Error CrowdStrike Hanya Pengaruhi 1% PC Windows, tapi Bikin Dunia Kacau

22 Juli 2024 8:04 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penumpang Scoot menunggu untuk check-in secara manual di Terminal 1 Bandara Changi, Singapura, Jumat (19/7/2024). Foto: Caroline Chia/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Penumpang Scoot menunggu untuk check-in secara manual di Terminal 1 Bandara Changi, Singapura, Jumat (19/7/2024). Foto: Caroline Chia/REUTERS
ADVERTISEMENT
Microsoft memperkirakan ada sekitar 8,5 juta PC Windows di dunia yang terpengaruh kesalahan update software Falcon Sensor dari CrowdStrike pada 19 Juli lalu. Walau jumlah itu sama dengan 1% jumlah PC Windows di dunia, namun dampaknya telah bikin kacau layanan bisnis di segala penjuru Bumi.
ADVERTISEMENT
PC Windows yang terdampak itu memunculkan blue screen (atau Blue Screen of Death/BSoD) yang membuat perangkat tidak bisa dipakai, dan harus di-restart. Sejumlah layanan penting Microsoft, seperti cloud Azure dan Office 365, juga terdampak.
Kekacauan yang terjadi mengakibatkan hotel harus kembali menggunakan pena dan kertas untuk mencatat informasi administrasi. Sejumlah layanan medis rumah sakit di Eropa terganggu. Layar-layar informasi penerbangan di bandara mendadak menampilkan blue screen dan secara otomatis meluas pada terhambatnya perjalanan udara. Hal serupa juga terjadi pada sejumlah layanan perbankan yang tumbang, sampai siaran televisi.
Blue Screen di Windows Foto: Microsoft
Gangguan IT global ini mencerminkan dominasi pasar Microsoft dan CrowdStrike di dunia. Data dari Statista menunjukkan bahwa Windows menguasai sekitar 72% pangsa pasar sistem operasi global hingga Februari 2024, sementara satu perkiraan menunjukkan pangsa pasar CrowdStrike dalam kategori keamanan "perlindungan end point" hampir mencapai 24%.
ADVERTISEMENT
"Insiden ini menunjukkan sifat saling terhubung dari ekosistem kita yang luas —penyedia cloud global, platform perangkat lunak, vendor keamanan, dan vendor perangkat lunak lainnya, serta pelanggan," tulis Microsoft.
Pada hari Jumat, 19 Juli 2024, CrowdStrike merilis pembaruan sistem yang salah, yang mengakibatkan gangguan teknologi paling luas dalam sejarah. Pembaruan tersebut secara khusus memengaruhi perangkat lunak Windows, sementara komputer yang menjalankan Mac dan Linux tidak terpengaruh.
CEO CrowdStrike, George Kurtz, mengatakan bahwa masalah tersebut telah "diidentifikasi, diisolasi, dan perbaikan telah diterapkan." Perbaikan ini mencakup penghapusan pembaruan file secara manual pada komputer yang terpengaruh.