Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.90.0
ADVERTISEMENT
Penyedia layanan on-demand berbasis aplikasi, GOJEK , dilaporkan telah berkontribusi besar dalam perekonomian Indonesia hingga mencapai Rp 44,2 triliun yang terbagi dari empat layanan GOJEK yakni Go-Ride, Go-Car, Go-Food, dan Go-Life.
ADVERTISEMENT
Hasil itu didapat dari riset yang dilakukan oleh Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI). Menurut Wakil Kepala LD FEB UI, Paksi C. K. Walandouw, dari empat aplikasi yang ditawarkan GOJEK, layanan pesan-antar makanan Go-Food menjadi penyumbang terbesar.
Kontribusi dari Go-Food mencapai Rp 18 triliun per tahun. Sedangkan Go-Ride menyumbang Rp 16,5 triliun, Go-Car Rp 8,5 triliun, dan Go-Life Rp 1,2 triliun per tahun. Bisa dibayangkan berapa banyak makanan yang diantar setiap harinya lewat layanan Go-Food.
“Kontribusi mitra Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Go-Food tahun 2018 naik hampir tiga kali lipat dibanding tahun 2017. Pertumbuhan kontribusi mitra UMKM Go-Food ini antara lain disebabkan oleh optimalisasi fitur teknologi GOJEK yang digunakan oleh mitra UMKM Go-Food,” kata Paksi, dalam jumpa pers di The Hook, Kebayoran Baru, Jakarta, Kamis (21/3).
ADVERTISEMENT
Hasil riset ini dilakukan di sembilan wilayah Indonesia dengan menggunakan metode kuantitatif dan wawancara mitra GOJEK secara tatap muka yang dijadikan responden.
Riset ini setidaknya melibatkan 6.732 responden, yang terdiri dari 3.886 responden Go-Ride; 1.010 responden Go-Car; 1.000 responden UMKM Go-Food; dan mitra Go-Life sebanyak 836 responden.
Berdasarkan hasil riset tersebut, GOJEK disebut telah menjadi pintu masuk pertama bagi para pelaku UMKM untuk menuju ekonomi digital. Di mana mayoritas responden mitra Go-Food adalah pemilik usaha mikro dan kecil, dengan 73 persennya memiliki omzet Rp 300 juta per tahun dan 26 persen di antaranya beromzet Rp 300 juta hingga Rp 2,5 miliar per tahun.
Sebelum menjadi mitra Go-Food, mayoritas UMKM tidak mempunyai aset digital. 73 persen hanya memiliki bangunan fisik dan 20 persennya memiliki warung semi permanen. Setelah menjadi mitra Go-Food, 93 persen responden UMKM langsung dapat membuka usaha secara digital (go-online).
ADVERTISEMENT
Bergabungnya para pelaku UMKM ke dalam ekosistem Go-Food, memperkenalkan mereka ke teknologi pembayaran elektronik. 75 persen di antaranya baru menerapkan pembayaran non-tunai setelah menjadi mitra Go-Food.
Mereka juga mengaku mengalami peningkatan volume transaksi, dan 55 persen mitra mendapatkan peningkatan klasifikasi omzet. Dari mitra UMKM yang volume transaksinya meningkat, 74 persen mengalami kenaikan penghasilan di atas 10 persen.
Ada berbagai manfaat yang dirasakan oleh para mitra UMKM, di antaranya usaha mereka jadi lebih populer, adanya peningkatan frekuensi penjualan, peningkatan omzet, hingga mendapatkan pelanggan baru.
ADVERTISEMENT