Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.99.1
4 Ramadhan 1446 HSelasa, 04 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Google Salahkan Pihak Ketiga yang Salah Konversi 1 Dolar AS Jadi Rp 8 Ribuan
2 Februari 2025 9:03 WIB
·
waktu baca 3 menitDiperbarui 22 Februari 2025 9:09 WIB

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Google seharusnya tidak melulu menyalahkan data pihak ketiga setiap kali ada kesalahan informasi yang mereka sebarkan. Yang juga sering terjadi, Google menyalahkan pengguna lain yang salah memasukkan data dalam sebuah informasi yang kontennya bersumber dari pengguna (user generated content/UGC).
Menurut Pratama Persadha, Chairman Lembaga Riset Keamanan Siber CISSReC, Google wajib mengambil langkah lebih bertanggungjawab atas informasi yang disebarkannya, terutama terkait data ekonomi yang sensitif. Sudah seharusnya nilai tukar dolar AS ke rupiah semacam itu melewati proses verifikasi yang ketat, atau bila perlu dilakukan oleh manusia.
Berdasarkan penelusuran pada halaman Google Finance, data kurs mata uang global itu disediakan oleh Morningstar, perusahaan keuangan asal AS. Sekalipun telah bekerjasama dengan Morningstar, (seperti biasa) Google menyampaikan bahwa mereka tidak menjamin akurasi nilai tukar mata uang asing itu.
ADVERTISEMENT
"Google tidak dapat menjamin akurasi nilai tukar yang ditampilkan. Anda harus mengonfirmasi nilai saat ini sebelum melakukan transaksi apa pun yang dapat terpengaruh oleh perubahan dalam nilai tukar," tulis Google di laman disclaimer.
Di situs atau aplikasi konversi mata uang asing yang akurat seperti XE.com, nilai 1 dolar AS ke rupiah pada waktu tersebut adalah Rp 16.304,69.
Karena kesalahan tersebut, pada hari yang sama Google Search tidak langsung mengeluarkan data konversi mata uang jika pengguna melontarkan pertanyaan 1 USD to IDR dalam kotak pencarian. Google hanya menampilkan sejumlah website atau aplikasi penyedia nilai mata uang asing.
Pratama menambahkan, ada hal yang lebih serius dari kesalahan ini, di mana kesalahan itu mungkin dilakukan sebagai bentuk manipulasi atau penyalahgunaan sistem akibat peretasan.
ADVERTISEMENT
Perbaikan yang dilakukan Google terkait kesalahan kurs nilai tukar kemarin juga terbilang sangat lambat. Padahal, dalam ekosistem digital global, Google telah menjadi acuan banyak orang dalam mencari informasi, namun sering kali penyebaran informasinya menyesatkan.
Untuk mendapatkan informasi nilai tukar yang benar, pengguna internet disarankan untuk tidak hanya mengandalkan Google. Ada baiknya pengguna memanfaatkan sumber resmi seperti dari Bank Indonesia, lembaga perbankan besar seperti Bank BCA atau Mandiri, serta layanan keuangan tepercaya macam Bloomberg, Reuters, dan OANDA.