Google Ancam Blokir Mesin Pencarinya di Australia Jika Harus Bayar Konten Berita

22 Januari 2021 18:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Logo Google. Foto: Sayid Muhammad Mulki Razqa
zoom-in-whitePerbesar
Logo Google. Foto: Sayid Muhammad Mulki Razqa
ADVERTISEMENT
Pemerintah Australia dengan Google tengah memiliki hubungan yang panas, akibat pembahasan aturan undang-undang baru soal pembayaran konten kepada penerbit berita. Google mengancam akan memblokir akses layanan Google Search di Negeri Kanguru itu jika masalah tidak terselesaikan.
ADVERTISEMENT
Menurut laporan Reuters, Google mengancam akan memblokir layanan mesin pencarinya di Australia, jika pemerintah melanjutkan dengan susunan hukum baru yang akan memaksa Google dan Facebook Inc. membayar perusahaan media untuk hak menggunakan konten mereka.
Jika benar pemblokiran terjadi akan berdampak pada sekitar 19 juta pengguna Google di Australia. Mereka tidak bisa mengakses Google Search dan disebut-sebut akan mengalami penurunan kualitas layanan YouTube, jika aturan tersebut diberlakukan.
“Ditambah dengan risiko finansial dan operasional yang tidak dapat dikelola jika versi susunan hukum ini menjadi undang-undang, hal itu tidak akan memberi kami pilihan nyata selain berhenti menyediakan Google Search di Australia,” kata Mel Silva, Managing Director Google untuk Australia dan Selandia Baru di depan komite senat.
Refleksi logo Google. Foto: REUTERS/Mike Blake
Komentar Google mendapat teguran keras dari Perdana Menteri Australia, Scott Morrison yang mengatakan Google sangat disambut di Australia, jika menaati aturan tersebut. Morrison tidak memberi tanggapan soal ancaman Google.
ADVERTISEMENT
“Orang-orang ingin bekerja dengan itu (aturan hukum) di Australia, Anda (Google) sangat disambut. Tapi kami tidak menanggapi ancaman,” kata Morrison.
Saat ini, Australia memang sedang dalam proses untuk mengesahkan undang-undang yang akan membuat Google dan Facebook menegosiasikan pembayaran dengan penerbit dan penyiar lokal untuk konten yang disertakan dalam hasil pencarian atau news feed. Jika Kedua belah pihak tidak dapat mencapai kesepakatan, arbitrator yang ditunjuk pemerintah akan memutuskan harganya.
Tampilan Facebook News. Foto: Dok. Facebook
Australia menemukan Google dan Facebook memegang terlalu banyak kekuatan pasar di industri media, situasi yang dikatakannya menimbulkan potensi ancaman bagi demokrasi.
Google menyebut aturan yang tanpa revisi itu terlalu luas. Ancaman yang diberikan Google pun akan terlalu berisiko. Google tidak mengungkapkan berapa pendapatan dari Australia, tetapi iklan penelusuran adalah penyumbang laba terbesar secara global.
ADVERTISEMENT
Australia pun mendapatkan tekanan dari pemerintah Amerika Serikat dan meminta untuk membatalkan undang-undang yang diusulkan, meskipun mendapatkan dukungan politik yang luas. Pemerintah AS menyarankan Australia untuk menggunakan susunan hukum sukarela sebagai gantinya.

Standar ganda Google antara Prancis dan Australia

Ancaman Google untuk memblokir layanannya di Australia datang hanya beberapa jam setelah raksasa internet itu mencapai kesepakatan pembayaran konten dengan beberapa penerbit berita Prancis.
Dalam kesepakatan tersebut tidak dicantumkan berapa banyak uang yang akan didistribusikan ke penerbit di Prancis. Namun, sebelumnya diberitakan Google berencana membayar 1 miliar dolar AS atau sekitar Rp 14,8 triliun kepada para penerbit media di seluruh dunia.
Dalam laporan TechCrunch, sejauh ini Google telah mencapai kesepakatan individu dengan beberapa penerbit Prancis, termasuk Le Monde, Le Figaro, dan Libération. Google menambahkan bahwa pembayaran akan langsung ke penerbit dan persyaratan yang tidak akan diungkapkan ke publik dengan catatan sangat rahasia.
ADVERTISEMENT