Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Casing baru dan gadget memang bak dua hal yang sulit dipisahkan para penggunanya. Umumnya, pelindung handphone tersebut dibuat dari karet, plastik, hingga silikon. Namun kali ini, Google merilis casing-nya dari bahan yang berbeda: sampah plastik botol daur ulang.
Plastik saat ini memang kerap dianggap jadi 'biang keladi' persoalan lingkungan. Beberapa negara di dunia, termasuk Indonesia, terus mencari cara bagaimana mendaur ulang plastik agar tak menjadi sampah yang mencemari lingkungan.
Google melihat potensi sampah plastik tersebut menjadi suatu barang yang bernilai. Casing yang diciptakannya terbuat dari 70 persen botol plastik daur ulang. Menariknya, Google bisa memanfaatkan dua botol bekas menjadi 5 buah casing untuk smartphone -nya.
Miguel Harry, sang desainer atau perancang menjelaskan alasan perusahaan menggunakan sampah botol untuk bahan baku casing tersebut.
ADVERTISEMENT
“Kami mencoba memberi kesan nyaman. Seperti produk yang dibuat dengan tangan, meski jelas dibuat dengan mesin,” ujarnya dilansir Ubergizmo.
Casing yang dirilis Google tersebut terdiri dari 3 warna yakni hitam, static gray dan blue confetti.
Tak cuma Google
Namun Google bukanlah satu-satunya perusahaan teknologi yang berupaya mengurangi jejak karbon mereka. Perusahaan lain seperti Apple juga sudah berupaya memasukkan unsur bahan daur ulang dalam produk-produknya.
Bahkan, mereka juga memanfaatkan tenaga surya untuk operasional kantornya. Dengan upaya tersebut, mereka bisa menekan biaya pengeluaran atau operasional mereka karena tak menggunakan sumber listrik dari energi fosil.
Apple mendaur ulang sejumlah komponen produk yang dijualnya, mulai dari baterai hingga perangkat elektronika lainnya. Tujuan mereka tak lain adalah menghindari ketergantungan pada industri pertambangan terhadap bahan baku pembuatan produk mereka.
ADVERTISEMENT