Elon Musk, Transportasi Futuristik, dan Peluang Hyperloop di Indonesia

21 November 2017 10:39 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
CEO SpaceX dan Tesla, Elon Musk. (Foto: Aaron P. Bernstein/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
CEO SpaceX dan Tesla, Elon Musk. (Foto: Aaron P. Bernstein/Reuters)
ADVERTISEMENT
Siapa yang tak kenal Elon Musk? Miliarder sekaligus inventor handal ini punya reputasi mujarab dalam proyek-proyek yang berorientasi masa depan.
ADVERTISEMENT
Salah satu penemuan yang membuatnya dikenal adalah mobil listrik pertama di era modern, yang diberi nama Tesla Roadster. Ia juga dikenal sebagai pencipta sistem pembayaran online terbesar, PayPal, yang sekarang aktif digunakan di berbagai negara. Dari situ, laki-laki berkebangsaan Afrika Selatan ini pun lekat dengan julukan sang ‘Iron Man’ dunia nyata.
Transportasi masa depan merupakan salah satu gagasan yang tak lepas dari pemikiran Elon Musk. Salah satu ide transportasi futuristik yang digagasnya adalah Hyperloop, sebuah moda transportasi di mana sebuah kapsul (pod) meluncur di sebuah jalur tabung panjang yang kedap udara.
Konsep Hyperloop ini dipopulerkan Musk pada 2013, mewujudkan ide transportasi yang sebenarnya sudah muncul sejak abad ke-18. Nantinya, kapsul Hyperloop ini akan mampu meluncur di jalurnya dalam kecepatan 1223 kilometer/jam.
ADVERTISEMENT
Cara kerja Hyperloop sebenarnya cukup sederhana. Dengan tabung panjang yang kedap udara sebagai jalurnya, kapsul tersebut akan bergerak dengan sumber tenaga gaya tarik magnetik tanpa perlu terkena hambatan gesekan udara. Tak hanya cepat, kapsul berisi penumpang itu akan dibuat ‘melayang’ dari tanah --membuatnya terlindungi dari gangguan cuaca dan gempa bumi.
Sejak 2013, pengaplikasian ide ini terus dijajaki oleh Elon Musk. Bahkan, baru-baru ini, ia memulai sebuah perusahaan bernama The Boring Company untuk coba membangun model sistem hyperloop tersebut. Moda transportasi modern ini digadang Musk sebagai moda transportasi prioritas dengan mobilitas paling tinggi di masa depan --mengalahkan kereta cepat masa kini yang masih menjadi primadona transportasi cepat jalur darat.
Transportasi kecepatan tinggi, Hyperloop. (Foto: Hyperloop Transportation Technologies)
zoom-in-whitePerbesar
Transportasi kecepatan tinggi, Hyperloop. (Foto: Hyperloop Transportation Technologies)
Perusahaan Pengusung Hyperloop
ADVERTISEMENT
Sejak tahap awal, desain Hyperloop memang dibuat secara terbuka atau open source. Sistem pengembangannya tidak dimonopoli oleh Musk sendiri, namun juga oleh para pelaku yang bekerja sama untuk mengembangkan desain tersebut.
Perusahaan transportasi roket milik Musk, Space X, akan melontarkan gagasan, penelitian, hingga ide-ide pengembangan Hyperloop. Meski begitu, mereka justru tidak akan membuat sistem transportasi Hyperloop yang pertama. Mereka berharap, aplikasi komersil pembuatan Hyperloop ini diciptakan oleh investor-investor swasta dan para pengusaha.
Akibat kebebasan yang diberikan Musk terhadap penggunaan konsep Hyperloop ini, telah banyak perusahaan swasta yang mencoba mengembangkan Hyperloop. Hyperloop Transportation Technologies (HTT), misalnya, menjadi perusahaan yang juga mencoba mengembangkan sistem Hyperloop. Ia didirikan pada November 2013 lewat platform inkubator urun daya dan urun dana bernama JumpStartFund
ADVERTISEMENT
HTT memiliki basis di Culver City, California, Amerika Serikat. Perusahaan ini mengkolaborasikan beberapa perusahaan dalam mengembangkan sistem teknologi transportasi Hyperloop, seperti Atkins, Leybold Corporation, dan Deutsche Bahn.
Tak hanya HTT, ada pula perusahaan pengembang Hyperloop lain seperti Virgin Hyperloop One. Bahkan, Virgin Hyperloop One mengatakan bahwa mereka sudah akan berhasil membangun sistem Hyperloop pada 2021. Saat ini, mereka telah menyelesaikan uji coba prototipe sepanjang 500 meter pertamanya di gurun Nevada.
Kedua perusahaan tersebut bebas saja mengembangkan Hyperloop. HTT sama sekali tidak berafiliasi dengan Musk. HTT tidak merekrut Musk dan Musk pun tak mendanai HTT. Begitu pula dengan Virgin Hyperloop One, HTT hanya mengadopsi ide Musk.
Dengan kebebasan ini, Musk percaya bahwa mimpi yang diusung perusahaannya, SpaceX, untuk melakukan revolusi transportasi darat akan tercapai.
Kapsul buatan tim WARR Hyperloop. (Foto: WARR Hyperloop/Facebook)
zoom-in-whitePerbesar
Kapsul buatan tim WARR Hyperloop. (Foto: WARR Hyperloop/Facebook)
Proyek Hyperloop di Dunia dan Indonesia
ADVERTISEMENT
Hingga saat ini, terdapat 31 proyek rute Hyperloop yang tengah dikembangkan di berbagai belahan dunia. Dari Virgin Hyperloop One sendiri, terdapat 13 rute perjalanan yang tengah dipersiapkan. Rute tersebut meliputi:
Dari SpaceX/Elon Musk, meliputi:
Dari HTT, ada 3 rute, meliputi:
Betul, Anda tak salah baca. Indonesia merupakan salah satu negara tujuan HTT mengembangkan Hyperloop.
Wacana hadirnya Hyperloop ke Indonesia ini mengudara pada akhir Maret 2017 lalu. Kementerian Perhubungan dikabarkan telah menandatangani kontrak kerjasama dengan mitra HTT di Indonesia bernama Hyperloop Transtek Indonesia. Kontrak senilai 2,5 juta dolar AS (senilai Rp 34 miliar) telah ditandatangani pertengahan Maret lalu guna kepentingan studi kelayakan.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari CNBC.com, HTT mengklaim bahwa perjalanan Jakarta ke Yogyakarta menggunakan Hyperloop hanya akan menghabiskan waktu selama 25 menit saja. Angka tersebut jauh lebih cepat dibanding perjalanan via transportasi darat lain yang dapat menghabiskan waktu 10 jam. Lebih lanjut, Jakarta ke Bandung dijanjikan bisa ditempuh selama sembilan menit, dan Jakarta ke Bandara Internasional Soekarno-Hatta hanya lima menit. Luar biasa bukan?
Pro Kontra Terkait Hyperloop
Jelas, seperti pada semua ide gila lainnya, masih banyak pro dan kontra terkait ide Hyperloop ini. Terlebih, klaim Musk yang menjanjikan Hyperloop ini sebagai jawaban atas permasalahan transportasi dunia juga banyak diragukan para ahli.
Sebelumnya, Elon Musk memang mengatakan bahwa Hyperloop akan lebih cepat dari kereta biasa, lebih aman dari mobil, dan lebih ramah lingkungan dibanding pesawat. Tetapi apakah membangun sebuah model transportasi baru dengan infrastruktur unik dan teknologi canggih itu mampu menjadi solusi yang berkelanjutan bagi permasalahan transportasi kita?
ADVERTISEMENT
Perkiraan Musk dalam membangun sistem Hyperloop dikritik terlalu naïf oleh sejumlah pakar. Secara teoritis, Hyperloop memang lebih cepat, aman, dan ramah lingkungan. Tetapi harga proyeksi pembuatan Hyperloop dianggap terlalu mahal dan tidak masuk akal, terutama bagi negara-negara yang punya masalah transportasi akut macam Indonesia.
Musk memberikan patokan harga 17 juta dolar AS per mil (senilai Rp 230 miliar per kilometer) untuk dana pembangunan Hyperloop di California. Tetapi angka itu disebut tak tepat oleh Nicolas McLean, seorang insinyur dari University of Queensland, Australia.
McLean menganalisis bahwa perkiraan kasar “harga dari keseluruhan sistem 10 kali lebih besar dibanding estimasi yang dibuat Musk. Ini disebabkan oleh teknologi (Hyperloop) yang kurang dikembangkan.”
ADVERTISEMENT
Sebuah analisis kelayakan dari Departemen Transportasi AS pada 2016 juga skeptis dengan estimasi harga Hyperloop.
“Perkiraan harga untuk sistem Hyperloop yang berbasis tanah mungkin memang lebih rendah dari moda transportasi lainnya. Tetapi karena teknologinya sendiri masih sangat konseptual dan masih dalam masa percobaan, maka belum ada kepastian kebutuhan dana dalam segi infrastruktur yang diperlukan untuk mengoperasikan serta membangun sistem Hyperloop,” jelas dokumen analisis tersebut.
Meski begitu, tak semua pendapat bernada miring untuk ide Musk ini. Hyperloop mendapatkan pembelaan dari Bent Flyvbjerg, seorang ekonom dengan spesialisasi proyek besar di Oxford University’s Saïd Business School.
Flyvbjerg mengatakan kepada The Guardian, bahwa Musk adalah orang yang sangat jeli dengan perkiraan harga. Musk juga telah membuktikan dirinya mampu menggaet insinyur-insinyur hebat untuk bekerja sama dalam proyek-proyek masa depannya.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, Flyvbjerg menganggap bahwa Musk dapat mereduksi harga pembuatan Hyperloop dengan menempatkan stasiun Hyperloop di atas bandara dan dengan memperbaiki teknologi terowongan bawah tanah.
Sampai saat ini, proyek percobaan Hyperloop yang dilakukan oleh Musk mencatat kesuksesan dengan memecahkan rekor kecepatan 337 km/jam. Dari catatan bersinar itu, gagasan Musk tentang Hyperloop ini masih menjadi sebuah ide yang menarik untuk direalisasikan.
Maka, ketika Indonesia menjadi salah satu negara tujuan tempat Hyperloop akan singgah, muncul rasa terkejut yang menyenangkan ketika membayangkan gagasan ini benar-benar tercapai. Indonesia otomatis akan menjadi negara pertama di Asia Tenggara yang memiliki sistem transportasi Hyperloop.
Tapi, apa mungkin?
Konsep model transportasi Hyperloop. (Foto: Hyperloop Transportation Technologies)
zoom-in-whitePerbesar
Konsep model transportasi Hyperloop. (Foto: Hyperloop Transportation Technologies)
Hyperloop di Indonesia?
Pertanyaan yang muncul dari wacana pembangunan Hyperloop di Indonesia adalah: mengapa Indonesia?
ADVERTISEMENT
Bebop G. Gresta, ketua dan co-founder dari HTT, mengatakan kepada e27.co, bahwa, “Tidak ada kondisi geografis yang sempurna bagi Hyperloop, tetapi ada kondisi ekonomi yang sempurna untuk proyek ini.”
Indonesia dinilai Gresta memiliki kepadatan, ketiadaan infrastruktur yang memadai, dan kebutuhan akan solusi atas permasalahan tersebut. Kombinasi dari ketiganya lah yang membuat HTT mantap memilih Indonesia sebagai lokasi potensial untuk Hyperloop.
Di Indonesia, jarak bukanlah perkara yang mudah. Di antara satu daerah dan daerah lain, ketersediaan transportasi publik masih sangat timpang. Bappenas mencatat, adanya ketimpangan ekonomi dan kewilayahan berimbas pada pergerakan penumpang yang masih terfokus di Pulau Sumatera dan Jawa.
Dari seluruh perjalanan penumpang yang terjadi di Indonesia, 96,55 persennya dilakukan oleh masyarakat di Pulau Sumatera dan Jawa. Pulau Jawa menyumbang sebanyak 82,47 persen perjalanan. Sementara itu, Sumatera menyumbang 14,08 persen dari semua perjalanan yang ada. Kedua angka ini amat timpang dengan daerah lain di Indonesia yang hanya berkontribusi jumlah perjalanan sebanyak 3,45 persen.
ADVERTISEMENT
Angka perjalanan yang tinggi di Pulau Jawa itu sedikit banyak dipengaruhi oleh moda transportasi kereta api yang memang akrab buat masyarakat Pulau Jawa. Di daerah Jabodetabek saja, sudah terdapat 4 program moda transportasi massal berbasis kereta api yang telah dan akan beroperasi. Moda transportasi itu terdiri dari Light Rail Transit (LRT), Mass Rapid Transit (MRT), commuter line, dan kereta bandara.
Commuter line telah beroperasi sejak 2008. Sementara itu, kereta bandara dipastikan memulai lajur pertamanya di antara bulan November-Desember tahun ini. Adapun MRT dan LRT dijanjikan akan diuji coba pada Agustus 2018. Intinya, moda transportasi umum berbasis kereta memang sudah menjamur di Jabodetabek.
Dari banyaknya moda transportasi berbasis kereta di Jabodetabek tersebut, pertanyaan “Masih perlukah Hyperloop?” mau tak mau muncul. Ini tak lepas dari hasil studi kelayakan yang dilakukan selama 3 sampai 6 bulan oleh HTT.
ADVERTISEMENT
Studi tersebut menganalisis 3 rute potensial Hyperloop yang ada di Indonesia. Tiga rute tersebut adalah 1) antara Jakarta dan Bandara Soekarno-Hatta, 2) menghubungkan bandara-bandara besar di Jawa, dan 3) menghubungkan bandara besar di Sumatera. Apabila pilihan jatuh pada opsi pertama, sangat mungkin terjadi tumpang tindih dengan program kereta bandara.
Integrasi dengan moda transportasi lain pun menjadi hal yang amat diperhatikan dalam potensi kehadiran Hyperloop ini. Salah satu yang menjadi persoalan di sektor perkereta apian di Jabodetabek adalah letak stasiun yang problematik.
Asisten Pembangunan dan Lingkungan Hidup Sekda DKI Jakarta, Gamal Sinurat, mencontohkan keruwetan yang terjadi di Dukuh Atas. Di situ, letak stasiun mass rapid transit (MRT), light rail transit (LRT), dan commuter line tidak berada di satu sisi yang sama.
ADVERTISEMENT
Letak stasiun yang berjauhan membuat pembangunan sarana penunjang untuk mengintegrasikan ketiga jenis transportasi umum itu membutuhkan biaya mahal. Letak stasiun yang berjauhan juga menjadi problem sendiri bagi perpindahan penumpang. Selain itu, perkara tiket dan jadwal keberangkatan moda transportasi juga menjadi satu masalah yang masih harus dikaji lebih dalam.
Maka dari itu, upaya integrasi moda transportasi berbasis kereta api menjadi pekerjaan rumah pemerintah yang masih harus dibenahi. Kemungkinan munculnya Hyperloop dalam waktu dekat tentunya hanya akan menambah ruwet perpaduan dengan transportasi-transportasi yang sudah ada sebelumnya.
Sampai saat ini, Hyperloop memang masih sebatas proyeksi moda transportasi masa depan yang diharapkan mampu menjadi jawaban atas masalah transportasi dunia. Namun, dengan kondisi infrastruktur dan koordinasi yang kacau seperti saat ini, apa benar Hyperloop mampu menjadi jawaban atas masalah transportasi massal di Indonesia?
ADVERTISEMENT
=============== Simak ulasan mendalam lainnya dengan mengikuti topik Outline!