Grab Pilih Jalur Kerja Sama dan Akuisisi untuk Tambah Layanan

1 November 2018 16:01 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kantor Grab di Singapura. (Foto: Edgar Su/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Kantor Grab di Singapura. (Foto: Edgar Su/Reuters)
ADVERTISEMENT
Persaingan bisnis transportasi online di Asia Tenggara, terutama Indonesia, mengerucut pada dua nama, yaitu Grab dan Go-Jek. Salah satu pemain lain, Uber, telah mengibarkan bendera putih dan menjual seluruh bisnisnya di Asia Tenggara kepada Grab.
ADVERTISEMENT
Hal ini membuat Grab dan Go-Jek saling berjibaku untuk menghadirkan layanan-layanan sesuai kebutuhan konsumen. Bukan hanya transportasi, keduanya telah menghadirkan beragam layanan lain, mulai dari pesan antar makanan hingga pengiriman barang.
Grab sendiri saat ini sedang mengembangkan sejumlah layanan, terlebih mereka diketahui sedang fokus untuk menambahkan beragam layanan harian yang bisa digunakan lewat aplikasi. Strategi untuk menghadirkan berbagai layanan harian ini disebut sebagai GrabPlatform.
Sejauh ini Grab banyak melakukan kerja sama, baik melalui jalan akusisi atau menanam modal di perusahaan teknologi lain untuk mengembangkan layanannya. Group Chief Technology Officer (CTO) Grab, Theo Vassilakis, menjelaskan alasan kenapa Grab lebih memilih jalur kerja sama atau akuisisi untuk menambah layanannya, dibanding membangun sendiri.
ADVERTISEMENT
"Ada banyak hal atau faktor yang membuat hal itu terjadi. Pertama, kita ingin mempercepat proses GrabPlatform sebagai everyday super app. Saya rasa dengan membangun sendiri layanan tersebut akan memakan waktu yang lama," jelas Theo, saat diskusi dengan media di Jakarta, Rabu (31/10).
Group Chief Technology Officer (CTO) Grab, Theo Vassilakis. (Foto: Bianda Ludwianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Group Chief Technology Officer (CTO) Grab, Theo Vassilakis. (Foto: Bianda Ludwianto/kumparan)
Theo juga mengatakan keuntungan adanya proses tersebut tidak hanya dirasakan oleh Grab, tapi juga mitra perusahaan lainnya. Grab menggangap perusahaan mitra lebih ahli dalam mengembangkan layanannya.
"Bekerja sama lebih cepat dan membantu mereka tumbuh. Orang akan lebih banyak datang, pembelian bertambah dan sekaligus membangun ekosistem. Tentu, kemungkinan kita tidak ahli di bidang tersebut, maka kita cari mitra yang ahli," terangnya.
Banyak layanan Grab yang bermitra dengan perusahaan teknokogi lainnya, seperti sistem pembayaran digitalnya menggunakan Ovo, lalu layanan pesan-antar barang belanjaan di supermarket yang berkolaborasi dengan HappyFresh.
Layanan GrabFresh dari Grab. (Foto: Bianda Ludwianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Layanan GrabFresh dari Grab. (Foto: Bianda Ludwianto/kumparan)
Dan terbaru, Grab akan menghadirkan layanan pemesanan tiket perjalanan dan hotel setelah menerima investasi 200 juta dolar AS atau sekitar Rp 3 triliun dari Booking Holdings, pemilik dari platform e-commerce travel, Booking.com.
ADVERTISEMENT
Grab juga memiliki program Grab Ventures yang siap membantu perusahaan rintisan atau startup lokal di Indonesia untuk berkembang lebih cepat. Mereka menyediakan dana investasi sebesar Rp 3 triliun untuk para startup serta akan membantu startup-startup itu melalui dukungan akses terhadap pasar (market access), mentorship, keahlian teknologi, dan investasi strategis.
Tidak menutup kemungkinan Grab akan berkolaborasi dengan startup-startup itu untuk memperluas layanannya.