Elon Musk Tuduh Apple Ancam Hapus Twitter dari App Store

30 November 2022 6:56 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Elon Musk, CEO Tesla. Foto: Joe Skipper/Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Elon Musk, CEO Tesla. Foto: Joe Skipper/Reuters
ADVERTISEMENT
Elon Musk mengatakan Apple telah menyetop iklannya di Twitter pada Kamis (29/11). Di waktu bersamaan, Musk mengeklaim produsen iPhone itu mengancam akan menghapus media sosial miliknya dari App Store.
ADVERTISEMENT
Apakah ini pertanda perang Elon Musk vs Apple?
Sebelumnya pada kicauan 19 November 2022, Musk pernah menyatakan keberatan atas potongan 30 persen yang diberlakukan Apple kepada pengembang aplikasi iOS di App Store. Tarik ke pekan lalu, Phill Schiller, eksekutif marketing Apple, terpantau menghapus akun Twitter miliknya yang sudah dikelolanya selama 14 tahun.
“Apple telah stop mayoritas iklannya di Twitter. Apakah mereka benci kebebasan berpendapat di Amerika?” ungkap Musk, Selasa (29/11).

Moderasi Apple vs Twitter

Perubahan signifikan Twitter di tangan Musk salah satunya adalah moderasi. Musk melonggarkan peraturan pelarangan konten, dan bahkan membuka blokir semua akun yang dulunya bermasalah —termasuk Donald Trump.
CEO Apple Tim Cook mengatakan kepada CBS News pada Selasa (15/11), “mereka (Twitter) mengatakan bahwa mereka akan terus memoderasi. Saya mengandalkan mereka untuk terus melakukan itu.”
ADVERTISEMENT
CEO Apple Tim Cook dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Foto: AFP/SAUL LOEB
Belum ada pernyataan resmi Apple atas tweet Elon Musk di atas.
Jika benar ada tekanan dari Apple, berkemungkinan ini merupakan konflik moderasi —mana konten yang boleh dan tak boleh. Di sisi lain, Musk protes dengan 'biaya administrasi' aplikasi iOS di Apple App Store yang terlalu besar, yakni 30 persen.
Discord dan Tumblr, misalnya, terpaksa mengatur aturan aplikasinya atas konten NSFW atau eksplisit untuk menyesuaikan dengan aturan yang ada di App Store.

Risiko kehilangan pengiklan

Sejak Musk mengambil alih, Twitter berubah luar dalam. Selain ketentuan moderasi yang melonggar, centang biru yang bisa dibeli —yang membuat banyak akun parodi merugikan brand besar, hingga pemecatan lebih dari setengah pegawai, membuat perusahaan dan pemilik usaha cabut iklan dari Twitter.
ADVERTISEMENT
Omnicom, misalnya, agensi pengiklan besar ini menyebar memo kepada kliennya untuk sementara stop pasang iklan di Twitter. General Mills, Audi, Pfizer, dan banyak brand besar lain juga hengkang dari Twitter sebagai pengiklan, seperti dilaporkan the Wall Street Journal.
Sementara itu, sekitar 90 persen penghasilan Twitter berasal dari iklan, dikutip dari the Washington Post. Apakah Twitter akan merugi?