Lee, juga menyebut bahwa Indonesia kekurangan tenaga ahli di bidang digital. Namun, dia mendasari pandangannya ini pada permasalahan pendidikan, dan bukan hanya jumlah, di mana talenta digital Indonesia kekurangan mentor yang berpengalaman.
GDP Venture sendiri adalah sebuah perusahaan modal ventura besar di Indonesia yang memiliki banyak portofolio startup yang sukses.
On Lee, Chief Technology Officer GDP Venture. Foto: Aulia Rahman Nugraha/kumparan
“Sepuluh tahun yang lalu, saya pernah me-manage tim di China dan di India. 15, 20 tahun yang lalu, China itu mirip kayak Indonesia hari ini di mana banyak anak muda yang punya hasrat untuk belajar, tapi mereka tuh nggak ada mentor yang bagus. Itu yang missing,” jelas On saat ditemui pada kesempatan yang sama.
ADVERTISEMENT
On menjelaskan, talenta digital Indonesia saat ini rata-rata masih berusia di bawah 30 tahun. Sayangnya, ketiadaan mentor bisa jadi hambatan bagi anak muda yang ingin menjadi ahli di bidang tersebut.
Menurutnya, pelajaran melalui buku tidak dapat menggantikan peran mentor. Sebabnya, untuk menjadi ahli, seseorang perlu memahaminya secara praktik, dan bukan hanya teori.
Silicon Valley. Foto: Shutter Stock
Meski demikian, On mengatakan bahwa dia masih punya harapan di tengah krisis talenta digital di Indonesia. Pelatihan IT secara online, kata dia, dapat memangkas ketertinggalan Indonesia pada aspek talenta digital.
“Dengan dot com begini, dengan internet, itu bisa bukan hanya dari pulau ke pulau, kota ke kota, seluruh Indonesia, bahkan bisa jadi model di luar negeri sekarang,” kata On.
ADVERTISEMENT
“Ini sudah terbukti. Itu ada istilahnya MOOC (Massive Open Online Course). Beberapa tahun lalu, itu profesor Andrew Ng dia ngajar machine learning, dia taruh di online, itu langsung (yang daftar belajar) ratusan ribu. Sedangkan kelas biasa itu palingan 40 orang per kelas,” pungkasnya.