Foto: Hackathon Airvolution, Cara AirAsia Berburu Inovasi Penerbangan

19 Maret 2017 13:52 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Logo AirAsia di bandara Bangkok, Thailand. (Foto: REUTERS/Chaiwat Subprasom)
zoom-in-whitePerbesar
Logo AirAsia di bandara Bangkok, Thailand. (Foto: REUTERS/Chaiwat Subprasom)
Maskapai penerbangan AirAsia mulai mengikuti cara perusahaan teknologi dalam mencari bibit-bibit inovasi. Apalagi kalau bukan dengan cara menggelar kompetisi pembuatan aplikasi berbasis teknologi dalam waktu singkat yang dilakoni pemuda-pemudi. Cara ini sering disebut sebagai Hackhaton. Tidak tanggung-tanggung, maskapai penerbangan asal Malaysia ini menggelar hackhaton bertajuk Airvolution untuk kawasan Asia Tenggara. Mereka mengundang 20 tim terpilih dari negara Asia Tenggara untuk mempresentasikan ide dan merealisasikan produk terkait solusi penerbangan di hadapan para petinggi perusahaan yang berperan sebagai juri. Airvolution 2017 ini merupakan kegiatan hackathon pertama yang digelar AirAsia, yang berlangsung di kantor pusat mereka di Kuala Lumpur, Malaysia, pada 18 dan 19 Maret 2017. CEO AirAsia Group, Tony Fernandes, mengatakan aktivitas Arivolution ini menandai peran perusahanya dalam mendukung komunitas teknologi. "Ini tidak hanya memberikan mereka platform untuk mengembangkan ide baru tapi juga mengekspresikan mimpi mereka melalui pendanaan dan bimbingan,” kata Tony.
ADVERTISEMENT
AirAsia sendiri merupakan operator maskapai penerbangan yang didirikan sejak tahun 1993, dengan fokus menawarkan perjalanan udara domestik dan mancanegara di Asia dengan harga terjangkau. Pada Minggu, 19 Maret 2017, adalah saat di mana para finalis mempresentasikan produk mereka di hadapan para juri. Mereka juga diminta untuk mendemonstrasikan produk atau solusi yang selama ini masih menghambat industri penerbangan global.
Presentasi tim dari Indonesia di Airvolution 2017. (Foto: Muhammad Fikrie/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Presentasi tim dari Indonesia di Airvolution 2017. (Foto: Muhammad Fikrie/kumparan)
Dalam Airvolution 2017, AirAsia menantang para peserta untuk memecahkan masalah dalam tiga pertanyaan besar. Pertama, bagaimana Anda mengurangi waktu menunggu para penumpang di bandara mulai dari check-in hingga boarding? Kedua, bagaimana Anda mengidentifikasi perilaku penggemar AirAsia berdasarkan jejak mereka di dunia digital sosial untuk meningkatkan customer experience? Ketiga, bagaimana Anda menawarkan penumpang AirAsia dengan penerbangan terbaik dan tur dengan biaya termurah, juga perjalanan terbaik?
ADVERTISEMENT
Dewan juri Airvolution 2017. (Foto: Muhammad Fikrie/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Dewan juri Airvolution 2017. (Foto: Muhammad Fikrie/kumparan)
Hackathon Airvolution tahun ini turut diikuti oleh tim dari Indonesia, yang menamakan diri mereka sebagai Neutron Star Collusion. Tim yang berasal dari Institut Teknologi Bandung ini menyodorkan ide semacam aplikasi media sosial yang memberi nilai tambah kemudahan memesan tiket pesawat dan membantu pengguna dalam merencanakan destinasi wisata.
Tim hackathon Indonesia, Neutron Star Collision. (Foto: Muhammad Fikrie/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Tim hackathon Indonesia, Neutron Star Collision. (Foto: Muhammad Fikrie/kumparan)
Mereka akan bersaing dengan 19 tim lain untuk mengejar predikat inovasi terbaik yang akan dinilai oleh juri dari sejumlah petinggi AirAsia. Pemenang akan mendapatkan berbagai hadiah menarik, mulai dari uang tunai 25 ribu ringgit Malaysia atau sekitar Rp 75 juta, 100 ribu AirAsia Big Points, hingga 5 penerbangan pergi-pulang ke berbagai destinasi AirAsia. Nantikan informasi berikutnya soal juara dan produk dari kompetisi ini.
ADVERTISEMENT